Selamat membaca:*
***
"Maafin kita ya? Kita udah jahat sama lo. Kita juga sering banget ikut ikutan anak anak sekelas buat ngerjain lo." Katherine menunduk, bersamaan dengan Gara, Elfin dan Thalia.
Mereka ber 5 sedang berdiri didepan toilet perempuan yang sepi. Vasilla tersenyum tipis. "Gapapa kok."
Katherine mendongak lalu membalas senyuman Vasilla. "Lo ... gak marah sama kita?"
Vasilla menggeleng pelan. "Nggak, nggak pernah."
Gara meraih tangan kanan Vasilla lalu menggenggam-nya dengan erat. "Seriusan??"
Thalia memukul pundak Gara. "Gara modus! Jangan mau, Sil."
Gara terkekeh lalu melepaskan tangan Vasilla. "Bukan modus, cuma kelepasan. Lagian, dia kan udah punya Vento." Gara kembali terkekeh.
Vasilla mengernyit tak paham. "Aku sama Vento cuma temenan."
Elfin tersenyum miring. "Masa sih...? Jujur dong. Kalian jadian, kan?" lalu dia menaik turunkan kedua alis-nya.
Vasilla menggeleng cepat. "Beneran cuma teman."
"Teman rasa pacar?" Katherine menepuk pundak Vasilla. "Cocok kok, tinggal jadian."
"Lo beneran udah gapapa?" tanya Thalia.
Vasilla menggeleng sambil tersenyum. "Gapapa ..."
"Mulai sekarang, kita temenan ya? Kalau ada apa apa, kasih tau kita. Kita mau kok kayak Vento, ngelindungin lo dari mereka." ucap Elfin lalu gadis itu tersenyum manis.
"Makasih, tapi aku takut kalau kalian temenan sama aku, kalian ikut dibully sama anak anak satu sekolahan. Jadi, lebih baik ga perlu." Vasilla tersenyum tipis.
"Gapapa. Kita ga takut kok. Sama sama manusia, mereka bukan Tuhan, kan?" Katherine menepuk pundak Vasilla lalu tersenyum ramah. "Kalau ada kerja kelompok, jangan takut buat ngajak kita barengan, oke?"
Vasilla tersenyum canggung sebelum akhir-nya mengangguk.
Katherine merangkul Vasilla, berjalan bersama kembali kekelas dengan Thalia, Elfin dan Gara yang mengikuti dibelakang.
Di jam pelajaran seperti ini, mereka keluar dengan minta izin ketoilet. Karena kalau mereka bicara saat istirahat, pasti akan banyak yang mendengar mereka. Apalagi orang orang sirik disepanjang koridor.
Vasilla duduk ditempat duduk-nya, lalu Katherine tersenyum pada-nya. Guru kembali menjelaskan pelajaran, anak anak kelas pun langsung fokus sambil menulis apa yang tertulis dipapan tulis.
"Lo diapain sama mereka?" bisik Vento.
Vasilla menoleh. "Nggak diapa apain. Kamu pikiran-nya negatif terus ya? Mereka cuma minta maaf, terus mereka bilang kalau mereka mau temenan sama aku."
"Masa sih?" Vento mengangkat sebelah alis-nya lalu melirik kearah Katherine. Gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum tulus pada Vasilla. "Bagus lah." lanjut Vento lalu dia kembali menulis.
***
Vote + Coment!

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sixth Sense
Terror#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap harinya sendirian tanpa siapapun. Bahkan orang tuanya saja pergi meninggalkannya dan tinggal diluar kot...