Selamat membaca:*
***
Flashback On : Penglihatan Vasilla.
Begitu Gatha sedang memberikan nasihat pada Vasilla. Sesuatu berbisik didekat telinga Vasilla. Vasilla melirik sosok itu melalui ekor matanya.
"Bisa, minta tolong?" bisik hantu wanita dengan rambut sepanjang lutut itu.
Vasilla menoleh kearah hantu itu, Gatha tetap bicara. Vasilla tidak mendengar apa yang Gatha katakan dengan jelas. Hantu didepannya itu terlalu menyeramkan.
Vasilla, benci rumah sakit.
Hantu perempuan yang melayang, dengan sekujur tubuh yang dibasahi darah. Pergelangan tangannya menghilang. Vasilla dapat melihat tulang tangan hantu itu. Hantu itu menyeringai lebar saat Vasilla mulai nampak gelisah.
"Bisa tolong tarik tulang ku?"
Vasilla langsung menoleh kearah Gatha dengan bibir yang semakin pucat. Tawa hantu itu meledak. Lalu seiring dengan terdengarnya suara retakan tulang, Vasilla kehilangan keseimbangan dan terjatuh dipelukan Gatha.
Flashback Off
Vasilla tersadar diatas brankar. Mengerjap berkali-kali, menyesuaikan cahaya lampu yang menerobos masuk matanya.
Keringat membasahi tubuh Vasilla. Apa barusan dia mimpi? Tidak, dia benar-benar melihat sosok menyeramkan itu. Dan sosok menyeramkan itu telah berhasil membuat Vasilla jatuh pingsan karena ketakutan.
Gatha tersenyum lebar lalu menggenggam erat tangan Vasilla. "Kamu gapapa?"
Nafas gadis itu masih memburu. "Dia minta tolong, dia nyuruh aku cabut tulangnya dari dagingnya." ucap gadis itu pelan.
Gatha mengernyit heran. "Siapa? Mimpi kamu?"
"Perempuan yang tadi berdiri dibelakang kita, didekat drink machine tadi!
"Yang bikin kamu pingsan tadi?"
Vasilla mengangguk cepat, dia masih takut dan terus terbayang sosok hantu perempuan berambut selutut itu.
Gatha tersenyum tipis. "Jangan diingati-ngat terus. Lupain ajalah ..."
"Kak, pulang ..."
"Sekarang? Vento baru aja sadar, tadi. Dia lagi nunggu diluar." Gatha menatap pintu ruangan yang tertutup itu.
Vasilla bangkit lalu menyibak rambutnya kebelakang. "Administrasinya, udah? Atau mau pake kartu ATM aku dulu?"
"Kakak udah bayar, tapi Vento maksa buat ganti."
"Terus?"
"Kakak larang ..." Gatha terkekeh pelan.
Vasilla mendahului Gatha, membuka pintu dan menabrak tubuh Vento yang tiba-tiba muncul didepannya. Untung saja ada Gatha dibelakangnya, Vasilla tidak jadi jatuh kelantai.
"Bisa lihat jalan, kan?" tanya Vasilla dengan nada ketus.
Vento hanya terkekeh, lehernya diperban. Mungkin karena luka pukulan itu.
"Kak Gatha, numpang mobil dong ... Anterin kesekolahan, motor gue masih disana." wajah Vento memelas.
Vasilla memutar bola mata malas, lalu melangkah mendahului Gatha dan Vento menuju mobil lebih dulu. Setelah Gatha mengangguk, mereka berdua menyusul Vasilla yang sudah menunggu didalam mobil.
Gatha melajukan mobilnya. Melintasi jalanan yang tidak terlalu ramai hingga tiba didepan pagar sekolahan, setelah Vento turun, Gatha kembali melajukan mobilnya.
Vento mengusap tengkuknya yang juga diperban lalu tersenyum tipis. Menuntun motornya keluar pagar dan mengendarai motornya menuju rumah.
Vento berhenti disebuah rumah bertingkat 3, rumah dengan cat biru langit itu nampak sangat megah.
Vento turun dari motornya. Masuk kerumah itu tanpa mengetuk dan mengucapkan sekedar permisi. Menyapa seorang laki-laki berusia 19 tahun yang sedang duduk santai diatas sofa coklat diruang tamu.
"Baru pulang? Jam berapa nih?" tanya laki-laki itu, sarkas.
Vento hanya diam lalu menatap kedua manik mata laki-laki itu. "Gue ketemu sama orang yang bisa lihat 'hantu'." Vento memberi jeda untuk menarik nafas. "Lo percaya gak? Kata orang itu, gue ditempelin."
Laki-laki itu langsung menjatuhkan ponsel ditangannya. Menatap Vento dengan tatapan tidak percaya. "Lo abis ngapain, dek? Sampe bisa ketempelan gitu??! Seriusan? Ah! Bohong kali!" Laki-laki itu menatap layar ponselnya yang menyala. "Bukan tanggal 1 april ..." ucapnya pelan.
"Iya kan? Gue ga ngapa-ngapain, masa tiba-tiba bisa ketempelan?"
"Makanya jangan sering ke kuburan malam-malam." laki-laki itu menggeleng sambil tertawa kecil.
Vento tertegun. "Kak Vexo, kakak percaya sama orang yang barusan aku bilang ...? Katanya sih, dia indigo."
Laki-laki yang bernama Vexo itu tertegun sebentar lalu kembali menatap Vento sambil tersenyum lebar. "Hmm .... Mungkin." sahutnya singkat. "Tapi .... Lo yakin, dia benar-benar bisa lihat? Ga nipu? Gak kayak ... Zanilia?"
***
Vote + Coment!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sixth Sense
Horror#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap harinya sendirian tanpa siapapun. Bahkan orang tuanya saja pergi meninggalkannya dan tinggal diluar kot...