empat

878 124 4
                                    

Sial sekali aku hari ini. Kenapa harus hujan!!!!

Aku tidak bawa payung atau jaket, sama sekali tidak bawa pelindung untuk kepala. Terlebih kalau tidak bawa laptop aku masih bisa berlari meskipun kebasahan. Kalau laptop ini yang sampai basah, sudahlah, tamat riwayatku.

Harus berapa lama lagi aku menunggu.

Aku sudah jongkok, berdiri, jongkok berdiri dan hujan masih tetap sama, lebat. Mana tidak ada orang yang aku kenal dan bisa aku tumpangi payungnya walaupun sedikit saja.

Aku ingin segera pulangggg. Aku jongkok kembali karna pegal. Memadang lurus kedepan tanpa tau apa yang aku pandangi. Sambil memeluk laptopku aku berfikir, aku saja yang menunggu hujan reda, yang lain malah sibuk menghindarinya.

"Kau tidak bosan menunggu hujan reda?" Aku menoleh, siapa?

Mark, kenapa aku merasa senang dia akhirnya mau berbicara padaku. "Lebih bosan menunggu Lucas mandi dibanding menunggu hujan reda."

Dia malah tertawa mendengar perkataanku. Yang aku tangkap darinya adalah dia sangat mudah tertawa, meskipun kalau kataku itu bahkan tidak ada lucu lucunya, sama sekali tidak. Sama halnya dengan adikku, bedanya dia terlihat lebih kalem dibanding Lucas.

Entahlah, dia jadi terlihat lebih menarik ketika tertawa. Apa sih Ciooo!

"Oh aku tahu, kau mau pulang tapi takut laptopmu basah kan?"

"Hm."

"Tunggu sebentar." Dia lalu membuka sesuatu ditasnya. Sebuah payung lipat berwarna biru tua, "Kamu pakai ini." Dia lalu memberikannya padaku.

"Ah? Tapi nanti kau pakai apa? Tidak, aku tidak mau."

"Jangan kerasa kepala. Cepat ambil, aku masih ada kegiatan dikampus, jadi mungkin pulangnya nanti malam."

"Kalau malam tiba tiba hujan bagaimana?"

"Tidak apa, daripada kau yang kehujanan. Aku lebih baik sakit karna air hujan daripada harus sakit karna melihatmu sakit. Aku pergi." Dia memberikan payungnya langsung di tangan ku dan tiba tiba berlari dengan kencang menuju kelasnya yang jauh disana.

Aku hanya melongo. "Astaga Markkkk." Tak sadar pipiku memerah.

*

"Kau ini sakit atau memang gila?" Dia memang pandai menghancurkam suasana. Memang, aku sedikit kepergok dia ketika senyum sendiri. Tapi tolonglah aku juga sedang ingin tenang karna sedang maskeran.

"Apa sih, aku sedang tidak ingin diganggu ya, sekali lagi kau ganggu aku, habis kau!" Ancamku pada Lucas dengan mulut yang kaku karna masker mulai mengeras.

"Malahan tadinya aku tidak ingin berbicara denganmu lagi, tapi kupikir kan repot nantinya."

"Repot kenapa memangnya?"

"Ya repot saja, tidak ada yang membuatkanku makan, tidak ada yang mencucikanku pakaian, kamarku juga akan seperti kandang kambing mungkin kalau aku marahan padamu."

"Ohhh kau sudah bosan hidup rupanya!"

"Aku masih ingin hidup, aku hanya bosan melihatmu menjomblo." Dia sekarang malah menertawakan ku, tanganku jadi gatal ingin menjambak anak ini. Aku turun dari kursi dan mengejar dia yang lari duluan dari hadapanku.

"Lucassss! Kemarin kau sudah membuatku kesal. Hari ini tidak akan aku biarkan kau lolos begitu saja!"

Tapi dia langsung lari menuju toilet, menguncinya rapat rapat. Sudah aku gedor gedor tapi dia masih tidak mau membukanya. Aku capek sendiri.

"Tau ah capek! Tuhkan masker kakak retak! Kalau jadinya bikin kisut keriput bagaimana? Mau tanggung jawab kau???" Aku berbalik badan, dihadapanku tiba tiba saja ada orang sedang aku pikirkan dari tadi. Aku meringis karna malu, kenapa yang ada di hadapanku itu Mark? Kapan dia masuk rumah?

"Ma-mark? Kenapa kau tiba tiba ada disana?"

"Aku sudah mengetuk pintu, Lucas yang membukakannya untukku. Katanya langsung masuk saja, dia kebelet mau ke toilet, dia bilangnya begitu." Diakhiri dengan kekehan.

"Kenapa kau malah senyum senyum? Memangnya ada yang lucu?"

"Ada, kau."

"Jangan bercanda!" Astaga, aku memegang pipiku. Ahhh maskerku masih menempel disana. Aku buru buru kekamar mandi untuk mencucinya. "Lucasss! Kau sedang apa sih cepat aku mau masukkk!" Teriakku mencoba mengalihkan perhatiannya.

"Jangan gangguuuuu! Aku sedang eeeeee."

Aku jadi kikuk, malu sendiri.

"Aku juga ingin sepertimu, jadi kau tidak sendirian merasa malu nya."

Aku hanya menggaruk kepalaku sambil tersenyum kaku. Maksud dia bilang gitu apa coba? Malu maluin Cioo.

*

Tengah malam aku terbangun karna perut yang kelaparan. Padahal sebelum tidur aku makan dulu, tapi kenapa selalu lapar saja tengah malamnya.

Kenapa jam segini masih berisik saja sih.

Aku membuka pintu kamar,

Astagaaa! Aku lupa menguncinya sebelum tidur, bagaimana kalau Lucas menyelinap masuk ke kamarku? Kalau Mark juga ikutan masuk? Ahhh bahaya!

Mana kalau tidur mulutku selalu terbuka, malu sekali aku. Cioooo kenapa juga harus mikir sampai sana, centil sekali sih pikiranku.

Anak itu memang benar benar minta aku hajar. Jam segini masih belum tidur dan malah main game.

Tidur kemalaman, bangun kesiangan.

Ah ternyata Mark masih ada disini?

"Tidur atau aku banting tv nya sekarang juga!"

"Coba saja kalau berani."

"AISHHHH LUCASSS----!!!!" Aku kaget ketika mereka berdua melihat kearahku. "Kau! Dasar pencuri!" Lucas memakai masker yang aku pakai tadi bersama Mark.

"Aku hanya minta sedikit. Salahmu juga kenapa menyombongkannya padaku kemarin."

"Kau pakai terlalu banyak Lucas! Itu masker mahal dan kau memakainya seperti tidak ada hari esok." Aku ingin memarahi Mark juga, tapi entahlah, tidak bisa.

"Kan yang pakai bukan hanya aku, Mark juga, kenapa kau marah marah hanya padaku? Kau tidak adil, harusnya Mark juga ikut semprot mulutmu yang--"

Sambil mengepalkan tanganku kearahnya, "Diam atau aku hajar?!"

"Aduh Mark, maaf ya dia memang begitu. Hobinya marah marah gak jelas. Jadi kau yang sabar ya."

Lucas benar benar membuatku kesal. Aku pergi dari sana, tidak jadi ke dapur karna kehilangan mood.

"Kak aku akan menginap disini!!" Teriak Mark.

Bodo amat. Aku langsung mengunci pintu kamar.

Kemudian mengingat lagi perkataannya barusan. Menginap disini?

moccacino, mark lee (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang