"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian kak." Gumam Mark pelan sembari menatap wajah Cio yang sedang tertidur pulas, dia duduk disamping tempat tidurnya, ya dia duduk dilantai dengan dagu yang ditopangkan dikasur.
Mark ingin sekali mencium kening Cio saat ini, sudah sampai didekat wajah gadis itu tapi Mark kembali ragu dengan perasaannya.
Dia akhirnya hanya merapikan rambut Cio yang sedikit berantakan, kemudian mengganti handuk hangat yang baru.
Sampai dia tidak sadar dia ikut tertidur sambil bersandar disebelah Cio.
Tidak berselang lama, suara berisik yang sangat ribut itu mulai terdengar jelas ditelinga Mark. Seketika dia langsung terbangun dari tidurnya.
"Aku tidak mau pulang kak!"
"Ayok cepat masuk!"
"Aku tidak mau masuk!"
"Cepat masuk!"
"Ini-- ada apa? Kenapa dengan Lucas?" Mark sedikit heran, juga canggung.
"Dia mabuk, tolong bantu aku menyeretnya kedalam."
"Oiy Mark whats up!" Lucas teriak teriak tidak jelas sekarang. "Kenapa kau ada dirumah ku! Kau sedang apa dengan kakakku! Pergi kau Mark!"
Mark dengan sigap langsung membantu Yena. "Kenapa dia bisa mabuk?"
"Aku juga tidak tahu. Yang jelas bawa dulu dia masuk. Oh iya Cio ada didalam?"
"Ada, tapi dia sedang sakit."
"Ahh bagaimana ini,"
"Dia sedang tidur, jadi aman jika tidak terlalu berisik seperti tadi."
"Aku bisa saja, tapi Lucas? Dari tadi yang teriak teriak kan dia."
Mark memabawa Lucas kekamarnya. Membantunya membuka sepatu serta tas yang melingkar dibadannya. Sedangkan Yena mengikutinya dari belakang.
"Maafkan aku ya Mark, aku tidak sengaja..." Kata kata Lucas menggantung disana. Dia langsung tidak sadarkan diri dan tidur pulas.
Beberapa menit berlalu mereka berdua hanya mematung disana tanpa banyak bicara.
"Ini sudah terlalu malam. Kau harus pulang. Semuanya biar aku yang urus." Ucap Mark sambil pergi dari sana. Yena menarik tangannya, "Kau masih marah?"
Mark melepaskan tangan Yena dengan kasar. "Kau tidak dengar? Sudah sana pulang. Aku tidak suka melihatmu berlama lama disini."
"Tapi kondisimu sekarang tidak apa apa kan?"
"Tidak usah peduli. Aku baik baik saja. Jadi cepat kau pergi dari sini."
"Iya iya aku akan pergi." Yena langsung berlari pergi dari sana. Dia terlihat sangat murung, begitupun Mark, moodnya jadi tidak bagus untuk sekarang.
Sekali lagi, dia hanya melirik ke pintu kamar Cio.
*
Mark bangun pagi, semalam dia tidur disini, karna dirasa tidak mungkin meninggalkan keduanya dalam keadaan seperti ini akhirnya dia menginap.
Dia sudah bangun, membereskan semuanya, termasuk membuatkan mereka sarapan.
"Aku harus bangunkan siapa dulu." Mark bertanya pada dirinya sendiri.
Tapi Lucas keburu bangun duluan, dia berjalan setengah dan kemudian menemukan Mark disana. "Kau sedang apa disini? Kenapa kau masuk seenaknya sih, memangnya kau ini siapa?"
"Lucas, kakakmu sedang sakit--"
"Alah alasan, biar kau bisa berduaan dengan dia kan? Aku sudah tahu otak busukmu Mark."
"Tidak Lucas, dia memang sakit."
Lucas kemudian masuk kekamar Cio. Gadis itu masih tertidur dengan handuk yang tidak lagi menempel didahinya. Itu karna dia tidur terlalu lincah.
"Dia saja tidur seperti orang gila, aku tidak yakin kalau dia benar benar sakit."
"Badannya panas semalam, kau tidak ada dirumah, kau mabuk kan semalam? Bagaimana reaksi kakakmu ketika tahu adiknya mabuk mabukan tadi malam?"
"Maarkkkk!"
"Apa? Aku tidak menyuruhmu apa apa kan Lucas, aku hanya menyuruhmu percaya padaku, aku tidak selicik itu, tidak seperti teman kakakmu."
"Yang kau maksud itu kak Johnny? Dengar ya Mark, yang licik itu kau, kau terlalu munafik. Sudahlah aku sedang tidak ingin ribut pagi ini, pikirkan saja lukamu yang belum kering itu."
"Aku akan menahannya untukmu, adik ipar." Mark kemudian pergi sembari menepuk pundak Lucas.
"Kauuu!"
*
"Kenapa kau begitu murung hari ini?" Tanya Johnny yang tak sengaja berpapasan dengan Lucas dikantin.
"Aku sedang kesal."
"Gara gara Mark?"
"Ya begitulah."
"Lagian kau seperti tidak punya teman lagi saja, temanmu kan banyak bukan hanya dia."
"Iya juga sih, ah entahlah, daripada aku bengong tidak jelas lebih baik aku pesan makanan dulu saja. Kau tunggu disini, aku mau pesan makanan dulu, kau mau sekalian aku pesankan makanan?"
"Tidak usah, kau saja, mungkin es jeruk satu deh."
"Ya sudah."
Ponsel Lucas berbunyi, ada pesan masuk disana.
Dari Mark : Ayok bertemu, aku tunggu kau di taman belakang kampus.
Johnny menengok ke sekeliling, melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 4.15, kemudian mengetikan jarinya dipapan ketik.
Lucas : Jam 5 sore, tunggu saja.
Setelah mengirim pesan pada Mark, Johnny langsung menghapusnya kembali beserta pesan yang dikirimkan Mark.
Buru buru Johnny menyimpan ponsel Lucas ditempat semula.
"Ini esmu."
"Ah terimakasih. Kau pesan banyak sekali."
"Aku memang sedang lapar."
"Habis ini kau mau kemana?"
"Hm, tidak ada jadwal lagi sih, mungkin aku akan pulang, makan lagi, dan tidur."
"Haha kau ini, baguslah."
"Bagus kenapa memangnya?"
"Iya bagus, daripada main tidak jelas mending kau tidur dirumah, iya kan?"
"Hahaha iya juga, kau kenapa tidak pernah kerumah lagi?"
"Aku ingin sih, tapi melihat Cio, aku masih sedikit terluka."
"Kenapa memangnya? Gara gara Mark?"
"Bukan bukan, jangan didengarkan, aku sedang melantur. Lain kali aku main kesana."
"Janji ya. Tapi kalau kau mau mendekati kakakku sih tidak apa apa, aku malah mendukungmu seribu persen."
"Ah kau ini."
"Apa kau tidak menyukainya? Ah maaf dia memang tidak seperti wanita yang lain, saat wanita lain sibuk ke salon, dia malah sibuk latihan judo."
"Dia memang spesial, tidak usah ke salon dia memang sudah cantik. Kakakmu masih suka latihan judo? Bukannya sudah off ya?"
"Iya sih, dulu maksudku haha. Tapi setelah ujian sepertinya dia akan mulai latihan lagi."
"Oh begitu. Kau lanjut makan saja biar nanti makanannya aku yang bayar."
"Benarkah?"
"Kapan aku bohong padamu?"
"Hehe terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..