Cio POV
.
."Kau kemana saja sih kak, aku lapar, di dapur tidak ada makanan, kulkas kosong. Terpaksa aku pesan makanan siap saji. Aku kan sedang berhemat, gara gara kau aku gagal menyimpan cadangan uang. Kau kenapa barengan dengan Mark?" Cerocos Lucas seperti sedang ngerap.
"Berisik, aku mau tidur." Aku langsung masuk kekamar tanpa bilang apa apa lagi. Sedangkan Mark masih mematung disana bersama Lucas.
"Kenapa kau bisa bersama dengannya?"
"Tidak sengaja, aku bertemu dengannya dijalan."
"Ohh. Kau mau sekalian main denganku?"
"Aku langsung pulang saja."
"Jadi kau kesini sengaja hanya untuk mengantar kakakku pulang?"
"Mmm tidak juga."
"Lalu?"
"Hmm."
"Kau tidak bisa jawab kan, ya sudah sana pulang."
"Ya sudah aku pulang."
"Aku kan bohongan. Disini dulu, aku kesepian."
"Kau membuatku merinding Lucas."
"Ayolahhh."
"Iya iya, tapi jangan terlalu malam."
"Iyaa."
*
Tengah malam aku terbangun karna merasa sangat kelaparan. Perutku seperti sedang mengadakan konser sekarang. Beranjak dari kasur dengan tujuan mencari apa ada sisa makanan dikulkas. Ini sudah jadi kebiasaan, dan sulit buat dihilangkan.
Melirik sekilas kesofa ruang tengah. Lucas disana, dia benar benar tidur? Aku menghampirinya. Menepuk nepuk kakinya agar bangun.
Dengan malas dia akhirnya mau bangun. "Apaan sih kakkkk!"
"Kenapa kau tidur di sofa?"
"Aku ketidurannn."
"Kemana Mark?"
"Kau menanyakan dia?"
Ah? Benar juga, kenapa aku tiba tiba menanyakan dia. Tidak, aku hanya bertanya, tidak salah kan? "Tidak, aku hanya bingung saja, tadi dia kan bersamamu."
"Kau bingung kenapa?"
"Ah sudah lah."
"Jangan jangan kau!"
"Aku? Aku apa? Kenapa aku?"
"Tidak. Kenapa kau bangun malam malam?"
"Aku lapar."
"Oh kau lapar."
"Hgg."
"Tenang saja, ada yang sedang masak di dapur."
"Hah? Siapa?"
"Bangun ini-- mie udah jadi-- kak Cio!"
"Mark!"
"Kenapa kau sekaget itu sih kak."
"Aku-- tidak kaget, aku hanya sedikit terkejut. Hmm."
"Kenapa kau jadi salah tingkah?" Lucas benar benar membuatku kikuk.
"Aku tidak, sudahlah aku mau tidur lagi." Bohongku. Padahal sudah jelas aku memang salah tingkah. Suara perutku tidak bisa dikendalikan, kenapa bikin malu sihhh.
"Perutmu tidak bisa bohong kak."
"Iya berisik kau, aku mau buat mie instan saja."
"Ini kan mie instan juga. Kau makan saja ini bersama. Lagian kayaknya porsinya cukup buat bertiga."
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..