limabelas

382 62 0
                                    

Mark menunggu Lucas di taman sebelum jam menunjukkan pukul 5. Ya masih beberapa menitan lagi menuju angka lima. Dia hanya tidak mau membuat Lucas menunggu.

Mark memutuskan untuk duduk di kursi taman sembari memainkan ponselnya.

Merasa mulai bosan akhirnya dia memilih untuk menyimpan ponselnya kembali, mengeluarkan buku tulis dan sebuah bolpoint ditasnya.

Membayangkan sesuatu yang bisa ia gambar. Dan yang terlintas dipikirannya saat ini hanyalah senyum Cio yang begitu manis.

Sampai tak sadar langit mulai mendung.

Hujan pun turun dengan deras tanpa memberi isyarat berupa gerimis. Mark langsung kelimpungan mengemasi barangnya kedalam tas. Tadinya dia hendak pergi juga, tapi ia berhenti disana, "Aku tidak boleh pergi, aku harus tetap menunggu Lucas."

Mark memilih duduk kembali meskipun hujan sudah membuat badannya basah kuyup sekarang.

Sampai seseorang datang dengan payung yang tidak asing baginya. "Mark! Aku tahu kau masih kecil, tapi dewasa lah sedikit! Sekarang hujan sangat deras, lihat badanmu basah kuyup, bukannya berteduh malah duduk manis disini!" Itu Cio, dia langsung berbagi payung dengan Mark.

"Aku tidak bisa mendengar mu!"

Cio mendengus, menarik Mark secara paksa menuju ketempat yang teduh.

"Apa? Kau bicara apa kak? Hujannya terlalu deras, aku tidak bisa mendengarmu."

"AKU INGIN MENENDANGMU MARK!"

"Apa? Kau ingin memandangku? Kenapa harus bilang dulu, kau pandangi saja aku sampai kenyang."

Cio menyerah, dan lebih memilih untuk diam.

"Kenapa kau diam kak? Bukannya kau ingin memandangiku ya? Kenapa kau malah melihat hujan daripada aku?"

Hujannya sedikit berhenti, dan berubah menjadi gerimis.

"Kenapa kau malah hujan hujanan? Sekarang kau terlihat seperti anak anjing yang basah kuyup dijalanan."

"Aku memang anak anjingmu yang manis."

"Menggelikan."

"Hahaha."

"Cepat ikut aku."

"Kemana?"

"Ikut saja."

*

"Apa ini?"

"Kau tidak lihat? Itu jaket."

"Ya maksudku kenapa kau memberikannya padaku."

"Aku tidak memberikannya, aku hanya meminjamkannya."

"Maksudku, aku tidak membutuhkannya."

"Kalau manusia sungguhan, pasti dia akan merasa kedinginan sekarang karna bajunya yang basah. Atau mungkin kau memang benar anak anjing Mark."

"Aku hanya butuh--"

"Butuh apa?"

"Pelukan."

"Pelukan apa!"

"Tidak, aku hanya sedang ingin memeluk-- loker, ya memeluk loker."

Cio mengerlingkan matanya. Mengambil kembali jaket yang ada ditangan Mark, lalu memasangkannya secara paksa. "Jangan sampai angin berbuat nakal padamu."

Tidak terlalu kekecilan bagi Mark karna jaket itu memang berukuran besar, Cio memang senang memakai baju kebesaran dibadannya yang kecil, anehnya lagi baju apapun slalu terlihat cocok dipakainya.

"Kenapa harus warna kuning sih."

"Karna aku suka spongebob."

"Aku kira kau suka aku."

"Apa kau bilang!"

"Aku hanya bercanda haha."

"Hujannya sudah mulai reda." Ucap Cio sambil melipat payungnya.

"Masih gerimis. Disini saja dulu."

"Aku lelah, ingin pulang."

"Aku antar!"

"Tidak usah, aku naik bus saja. Ini aku kembalikan payungmu. Aku sempat memakainya beberapa kali, termasuk barusan. Kau ternyata lebih membutuhkannya."

"Untukmu saja. Jaga baik baik, itu payung mahal yang tidak bisa kau dapatkan dimanapun."

"Payung ini? Mahal kau bilang?"

"Iya, kenangannya tidak bisa dibeli oleh apapun."

"Lalu kenapa kau malah menyuruhku yang menyimpannya? Bukankah lebih baik kau sendiri yang simpan?"

"Ingin saja. Aku hanya merasa yakin kau bisa menjaganya."

"Yasudah aku tidak akan pakai lagi. Aku simpan ini diloker. Nanti kalau kau mau pakai bisa ambil saja disini atau hubungi aku dulu."

"Iya iyaaa hehe. Oh iya sekali lagi, mau ya aku antar pulang? Sekaliiii saja, itung itung balas budi."

"Ya sudah, asal jangan kebut kebutan."

"Kenapa? Kalau kau takut kau bisa pegangan."

"Dengan memelukmu maksudnya? Tidak terima kasih."

"Hehehe iya iya aku tidak akan ngebut."

Dari jauh Johnny mengepalkan kedua tangannya. Dia merasa sia sia melalukan semua ini. Bukannya menjauhkan Cio dari Mark, secara tidak langsung Johnny malah mendekatkan keduanya.

*


"Kau menyukai Mark?" Bisik salah satu teman kelasnya Mark. Mereka sedang duduk tepat dihadapan Mark yang jaraknya lumayan jauh.

Sambil ngelirik Mark didepan sana. "Siapa juga yang tidak suka dia."

"Iya juga sih, dia memang tampan. Lalu kau mau apa?"

"Aku ingin jadi pacarnya, tapi terlalu mustahil."

"Mustahil kenapa? Dia juga belum punya pacar kan?"

"Entahlah, aku dekat dengan Mark sedikit dia seperti ingin menghindariku, bahkan hanya sekedar menanyakan tugas saja dia sangat dingin."

"Dia memang begitu kepada semua wanita, kecuali wanita itu benar benar spesial baginya."

"Kau kenal dia?"

"Ya sebenarnya dulu dia satu sekolah denganku pas SMA, tapi ya dia tidak mengenali ku karna aku bukan anak yang bisa dibilang populer seperti dia."

"Hm, lalu?"

"Beri aku makanan untuk info selanjutnya."

Johnny yang tidak sengaja menguping, bukan, dia memang sengaja karna saat lewat dua gadis itu dan mereka menyebut nama Mark, dia langsung berhenti dan pura pura duduk.

"Kau ini dengan teman sendiri perhitungan!"

"Bukan begitu, aku hanya memanfaatkan keadaan haha."

"Sama saja, jadi selanjutnya apa?"

"Kau tau kak Yena?"

"Umm aku pernah dengar namanya sih, memangnya kenapa?"

"Dia, dia mantanya Mark atau pokoknya dia sangat dekat dengan Mark. Aku tidak terlalu yakin dan sebenarnya aku kurang tau juga berita ini benar atau tidak, ini yang aku dengar waktu itu."

"Sebentar, kak Yena, kak Yena, kakak tingkat yang apa sih dia ambil jurusan apa lah lupa. Itu pokoknya."

"Ya itulah nanti aku tunjukkan orangnya kalau bertemu."

"Kenapa dia bisa jadian? Kenapa Mark suka dengan wanita yang lebih tua sih, kenapa tidak melirik yang seumuran saja."

"Kau maksudnya?"

"Iya hehehehe."

"Astaga."

moccacino, mark lee (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang