BAB 32

161K 16.6K 873
                                    

Selamat membaca:*

***

Gatha mengangguk sambil tersenyum. "Iya, kenapa dek?"

Vasilla tertegun sebentar. Mata-nya masih menatap jaket itu. Belum, belum tentu Gatha yang memukul Vento dan membunuh Yaka. Itu tidak mungkin.

Vasilla menggeleng cepat, membuyarkan lamunan-nya sendiri.

"Kenapa, Sil? Kamu suka jaket itu?"

Vasilla menggeleng pelan. "Nggak kak. Aku cuma baru pertama kali lihat jaket itu aja."

Gatha terkekeh lalu melangkah pergi meninggalkan Vasilla diruang tamu sendirian.

"Masa iya, kak Gatha pelaku-nya?" Vasilla menggeleng pelan. "Pasti cuma kebetulan. Jaket-nya doang yang sama." Vasilla tersenyum tipis lalu melangkah masuk kekamar-nya.

Gadis itu menghempaskan tubuh-nya keatas kasur, memejamkan mata-nya untuk sesaat sambil menghirup nafas dalam dalam.

Vasilla?

Vasilla membuka mata-nya, mengubah posisi-nya menjadi duduk lalu mencari-cari sosok yang baru saja memanggil-nya. Mata-nya menangkap sosok Yaka yang sedang berdiri dipojok kamar-nya.

"Yaka?"

Vasilla? Kamu udah sembuh?

Vasilla mengangguk sembari tersenyum manis. "Iya. Udah lumayan kok."

Kamu udah tau arti dari 1616 itu?

Vasilla menggeleng. "Belum."

Jaket itu?

Vasilla terdiam sebentar, mengingat kajet milik Gatha yang sama persis dengan jaket milik pelaku. Namun tak mungkin Gatha yang lembut dapat melakukan hal keji seperti itu.

"Belum." sahut Vasilla, pelan.

Gapapa, aku sabar menunggu ...

Vasilla tersenyum kecut lalu melihat kepergian sosok Yaka. Laki laki itu menembus dinding dan menghilang begitu saja, entah kemana.

"Kak Gatha, semoga itu bukan kakak." gumam gadis itu lalu dia kembali berbaring diatas kasur-nya, menatap langit langit kamar-nya.

***

Vasilla memegang tulang dada-nya yang masih terasa sedikit ngilu dan nyeri. Gadis itu mempercepat langkah-nya menelusuri koridor sekolahan yang masih sangat sepi itu.

Dia sengaja datang lebih pagi agar tidak ada yang sengaja berbuat jahat pada-nya dalam keadaan seperti ini. Terlebih lagi saat dada gadis itu masih sakit dan diri-nya masih sangat lemah. Kemungkinan, banyak yang akan memanfaat keadaan ini.

Vasilla duduk dibangku-nya. Kelas-nya tidak ada seorangpun kecuali diri-nya dan bau tanah kuburan yang tiba tiba muncul disekitaran tempat duduk Vasilla.

Bau semerbak bunga melati ikut tercium. Padahal kedua bau itu sudah lama tak pernah tercium ditempat duduk Vasilla. Namun hari ini kembali tercium lagi.

Derap kaki terdengar mendekati kelas. Vasilla menoleh kearah pintu, menatap seseorang yang baru saja datang. "Hai, Vasilla." sapa Vento lalu laki laki itu duduk disebelah Vasilla.

Begitu Vento datang, bau melati dan kuburan-nya langsung menghilang begitu saja.

"Gw pikir hari ini lo masih ijin." Vento langsung duduk menghadap kearah Vasilla. "Tumben dateng pagi. Ada apaan?"

"Vento. Aku mau cerita."

"Cerita aja."

"Aku ketemu sama hantu, nama-nya Yaka. Dia yang nulis dibuku bersampul kulit hitam itu, kamu ingat?"

Vento mengangguk cepat. "Terus?"

"Dia juga yang beberapa kali nolong aku, dia nolong aku buat kabur dari psikiater sampai aku ketemu kamu waktu itu. Ternyata, dia dibunuh sama seseorang berjaket biru, orang yang mukul kamu pakai bangku kayu waktu itu."

Mata Vento melebar. "Kok bisa??"

"Iya. Dia juga minta bantuan aku buat cari tau siapa pelaku-nya. Dan juga dia minta tolong aku buat pecahin teka teki angka 1616 itu. Aku curiga, kak Gatha ada hubungan-nya sama semua ini."

"Kenapa? Lo curiga sama kakak lo sendiri?" Vento mengangkat kedua alis-nya.

Vasilla menggeleng pelan lalu melirik kearah pintu dengan sudut mata-nya. Tidak ada yang akan datang ataupun lewat. "Kemarin aku lihat jaket biru yang sama persis sama yang punya pelaku itu. Dan kak Gatha bilang, jaket itu punya dia."

"Kan jaket biru model begituan banyak. Diglodok juga ada, diskon malah." Vento terkekeh.

"Aku ga bercanda, Vento."

"Oke." Vento berhenti tertawa lalu menatap lekat lekat kedua manik mata Vasilla dengan wajah datar.

"Menurut kamu, mungkin gak kak Gatha mukul kamu pake bangku kayu waktu itu?"

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang