"Kau sudah bilang pada kakakmu kalau kau akan menginap disini?" Tanya Mark pada Lucas.
"Sudah, dia bilang terserah aku. Aku tanya ayah ibu apa boleh malam ini menginap. Katanya boleh saja asal pagi pagi harus cepat pulang."
"Yakin?"
Lucas hanya menjawabnya dengan anggukan sambil terkekeh.
"-____-"
"Kau belum pernah bertemu ayah dan ibuku kan? Aku hanya sering menceritakanmu sambil memperlihatkan beberapa foto pada mereka, tapi kau belum pernah bertemu secara langsung. Besok ikut denganku agar mereka lebih menyukaimu."
"Agar mereka lebih menyukaiku? Memangnya kenapa mereka harus menyukaiku?"
"Agar mereka percaya padaku kalau aku anak baik."
"--___--"
"Memangnya agar apa lagi?"
Tidak ada jawaban dari Mark, dia lebih memilih diam sembari memainkan ponselnya.
"Jangan terlalu berharap lebih pada kakakku. Dia akan segera bertunangan."
"Tunangan? Aku tidak percaya."
"Kali ini aku benar benar serius Mark. Dia akan bertungan dengan kak Johnny. Kau tahu kan mereka sudah berteman sejak lama. Orang tua kami juga keduanya berhubungan dengan sangat baik. Maka tidak ada yang bisa mencegahnya."
"Aku sekalipun?" Ujarnya dalam hati. "Baguslah kalau begitu." Jawaban yang dipakai Mark untuk membalas perkataan Lucas.
"Bagus? Tapi bagaimana ya, disatu sisi aku senang karna ternyata Johnny yang dijodohkan ayahku untuk Cio. Tapi disisi lain aku kasihan. Perasaannya pada Johnny hanya sekedar rasa sayang sebagai seorang teman. Mereka sudah berteman sangat lama dan Cio sama sekali tidak menginginkan hal ini terjadi. Pikirnya bagaimana bisa seorang sahabat menikahi sahabatnya sendiri."
"Ya kalau memang jodohnya, kita bisa apa?"
"Sudahlah aku pusing membahasnya denganmu."
*
"Bu, Lucas belum pulang?" Tanya Cio menghampiri ibunya.
"Katanya ada tugas tambahan jadi dia sekalian menginap ditempatnya Mark."
"Mark?"
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Tidak." Jawabnya jelas mengalihkan pertanyaan ibunya. Cio memilih pergi kedapur, tapi disana ada ayahnya yang sedang makan.
Lalu ayah meneguk dulu air yang ada dihadapannya. "Hari ini kau tidak ada acara kan? Ayah sudah menyuruh Johnny untuk mengajakmu keluar. Ya sekedar jalan jalan, nonton atau makan mungkin. Ayah ingin kalian semakin dekat." Pintanya.
"Ayaaaah. Tidak usah begitu, terlalu berlebihan. Kami sudah sangat dekat. Kau tidak lupa kan kalau dia itu temanku dari kecil."
"Iya justru itu. Seharusnya kalian berdua jangan terlalu canggung dengan situasi ini. Ayah hanya ingin memberikan yang terbaik untuk putri ayah. Johnny itu pewaris tunggal seluruh aset yang dimiliki ayahnya."
"Astaga ayah. Jadi ayah merencanakan pertunangan ini hanya untuk itu? Itu, itu sama saja seperti ayah menjual aku demi uang yah. Aku tidak mau bicara dengan ayah lagi!" Cio pergi mengurung diri dikamar. Mengunci pintunya rapat. Bagimana bisa ayahnya berpikiran sempit seperti itu.
Cio melirik sekilas jendela kamarnya. Apa harus dia melarikan diri dulu dari rumah untuk sekedar menenangkan pikirannya yang lumayan kacau.
Mengendap endap dengan pelan sambil sesekali melirik kesekeliling. Sampai dia berhasil keluar cukup jauh dari rumah. Berjalan pelan dengan kepala yang ditundukan kejalan. "Awalnya kupikir aku bisa saja menyukai Johnny. Tapi entah kenapa aku merasa tidak senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..