BAB 8

216K 19K 444
                                    

Selamat membaca:*

***

Nafas Vasilla memburu saat tiba-tiba hantu perempuan itu muncul sambil menatapnya dan berdiri dibelakang Vento yang sedang asik makan.

Vasilla menjatuhkan sendok dengan nasi goreng diatasnya kembali kepiring. Dentingan suara piring dan sendok membuat Vento menoleh. Vasilla, gadis itu terbujur kaku sambil menatap kebelakang Vento.

"Liat apa lagi lo?" tanya Vento, langsung keinti. Lalu dia menyeruput pop icenya.

Vasilla tidak menoleh, menatap Vento saja tidak. Dia menatap hantu perempuan itu tanpa berkedip. Hantu itu memiringkan kepalanya, membiarkan darah dari mata dan mulutnya menetes. Lagi-lagi Vasilla bisa melihat belatung belatung menggeliat di mata hantu perempuan itu.

Nafsu makannya benar-benar menghilang. Tatapannya beralih ke kaki hantu itu saat dia mendengar suara patahan tulang. Kaki hantu perempuan itu tampak patah, kulitnya menggantung dan berdarah-darah. Namun hanya kaki sebelah kanan saja, kaki sebelahnya baik-baik saja.

Vasilla meneguk salivanya susah payah, tatapannya menaik kewajah hantu perempuan itu. Hantu perempuan itu menyeringai pada Vasilla. Seringaian itu tampak menyeramkan dengan mulutnya yang telah robek dan berdarah-darah.

Vento menjentikkan jarinya didepan wajah Vasilla. Vasilla mengerjap kaget lalu menoleh kearah Vento.

"Lo kenapa sih?" Vento mengernyit lalu menoleh kebelakangnya namun tidak dapat melihat apapun.

Apa kalian pikir, melihat hantu seperti itu sangatlah menyenangkan? Salah, karena sebenarnya hal itu sangat dihindari oleh Vasilla. Hantu itu menyeramkan, terkadang membuatnya hampir muntah.

Begitu banyak orang pemberani, namun kenapa harus dia yang diberikan kemampuan itu? Vasilla mengerjap berkali-kali saat hantu perempuan itu berdiri tepat dibelakang Vento dan kembali menempeli sosok Vento.

Kenapa hantu itu gangguin aku terus?

Bel pulang berbunyi. Vasilla bangkit tanpa menyentuh makanan dan minumannya yang masih utuh. "Makasih Ven. Aku kekelas duluan!" ucapnya lalu berlari meninggalkan Vento.

Beberapa murid sengaja menabrak bahu Vasilla saat mereka melewati Vasilla. Beberapa dari mereka terang terangan memberi tatapan tajam. Vasilla membalas tatapan mereka dengan tatapan dingin dan wajah datar andalannya. Sampai dikelas, tasnya tidak ada dibangkunya. Pasti ada yang menyembunyikan tasnya.

Vasilla lelah, ingin sekali menangis, namun dia teringat nasehat Gatha yang membuatnya kuat.

Vasilla duduk dibangkunya yang kosong. Tas Vento masih ada disampingnya. Sedangkan tasnya sendiri menghilang entah kemana.

Seperti biasa, kalau bukan dilemari kelas, atas papan tulis, atas lemari kelas, palingan juga ditempat sampah didekat kelas.

Vasilla menghela nafas lalu menunduk.

Tas kamu ada ditoilet perempuan

Bisik sesuatu yang bisa dipastikan oleh Vasilla bahwa itu bukan suara manusia. Bahkan suara itu menggema. Vasilla tidak menoleh, tetap menunduk.

Aku lihat anak-anak kelas ini beramai ramai membawa tas kamu, menaruhnya ditempat sampah toilet perempuan agar kamu tidak bisa menemukannya.

Vasilla tetap menunduk dan memilih diam, sampai akhirnya sebuah tangan menepuk pundaknya. Dengan cepat, Vasilla menepis tangan itu. Namun matanya melebar saat menatap Vento yang berdiri dihadapannya dengan wajah bingung. "Lo kenapa nunduk? Kok ga pulang?"

Vasilla menatap sekeliling kelas, mencoba mencari sosok hantu yang tadi bicara dengannya namun nihil hasilnya. Dia kembali menatap Vento, berharap Vento mengerti keadaannya.

Vento menatap Vasilla, menyadari bahwa tas Vasilla tidak ada dimanapun, bahkan Vasilla sedang tidak membawa tasnya dipunggung. "Tas lo hilang?" tebaknya.

Vasilla menghela nafas kasar lalu mengusap wajahnya dengan kasar dan menggeleng frustasi.

"Anak-anak kelas, lagi? Mereka taroh dimana, biasanya?"

"Tempat sampah, toilet perempuan." sahut Vasilla dengan nada lemah.

Vento langsung beranjak pergi dengan derap kaki berat yang menunjukkan bahwa dia sedang menahan amarahnya. Dia memberanikan dirinya untuk masuk ketoilet perempuan yang sepi itu. Dia menoleh kekanan dan kekiri. Mencari keberadaan tempat sampah.

Matanya menyorot sebuah tempat sampah berwarna biru dengan ukuran sedang yang terletak tak jauh dari pintu. Vento membuka pintu tutup tempat sampah itu. Tempat sampah itu kosong, hanya diisi dengan sedikit cairan yang menimbulkan bau busuk.

Vento beranjak pergi ketoilet perempuan dilantai 1. Mengecek tempat sampah disana, disanalah dia berhasil menemukan tas tosca milik Vasilla.

Dia tersenyum, mengangkat tas itu dari dalam tempat sampah. Lalu dia membawa tas itu dipunggungnya, kembali kekelas.

Namun begitu tiba dikelas, langkahnya terhenti dan ...

BUGGGHHH

...

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang