Selamat membaca:*
***
Vento terhuyung sebelum akhirnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh pingsan kelantai. Vasilla bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri yang sudah terjatuh pingsan.
Dia menoleh kebelakang, menatap sosok seorang pria yang tampak bukan siswa yang tengah lari. Pria itu baru saja menghantam kepala Vento dengan sebuah bangku kayu hingga Vento terjatuh pingsan, lalu pria berjaket biru itu langsung lari pergi.
Vasilla menatap tajam punggung pria itu, "Kayak kenal.". Lalu pria itu menghilang ditelan jarak. Vasilla kembali terfokus pada Vento. Gadis itu menggoyang-goyangkan tubuh Vento. "Ven, bangun!" ucapnya berulang kali.
Tiba-tiba muncul sepasang kaki didekatnya. Vasilla mendongak, mendapati sosok Gatha yang berdiri didepannya dengan tatapan tanda tanya. "Siapa?" tanyanya sambil menatap Vento.
"Temen aku kak, barusan dipukul terus pingsan. Bantuin bawa kak." ucap Vasilla (berusaha) santai.
"Ke UKS?" tanya Gatha lalu berjongkok didekat Vento.
"UKS pasti udah sepi, anak anak udah pulang semua. Bawa kerumah aja, atau kerumah sakit?"
"Rumah sakit, takut kenapa-napa." sahut Gatha, santai. Lalu dia mengangkat tubuh Vento. Melepaskan tas Vasilla dari punggungnya. Vasilla memakai tasnya lalu berlari masuk kekelas, mengambil tas Vento lalu menyusul Gatha yang tengah menggendong Vento dan menuruni anak tangga dengan susah payah.
Gatha membawa Vento masuk kedalam mobilnya. Laki-laki itu dibiarkan berbaring dibangku penumpang. Sedangkan Gatha dan Vasilla duduk didepan.
Gatha melajukan mobilnya, berhenti didepan rumah sakit Yadika. Tanpa memanggil, beberapa suster tampak keluar menyambut sambil membawa brankar dorong.
Gatha menggendong Vento dan menidurkan laki-laki itu keatas brankar dorong. Vasilla dan Gatha menyusul saat suster mulai mendorong brankar itu dan memasukkannya keruang PICU. Lalu suster itu menutup pintu, mencegah Gatha dan Vasilla untuk ikut masuk.
2 Orang itu duduk dibangku besi yang berjajar didepan ruangan PICU itu.
"Kenapa dimasukkin ke PICU?" tanya Vasilla sambil menatap pintu ruangan yang kini tertutup rapat.
"Ga tau, mungkin UGD nya penuh." sahut Gatha, asal.
Vasilla terkekeh. Membuat Gatha menoleh dan mengernyit heran. "Tumben kamu ikut masuk? Biasanya maunya cuma nunggu dimobil? Kamu kan takut sama rumah sakit?"
Vasilla terkekeh lagi. Karena pertama kali dia menyadari bahwa dirinya indigo dan pertama kali dia melihat 'itu' adalah dirumah sakit. Bau-bau semerbak obat mulai merasuki hidung Vasilla dan Gatha.
Gatha menghembuskan nafas berat. "Temen kamu?" tanyanya lalu dia memejamkan matanya.
"Iya. Anak baru disekolahan. Seenggaknya, dia beda sama yang lain." sahut Vasilla. "Tadi dia habis dari toilet, nyariin tas aku yang diumpetin sama anak-anak kelas. Tapi pas sampai didekat kelas, seseorang mukul kepala dia pake bangku kecil yang terbuat dari kayu. Pasti Vento pingsan, orang berjaket biru itu langsung lari. Vasilla sempet lihat dia, kayaknya kakak kelas." jelas Vasilla panjang lebar, dan hanya dijawab dengan helaan nafas kasar dari Gatha.
"Temen temen kamu ngerjain kamu lagi?"
"Biasa kak, urusan sekolah kan memang begitu."
"Makanya, kakak tawarin homeschooling. Ga akan ada yang gangguin kamu lagi, ga ada yang bully kamu lagi."
"Aku udah betah disana. Ga perlu pindah lagi. Walau temen-temen jahat sama aku, suatu saat nanti mereka pasti berubah jadi lebih baik. Mereka tetap aku anggap teman ..." Vasilla tersenyum miris. "Walau mereka nggak." lanjutnya.
***
Vote + Coment!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sixth Sense
Horror#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap harinya sendirian tanpa siapapun. Bahkan orang tuanya saja pergi meninggalkannya dan tinggal diluar kot...