BAB 20

173K 16.8K 1.4K
                                    

Selamat membaca:*

***

"UDAH CUKUP KAMU BUAT KELUARGA SAMUEL AGATHA HANCUR??" bentak Samuel pada Vasilla yang tengah duduk dihadapan-nya sambil menunduk takut.

Vasilla dan Gatha sedang duduk dihadapan Samuel dan Agatha yang tiba tiba pulang dan langsung marah pada Vasilla.

Gatha menatap Samuel dengan tajam. "Papa ini kenapa sih? Pulang pulang langsung marah?! Vasilla salah apa sama papa??"

"Kamu diam, Gatha!" bentak Agatha pada Gatha.

Nafas Gatha memburu lalu dia menatap Vasilla yang masih menunduk. Bahu gadis itu gemetar, pertanda gadis itu sedang takut dan kemungkinan menangis.

"Kamu itu bisa-nya cuma bikin malu aja? Ga ada guna-nya!" lanjut Samuel.

"Maaf, pa." ucap Vasilla, pelan dan lemah.

Gatha semakin tidak tega, namun melihat Samuel yang sedang kesal, nyali-nya juga ikut menghilang.

"Selain minta maaf, kamu bisa apa lagi?? Kamu itu malu maluin, tau gak?! Percuma lahir kalau cuma bisa bikin keluarga Samuel Agatha malu!"

Vasilla semakin menunduk. "Maaf ..."

"Papa, papa bisa ga keterlaluan?" akhir-nya Gatha membuka mulut.

"Kamu ikut papa konsultasi kepsikiater, hari ini!" Samuel bangkit lalu pergi kekamar-nya yang sudah lama kosong, disusul oleh Agatha dibelakang-nya.

Gatha memeluk adik-nya, membiarkan gadis itu menangis dalam pelukan-nya. "Sabar ya, Sil. Kalau kakak udah lulus, kakak bawa kamu pergi dari sini biar dua orang itu ga bisa nemuin kamu." lalu Gatha mengusap rambut Vasilla, mencoba menenangkan gadis itu.

Vasilla tetap menangis tanpa suara dalam pelukan Gatha. Dia merindukan sosok papa yang dulu sangat memanjakan diri-nya dan sangat menyayangi-nya. Dimana Samuel dan Agatha yang dulu?

Samuel dan Agatha keluar dari kamar-nya sambil sesekali menghentakkan kaki mereka. Samuel langsung meraih lengan Vasilla dan menyeret Vasilla masuk kemobil-nya. Mengunci Gatha yang terus saja mengumpat didalam rumah.

"Papa!! Jangan bawa Silla, Pa!!" teriak Gatha dari dalam rumah.

Samuel dan Agatha masuk kemobil-nya, melajukan mobil itu menuju psikiater yang merupakan seorang teman lama Samuel. Vasilla hanya duduk terdiam dibangku penumpang.

Aku ga gila.

Samuel menghentikan mobil-nya didepan sebuah gedung luas bernuansa putih yang tampak sangat sepi. Samuel mencekal lengan Vasilla dan membawa putri-nya masuk kedalam gedung itu bersama Agatha.

Samuel, Agatha dan Vasilla duduk dihadapan seorang laki laki yang memakai jas putih. Laki laki itu tampak baik dan tersenyum ramah pada Vasilla walau Vasilla membalas-nya dengan tatapan benci dan dendam.

"Jadi, keluhan-nya apa?" tanya laki laki itu pada Samuel.

"Gini, Aldino. Dia itu sering mengkhayal. Teriak teriak ga jelas dan bilang kalau dia melihat mahkluk halus." sahut Samuel dengan nada kesal.

Nafas Vasilla memburu. Dia merasa dihina oleh papa-nya sendiri.

"Wah, kayak-nya Silla harus menjalani sedikit terapi, ya?" ucap laki laki yang bernama Aldino itu.

Vasilla menatap tajam pada Aldino. Aldino malah tersenyum tipis lalu menatap Samuel. Samuel mengernyitkan dahi-nya sambil menatap Aldino. "Terapi?"

"Psikoterapi. Itu kemungkinan akan mengembalikan sedikit kejiwaan Vasilla."

Vasilla tetap diam, dia mengepalkan tangan-nya diatas paha. Menahan amarah-nya sendiri. "Aku udah siapin sebuah kamar inap buat Silla. Silla disana dulu sebelum menjalani terapi."

2 orang suster perempuan langsung membawa Vasilla. Mengunci gadis itu disebuah kamar bernuansa putih yang membuat Vasilla merasa pusing.

Vasilla menggedor pintu berkali kali sambil berteriak kesal meminta dikeluarkan. Aldino tersenyum saat melihat wajah Samuel tampak kesal.

"Tenang aja. Teriakan kayak gitu udah biasa ditempat kayak gini." Aldino menatap Samuel dan Agatha secara bergantian.

"Makasih ya, Al." ucap Samuel lalu tersenyum tipis pada Aldino. "Gw balik duluan. Rawat anak gila itu baik baik." Samuel merangkul Agatha lalu pergi.

"Kamu tau, Samuel? Kamu ga pantas menjadi seorang ayah." Aldino tersenyum saat melihat punggung Samuel menghilang dari pandangan-nya.

Aldino ingin melepaskan Vasilla namun dia tak bisa. Ini sudah pekerjaan-nya, terlebih lagi Samuel dan Agatha adalah orang yang lumayan terpandang. Salah sedikit saja, nyawa taruhan-nya.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang