BAB 35

158K 16.7K 1.4K
                                    

Selamat membaca:*

***

"Lo kenapa, Sil?" tanya Vento. Thalia, Elfin, Gara, dan Katherine ikut menoleh kearah Vasilla.

Vasilla sama sekali belum menyentuh bubur ayam dan jus jeruk-nya. Disaat semua teman-nya makan, gadis itu hanya terdiam. Dia tidak bisa melihat sosok yang menempeli-nya. Kenapa? Kenapa dia bisa ikut ketempelan?

Vasilla menoleh, menyadari bahwa teman teman-nya sedang menatap-nya dengan tatapan bingung.

"Lihat sesuatu lagi?" tanya Katherine, lembut.

Vasilla menggeleng sambil tersenyum. Dia tidak ingin membuat teman teman-nya khawatir atau ketakutan. Cukup dia yang merasakan itu, sendirian.

Vasilla mulai memakan bubur yang terasa pahit dilidah-nya saat ini. Sesekali, dia menoleh kebelakang-nya, berharap bisa melihat sosok yang menempeli-nya itu. Namun, nihil hasil-nya.

Selesai dari kantin, mereka kembali kekelas. Anak anak sepanjang koridor tak melepaskan pandangan mereka kearah Vasilla dan ke 5 teman-nya itu.

Beberapa dari mereka bahkan melempar bisikan dan mulai menyebar gosip bahwa Vasilla mulai memasang susuk.

Katherine berbisik, menyuruh Vasilla untuk pura pura tak mendengar ocehan mereka. Vasilla hanya mengangguk pelan.

Vasilla masih bisa merasakan bahwa sesosok hantu sedang mengikuti-nya dari belakang. Namun saat Vasilla menoleh, dia tak melihat apapun.

Mereka duduk ditempat duduk mereka masing masing. Karena bel belum berbunyi, beberapa murid mulai berkumpul dan bergosip, bermain gadget, make up, mencatok rambut mereka, bernyanyi layak-nya orang sinting dipinggir jalan, dan ada juga yang berteriak 'Sialan!', 'Fvck!', 'Buta map, njing!' yang bisa dipastikan mereka sedang bermain mobile legends.

"Lo dari tadi kenapa sih? Aneh banget." tanya Vento.

Vasilla menoleh, menatap Vento dengan tatapan sayu. "Ada yang ngikutin aku." bisik gadis itu, pelan.

"Maksud lo, lo ketempelan?" mata Vento melebar lalu dia menatap kebelakang Vasilla. Namun percuma, dia tidak punya indera keenam untuk melihat 'itu'.

"Aku ga bisa lihat siapa yang nempelin aku. Tapi dia udah bikin punggung aku pegal ..." Vasilla menenggelamkan wajah-nya dikedua lekukan tangan-nya diatas meja.

***

Vasilla melempar tas hijau tosca-nya keatas kasur. Dia menghela nafas lega setelah menutup pintu dan mengunci pintu kamar-nya. Gadis itu menghempaskan tubuh-nya keatas kasur-nya, menatap langit langit kamar-nya.

"Siapapun kamu, keluarlah. Aku ga tau kenapa kamu ngikutin aku terus. Memang-nya, aku salah apa." gadis itu menghela nafas berat lalu memejamkan mata-nya.

Tiba tiba gadis itu merasakan hembusan angin yang dingin, membuat bulu kuduk gadis itu berdiri. Vasilla membuka mata-nya lalu mengubah posisi-nya menjadi duduk saat mendapati Yaka berdiri tepat dihadapan-nya.

Vasilla mengernyit ."Kamu? yang ngikutin aku dari tadi?" tanya gadis itu dengan nada tak suka.

Aku cuma mau memastikan kalau kamu baik baik aja.

"Jangan tempelin aku. Kamu tau resiko menempeli orang itu, korban-nya akan merasa mudah lelah, mengantuk dan pegal pegal. Jangan tempeli aku lagi."

Oke, oke. Baiklah, aku ga akan ganggu kamu lagi, Vasilla. Tapi, ingat janji kamu, ya?

Yaka tersenyum lalu melayang pergi menembus dinding. Vasilla mendengus sebal sebelum akhir-nya menoleh kearah pintu, seseorang tengah mengetuk pintu kamar-nya.

Vasilla bangkit dan membukakan pintu. Melihat sosok Gatha yang menatap-nya sambil tersenyum.

"Kakak baru pulang?" tanya Vasilla sambil memandangi Gatha dari atas sampai bawah. "Kakak kenapa pake jaket itu?" tatapan Vasilla berhenti dibadan Gatha. Gatha sedang memakai jaket biru yang sama persis dengan milik pembunuh Yaka.

Gatha melangkah masuk lalu duduk ditepi kasur Vasilla. "Gapapa, bosen kalau pake yang lama. Bagus, kan?" Gatha menaik turunkan kedua alis-nya.

Vasilla mendekati Gatha. Menatap Gatha, dan jelas sekali bahwa jaket itu kebesaran untuk Gatha. Vasilla menatap kedua manik mata Gatha lalu menjilat bibir bawah-nya. "Jaket ini pemberian ya? Dikasih sama siapa?"

"Kok kamu pinter banget nebak sih?!" Gatha tertawa pelan. "Dari papa. Papa yang kasih kekakak, pas kamu dirumah Vento dan Vexo." Gatha terkekeh pelan.

"Papa??"

***

Hayoloh:v
Vote + Coment!


[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang