BAB 17

178K 17.4K 1K
                                    

Selamat membaca:*

***

"Ngerti? Lo beneran ngerti?" tanya Vento, tak percaya.

"Jadi gini .... " Vasilla membalikkan buku itu kembali kehalaman pertama. "Bagaimana kondisi kelas bernuansa hijau yang kosong disiang itu?. Ini jelas jelas itu kelas kita, Ven." Vasilla tersenyum lalu pergi kehalaman selanjut-nya. "Dan ini ... Perempuan berwajah dingin itu tidak biasa dan tidak terlalu spesial. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa dibenci hampir oleh seluruh orang?. 'Hampir' itu berarti belum sepenuh-nya, kan? Belum sepenuh-nya seluruh orang benci sama aku. Terkecuali kamu dan kak Gatha." Vasilla kehalaman ketiga. "Jam berapa perempuan bermata tiga itu terjebak dilift kampus yang mati?. Coba tebak, aku terjebak dilift kampus kak Gatha, tepat jam 1 siang. Dan kemarin, jam 1 siang, kamu dipukul seseorang didepan kelas sampai pingsan, kan?" Vasilla tersenyum lagi lalu beralih kehalaman selanjut-nya. "Siapa yang percaya bahwa perempuan itu benar benar bermata 3 selain diri-nya sendiri dan kakak laki laki-nya?. Selain aku sendiri dan kak Gatha, kamu juga percaya kalau aku beneran bisa 'sesuatu', kan?"

Vento mengangguk pelan, mencerna penjelasan dari Vasilla.

"Jika hijau dan kuning bergabung, akan menjadi warna apa?. Hijau dicampur kuning, jadi biru." Vasilla mengangkat kedua alis-nya lalu menatap Vento. "Udah ngerti?"

Vento menggeleng pelan dengan watados-nya.

"Bagaimana kondisi kelas bernuansa hijau yang kosong disiang itu?. Jelas banget kalau ada seseorang yang masuk kekelas kita saat kelas kita kosong! Perempuan berwajah dingin itu tidak biasa dan tidak terlalu spesial. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa dibenci hampir oleh seluruh orang?. Selain kamu dan kak Gatha, semua-nya benci aku. Jam berapa perempuan bermata tiga itu terjebak dilift kampus yang mati?. Aku udah bilang, aku terjebak dilift saat jam 1 siang. Dan kamu dipukul, juga jam 1 siang saat kita masih disekolahan. Siapa yang percaya bahwa perempuan itu benar benar bermata 3 selain diri-nya sendiri dan kakak laki laki-nya?. Itu kamu, Vento! Jika hijau dan kuning bergabung, akan menjadi warna apa?. Hijau dicampur kuning, jadi biru. Kemarin aku lihat, orang yang mukul kamu itu mengenakan jaket berwarna biru."

Vasilla menarik nafas sebentar lalu lanjut menjelaskan. "Ada seseorang yang masuk kekelas kita, untuk ngambil bangku yang dijadikan senjata buat mukul kamu. Dan karena ada 2 orang yang ga benci sama aku, kamu dan kak Gatha calon korban-nya. Jam 1, seseorang yang ga benci sama aku bakalan diserang menggunakan bangku kayu. Dan selain diriku sendiri dan kak Gatha, kamu yang percaya kalau aku itu indigo, jelas banget kalau 'pelaku'-nya itu milih kamu sebagai korban-nya, kan? Hijau dicampur kuning, jadi biru. Dan pelaku yang mukul kamu itu memakai jaket biru." jelas Vasilla lalu dia tersenyum lebar. "Ngerti?"

Vento mengangguk sembari tersenyum. "O-oh ... Ngerti, ngerti!" lalu senyuman-nya memudar. "Siapa pelaku-nya? Ga dikasih tau?"

"Ga tau. Setelah lembaran ini, lembaran selanjut-nya masih kosong." Vasilla melihat lihat lembaran yang kosong. Tapi memang benar bahwa orang yang memukul Vento kemarin adalh seseorang yang mengenakan jaket berwarna biru.

Bel masuk seharus-nya berbunyi, namun entah mengapa yang berbunyi bukan bel masuk melainkan bel pulang. Vento dan Vasilla mengernyit heran, kenapa bel pulang berbunyi disaat seharus-nya bel masuk yang berbunyi.

Sebuah kertas kecil melayang dan menempel disepatu Vasilla. Vasilla mengambil kertas itu dan memperlihatkan isi-nya pada Vento.

1616

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang