BAB 6

227K 21.4K 1K
                                    

Selamat membaca:*

***

Pandangan Vento mulai gencar mencari sosok Vasilla. Dia menatap lorong yang sedang kosong itu. Namun matanya terhenti karena menangkap sosok Vasilla. Perempuan dengan rambut panjang itu sedang berdiri didekat tangga menurun kelantai 1. Dan tampaknya Vasilla sedang bicara dengan seseorang, padahal tidak ada siapa-siapa.

Vento mengusap tengkuknya. Mempertimbangkan haruskah dia menghampiri Vasilla? Dia masih tidak percaya bahwa Vasilla benar-benar bisa melihat 'mereka'.

Vento berjalan menghampiri Vasilla yang tengah membelakanginya. "Valla!" panggilnya.

Vasilla tidak pernah dipanggil dengan sebutan 'Valla', lebih sering 'Silla'. Namun anehnya, dia menoleh saat dipanggil 'Valla'.

"Kenapa ga sekalian 'Valak' aja?" tanya Vasilla tetap dengan wajah datar dan tatapan dingin.

Vento berhenti didepan Vasilla lalu tertawa sambil mengusap tengkuknya. "Ngomong sama siapa?"

Vasilla menoleh sebentar kehantu nenek-nenek yang tadi bicara dengannya lalu dia kembali mendongak, menatap Vento. "Percuma aku kasih tau. Kamu juga ga akan percaya. Kalian sama aja." sahutnya, sarkas.

"Hantu, ya?" selidik Vento dengan matanya yang menyipit.

Vasilla menoleh ke arah hantu nenek-nenek itu. Hantu nenek itu adalah penunggu sekolahan ini. Hantu nenek itu juga ternyata adalah hantu baik, dia menghampiri Vasilla hanya untuk mengobrol dan bercengkrama, bukan untuk meminta tolong seperti hantu lainnya.

"Mengobrol saja dulu dengan temanmu, nenek pergi dulu." bisik hantu nenek itu lalu dia melayang menembus tembok dan menghilang.

"Hei?" Vento membuyarkan lamunan Vasilla.

Vasilla tersentak kaget lalu langsung menoleh kearah Vento. "Kamu ngapain disini? Izin ketoilet atau diusir keluar juga?"

"Ga bawa buku."

"Bohong! Jelas-jelas tadi aku lihat kamu bawa buku."

Vento terkekeh. "Iya, sengaja gue sembunyiin."

"Kenapa?"

"Buat nemenin lo." sahut Vento santai.

Wajah Vasilla tetap datar, lagipula untuk apa dia senang dan baper hanya karena kalimat 'Buat nemenin lo'?

"Lo pikir gue ga tau, muka syok lo pasti diperpustakaan itu justru ngebuktiin bahwa lo abis ngeliat yang macem-macem. Apaan?" Vento mengangkat sebelah alis-nya.

Vasilla menarik panjang, memastikan bahwa tidak ada hantu perempuan itu dibelakang Vento. "Kamu percaya ga kalau aku bilang kalau kamu ketempelan?"

Vento tersentak kaget lalu matanya melebar. "Serius lo? Jangan bercanda ah! Perasaan gue ga pernah main ouija, charlie-charlie pencil atau jelangkung tuh." sahut Vento, yakin.

"Aku ga bercanda. Aku lihat sendiri. Pertama kali saat kamu masuk ke dalam kelas tadi pagi. Kamu di ikuti mahkluk itu dari belakang." Vasilla memancarkan harapan dimatanya, berusaha agar Vento percaya padanya walau itu tidak mungkin.

"Masa sih? Padahal gue ga ngapa-ngapain loh! Salah lihat kali." Vento terkekeh pelan.

"Nggak, aku ga salah lihat! Sosok perempuan, mukanya rusak, dan lehernya patah. Tadi di perpustakaan, dia ngedatangin aku. Tiba-tiba matanya hilang, diganti dengan darah dan belatung. Mulutnya juga robek sampai ketelinga, lalu dia menghilang sebelum kamu dan Pak Adi datang!" jelas Vasilla, berusaha meyakinkan Vento.

"Terus, dia nempelin gue? Lo tau alasannya gak? Perasaan gue ga ngelakuin yang aneh-aneh. Kenapa bisa tiba-tiba gue ditempelin?" Vento mengernyit heran.

Vasilla nampak berpikir keras, memutar otaknya dan berusaha mencari alasan. Hantu perempuan itu tidak memberi alasan mengapa dia mengikuti Vento.

"Nanti, coba aku pikirin. Kalau udah ketemu, besok aku kasih tau. Tapi kamu hati-hati, karena mereka itu berbahaya." Vasilla memperingati, teringat kejadian yang menimpanya saat diperpustakaan.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang