BAB 5

237K 21.5K 585
                                    

Selamat membaca:*

***

Kini hanya gelap gulita yang dapat dia lihat. Bahkan dia tidak bisa melihat apapun. Dia masih memeluk buku yang sedari tadi dia peluk. Sampai sebuah sinar senter datang dan meneranginya.

Vasilla menutup matanya karena silau. Orang yang membawa senter itu melangkah mendekati Vasilla. "Neng, maaf ya ... Lampunya tiba-tiba konslet." ucap pak Adi, penjaga sekolah. Pak Adi datang dengan Vento yang berdiri dibelakangnya.

"Tadi mas ini yang bilang kalau diperpustakaan masih ada anak yang belum keluar. Udah gelap begini, kok ga keluar dari tadi?"

Vasilla tidak menjawab, dia menatap kesamping. Tempat dimana hantu perempuan itu muncul. Lalu tatapannya beralih kearah Vento. Bukan pada Vento, tapi dibelakang Vento.

Vento mengernyit heran, Vasilla tidak sedang menatapnya melainkan menatap sesuatu yang menarik dibelakangnya.

Vasilla tidak dapat menemukan hantu perempuan itu.

"Neng?" panggil pak Adi sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Vasilla. Vasilla mengerjap kaget, lalu menatap pak Adi.

"Maaf pak, tadi saya mau baca buku ini lalu tiba-tiba mati lampu."

"Neng, liat sesuatu?" pak Adi menyipitkan matanya. Pak Adi memang mengetahui soal kemampuan Vasilla. Sesuai gosip yang menyebar.

Vasilla tersenyum canggung, kemudian menggeleng. "Bukan apa apa, pak. Ga penting kok ..." Vasilla menatap pak Adi lalu menunjukkan buku dipelukannya. "Pak Adi sama Vento keluar duluan aja. Aku mau masih kembaliin buku ini ke rak."

"Ga bisa dong, neng. Disini gelap, nanti eneng malah nabrak." sahut pak Adi lalu tertawa kecil.

Vasilla membalasnya dengan senyuman ramah. "Makasih pak. Tunggu sebentar ya ... Cuma sebentar kok."

Vasilla dibuntuti oleh pak Adi dan Vento. Mengembalikan buku itu ke rak buku lalu keluar bersama dari perpustakaan yang lampunya masih mati.

"Kok sepi ...?" gumam Vasilla, namun Vento mendengarnya.

"Bel udah bunyi. Dari mana aja lo?" tanya Vento, gusar.

Pak Adi mengunci pintu perpustakaan lalu tersenyum pada Vasilla dan Vento sebelum akhirnya melangkah pergi.

Vasilla bergerak, melangkah mendahului Vento menuju kelas. Tampaknya Vento tidak berusaha mengejar langkah Vasilla. Laki-laki itu tetap berjalan dibelakang Vasilla dan masuk ke kelas bersamaan membuat murid-murid kelasnya langsung heboh dan berpikir yang tidak-tidak.

"Maaf bu, saya habis terjebak di perpustakaan. Tadi lampunya mati, saya ga bisa keluar." ucap Vasilla pada Bu Maya yang sedang mengajar sejarah.

"Palingan bohong!"

"Abis ketoilet cowok? sama Vento?"

"Kegatelan juga ternyata."

Vasilla hanya menoleh sekilas, lalu langsung memandang wajah bu Maya. Bu Maya terkenal guru yang tegas dan killer. Tak mudah bagi Vasilla untuk lari dari omelan bu Maya.

"Yasudah, duduk sana!" ucap bu Maya sambil menatap Vasilla dan Vento.

Vasilla dan Vento duduk, membuka tas dan mencari-cari buku paket sejarah. Vasilla kebingungan saat tidak berhasil menemukan buku paket itu dalam tas. Vasilla yakin bahwa dia membawa buku itu.

Vasilla menoleh, menatap teman kelasnya yang tampak menahan gelak tawanya. Vasilla yakin, pasti mereka sudah berencana untuk menyembunyikan buku paket milik Vasilla. Apalagi disaat jam pelajaran bu Maya.

Vento meletakkan buku paketnya ke atas meja lalu menoleh kearah Vasilla yang sedang menatap teman-teman sekelasnya.

Vento menyenggol bahu Vasilla. "Lo kenapa?".

Vasilla tidak menjawab, dan tidak menoleh. Dia menghela nafas kasar, dia sudah terbiasa dengan perbuatan temannya. Kalau mau mengadu, tidak akan ada yang membela dirinya yang dibenci oleh murid satu sekolahan.

Vasilla bangkit, membuat bu Maya mengernyit heran dan seketika murid-murid kelas menatapnya sambil mengulum senyuman licik mereka.

Vento ikut terheran heran atas kelakuan Vasilla.

"Maaf bu, saya ga bawa buku." ucap Vasilla, lantang tanpa raut wajah takut.

Bu Maya tampak menghela nafas kasar. "Sudah terlambat masuk kelas saya, sekarang malah ga bawa buku? Vasilla, kamu ga niat sekolah? Jam berapa kamu menyiapkan buku sekolahmu?!" omel bu Maya. Nafasnya memburu, membuktikan bahwa bu Maya tengah kesal.

Namun itu tak membuat Vasilla gentar. Dia tetap memandang bu Maya dengan tatapan kosong dan dingin, wajahnya juga tetap datar. Berbeda dengan saat Vasilla bicara pada pak Adi. Mungkin ... karena pak Adi satu-satunya yang memperlakukan Vasilla dengan baik disekolahan ini.

"Lebih baik kamu keluar!" bu Maya menunjuk pintu keluar kelas.

Vasilla bergerak cepat lalu melesat keluar tanpa menatap ekspresi teman-temannya dan juga bu Maya.

Vento menaruh buku paketnya di kolong meja lalu dia bangkit. "Maaf bu, buku saya juga ketinggalan. Kayaknya semalam saya lupa nyiapin buku." ucap Vento dengan wajah menyesal, namun hatinya tersenyum.

"Kamu si-anak baru itu? Ga bawa buku juga? Masih baru aja udah bikin kesalahan, keluar kamu!" amukan bu Maya semakin menjadi-jadi.

Vento melesat keluar kelas, tak lupa menutup pintu sebelum akhirnya tersenyum lega lalu dia meregangkan tubuhnya didepan pintu kelas yang kini tertutup itu.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang