Mark POV
.
."Kau kenapa pergi tadi?" Dia tiba tiba mencegahku dengan pertanyaan itu. Kak Cio, dia benar benar mengikutiku sekarang.
"Tidak, aku hanya ingin ke toilet."
"Bohong."
"Memangnya kau meminginginkan jawaban apa dariku kak?" Aku menekankan perkataanku.
"Tidak."
"Kau memang aneh."
"Kau bilang aku aneh?"
"Iya kau aneh."
Dia terlihat marah sekarang. Aku tidak bisa menahannya, aku cemburu, aku cemburu padamu dan Johnny, cemburu pada seseorang yang kau sukai itu.
Aku cemburu.
Tapi aku tidak berhak, tidak pantas dan tidak layak. Ini tidak seharusnya terjadi. Bukan saatnya, Mark. "Tapi kau cantik."
"Tapi aku aneh."
"Tapi kau cantik!"
"Berhenti bilang aku cantik, aku tidak cantik, dan memang benar ya semua pria hanya melihat wanita dari fisik saja."
"Kau salah kak, kau cantik karna memang kau cantik di mata ku. Tidak peduli seberapa buruk kau dimata yang lain, bagiku kau masih terlihat sangat cantik."
"Intinya kau melihat wanita hanya karna dia cantik."
"Kau salah kak, aku hanya bilang cantik pada yang aku yakini."
"Maksudmu?"
Aku tidak sadar, kenapa perkataanku tidak bisa dijaga. Ini hanya akan membuat situasiku dengannya semakin rumit. Aku menginginkannya, tapi aku tidak yakin. "Ah tidak tidak, aku mau pergi awas."
Tapi dia menahan ku, "Jelaskan dulu padaku."
"Jelaskan apa lagi?"
"Yang barusan kau bilang."
"Aku memang bilang apa barusan?"
"Ishh."
"Belum saatnya kau tahu."
"Terserah."
Aku harus mengikuti yang mana? Kata hati atau logika? "Jangan marah, nanti jam 8 malam aku kerumah untuk menjemputmu. Pakai baju santai saja, aku ingin melihatmu nyaman."
*
Entahlah, hari ini terasa begitu cepat saja. Aku kadang tidak suka melaluinya. Semua terasa hampa dan aku tidak benar benar menikmatinya.
Sampai mungkin aku bertemu dia, dan mengenalnya sejauh ini. "Kak--" belum aku melanjutkan perkataanku, dia langsung berlari dan membekap mulutku. "Jangan berisik." Dia langsung menggiringku keluar rumah, menutup pintu rapat dengan tangan yang masih menempel dibibirku.
Aku hanya diam saja, sampai dia tersadar. "Ah maafkan aku. Ayok cepat pergi nanti Lucas dengar."
"Kalau dia dengar memangnya kenapa?"
"Ahh sudahlah ayok, jangan banyak bertanya. Cepat nyalakan lagi motormu, aku tunggu disana supaya tidak terlalu kelihatan. Sini helm nya."
"Iya iya." Aku langsung memberikannya helm. Kemudian menyusulnya yang sudah menungguku disana.
"Kau tidak akan kedinginan?"
"Memangnya kenapa? Aku sudah pakai jaket."
"Tapi kan itu denim, masih akan terasa dingin kalau sudah larut."
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..