"Mark aku ingin pipis!" Cio berteriak karna terlalu bising. Mereka sedang dijalan menuju rumah Cio.
"Tidak bisa ditahan?" Jawab Mark.
"Tidak kuatttt, dari tadi aku sudah menahannya."
"Didepan ada pom bensin kan? Kita kesana saja dulu."
Cio mengangguk saja sambil menahannya.
Setibanya di pom bensin, dia melirik kearah toilet yang berada diujung sana itu. "Kenapa toiletnya dipojok sih, terlalu menyeramkan, aku tidak bisa."
"Nonton film horor berani, masa masuk toilet saja takut."
"Di film kan hantunya bohongan, kalau ini beda lagi. Kau juga sama penakut nya."
"Masa sih?"
"Sudah jangan dibahas."
"Jadi sekarang kau maunya bagaimana?"
"Temani aku."
"Ayok."
"Ihhh kenapa kau semangat sekali sih. Maksudku menemaniku sampai pintu, kau tunggu diluar! Enak saja!"
"Ya siapa juga yang pikirannya kesana, itu memang kau nya saja mau aku temani kedalam."
"Ah sudah, cepat aku sudah tidak kuat!"
"Iya iya." Kekeh Mark tak kuasa menahan rasa ingin tertawanya. Kemudian memilih mengekori Cio dari belakang.
"Jangan ngintip!"
"Iyaaa!"
"Awas!"
"Iya iyaaa!"
Cio sudah masuk dan meneriaki nama Mark untuk memastikan Mark benar benar ada disana menunggunya.
Karna suaranya tiba tiba terdengar sangat hening, Cio buru buru langsung keluar setelah selesai dari toilet. Mencari cari keberadaan Mark yang tiba tiba menghilang. "Mark! Mark! Kemana anak itu. Astaga awas saja kalau dia benar benar meninggalkanku. Aku hajar habis habisan."
"Baru aku tinggal sebentar kau sudah rindu saja." Ternyata dia malah jongkok tidak jauh dari keberadaan Cio.
"Aku hanya khawatir tidak bisa pulang!"
"Masa?" Mark mendekatkan wajahnya pada Cio.
Cio mengkrucutkan bibirnya sebal, lalu dengan tiba tiba terdiam karna Mark juga diam, tapi tidak dengan matanya yang terus menatap kearah Cio.
"Kalau aku menciummu, kau akan marah?"
Cio mengeringkan matanya, "Aku akan langsung menghajarmu!"
"Hehe aku bercanda, mana berani aku padamu."
*
"Disini!" Johnny melambaikan tangannya pada seseorang. Dari tadi dia menunggunya di sebuah tempat makan dekat kampus.
"Kenapa tiba tiba ingin bertemu?"
"Jangan terburu buru, duduk saja dulu."
Wanita itu adalah, "Yenaa.."
"Hm?"
"Kau--"
"Sebentar sebentar, aku masih bingung, aku tidak begitu kenal denganmu, aku hanya tau wajahmu karna aku sering melihatmu bersama Cio, lalu kau mengirim pesan dan ingin bertemu denganku sekarang, ada apa?"
"Iya iya, sabar dulu. Aku hanya ingin mengobrol denganmu, itu saja. Kita pesan dulu makanan ya."
"Hm terserah saja, aku hanya pesan jus mangga."
"Kenapa tidak sekalian makanannya? Aku yang traktir, kan aku yang mengajakmu kesini."
"Tidak usah, pokoknya aku pesan itu saja."
"Yasudah kalau begitu."
Johnny memesan dulu pesanannya. Kemudian kembali lagi setelah selesai memesan.
"Yena.."
"Kenapa?"
"Kau masih menyukai Mark?"
"Mark? Aku tidak menyukainya."
"Jangan bohong, aku sudah tahu semuanya."
"Jangan sok tahu!"
"Jadi benar kan kau mantannya Mark?"
"Kalau kesini hanya untuk membahas itu lebih baik aku pulang."
"Eeeh tunggu dulu, aku belum selesai bicara."
"Kenapa lagi?"
"Kau tidak ingin kembali padanya? Aku lihat dia masih mencintaimu."
"Sudahlah, aku tidak ingin berurusan dengan masa lalu lagi. Dan berhenti ikut campur masalahku, kau urus saja dirimu sendiri."
"Hahaha santai, aku hanya bertanya, kalau kau marah berarti kau memang merasa."
"Urusanmu mau tau itu apa?"
"Ya aku ingin tau saja."
"Hhh, pantas Cio menjauh darimu."
"Kau!! Memang kau tahu apa tentang aku dan Cio, aku baik baik saja, yang ada kenapa kau sekarang terlihat akrab dengan Cio? Apa karna kau sudah tahu kalau Mark mu kini sudah punya yang baru? Hahaha sangat lucu."
Yena lalu terdiam.
"Tidak bisa menjawab kan? Hahaha, sudahlah, kita ini sama, kau dan aku, sama sama picik. Akui saja."
Yena meraih tas yang yang disimpan diatas meja, kemudian memilih pergi dari tempat itu.
"Kalau kau berubah pikiran, aku akan membantumu!!!" Teriak Johnny pada Yena, gadis itu tidak tertarik dan lebih memilih mempercepat langkahnya menuju pintu keluar.
"Ini akan seru." Gumam Johnny pada dirinya sendiri sambil mengulas senyum.
*
Ucapan Johnny masih terngiang ditelengi Yena, sampai membuatnya tidak konsen mengemudi.
Yena kemudian memelankan laju kendaraannya, tapi pikirannya masih belum bisa fokus. Dan hampir menabrak seseorang dari arah yang berlawanan.
"Astagaa!"
Yena memejamkan matanya sebentar lalu melihat apa yang barusan terjadi. Sekedar untuk keluar dan meminta maaf, dia tidak sanggup, kakinya terlalu gemetar.
Itu Mark, dan Cio. Mereka berdua kaget, apalagi Mark yang entah memilih kaget karna itu adalah Yena, atau karna Cio yang tidak sadar memeluknya erat.
Entah untuk urusan apa, tapi keduanya terlalu keluh.
Yena langsung melaju dengan mobilnya seperti tidak terjadi apa apa.
Mark sudah lupa, yang dia ingin ingat sekarang adalah momen dimana Cio begitu erat memeluknya. Mark hanya tersenyum, sampai Cio yang terbebas dari lamunan dan menyadarinya.
"Aku ketakutan setengah mati kau masih bisa bisa nya tersenyum!"
Ah iya, Cio masih trauma atas kejadian yang menimpanya waktu itu. Mark tidak berpikir kesana, "Hm maafkan aku, aku hanya, merasa senang dan nyaman."
"Barusan kita hampir tabrakan kau bilang senang! Kau sudah bosan hidup nak!"
"Aku bosan menjadi teman adikmu! Aku ingin memacarimu sekarang!"
"Marrrrkkkkk!"
"Ampunnn ampunnnnnnn XD"
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..