BAB 15

191K 17.5K 1.2K
                                    

Selamat membaca:*

***

"Kamu masih belum tau kenapa kamu bisa ketempelan?" tanya Vasilla, menghilangkan suasana canggung diantara diri-nya dan Vento yang sedang menyapu kelas, membersihkan tepung yang berserakan dilantai.

Vento menggeleng. "Gw ga ngapa-ngapain. Gw ga salah, mungkin itu setan naksir sama gw."

Vasilla menoleh, menatap sesuatu dibelakang Vento. Hantu wanita itu kini tampak biasa saja. Kulitnya putih, bibir-nya pucat. Tidak ada darah seperti kemarin, mulut-nya juga tidak sobek. Namun, tetap saja menyeramkan.

Vasilla kembali menyapu lalu menaruh ember itu keatas lemari dikelas itu. Dia menatap meja-nya, kali ini meja-nya terdapat coretan tip-ex. 'Bitch, masih ga kapok juga?'

Vasilla tersenyum sekilas. "Aku ga akan pergi." gumam-nya, pelan.

"Siapa yang nulis?" tanya Vento yang tiba tiba sudah berdiri disamping Vasilla.

Gadis itu tersentak kaget lalu reflek melangkah mundur dan mengerjap berkali kali sebelum akhir-nya tersadar. "Biasa ..." sahut Vasilla, santai.

Sesuatu menabrak Vasilla dari belakang. Gadis itu berbalik, menatap beberapa hantu anak kecil yang sedang bermain lari-larian dikelas-nya.

Vasilla membungkuk sedikit, lalu tersenyum tipis. "Kalian main-nya diluar aja, ya? Kakak lagi mau bersih bersih kelas. Jangan dikotorin, ya?"

Hantu itu mengangguk serempak, lalu berlarian keluar dari kelas, menembus tembok padahal pintu-nya terbuka lebar.

"Ngomong sama siapa?"

Vasilla berdiri tegap, lalu mengusap meja-nya dengan lembut. "Bukan siapa siapa."

"Gw percaya kok. Bilang aja, lo ngobrol sama sosok apa?"

"Tadi, ada hantu anak kecil, 7 orang. Lagi main lari-larian disini, salah satu-nya nabrak aku. Mereka lucu lucu ..." Vasilla tersenyum tipis, mengingat wujud hantu anak kecil yang dia lihat tadi.

"Lo duduk aja duluan. Biar gw aja yang nge-pel." Vento mengambil satu milik Vasilla lalu melempar-nya kepojok kelas lalu pergi mengambil pel'an.

Vasilla duduk dikelas itu sendirian. Menatap sekeliling kelas itu. Akhir akhir ini seperti-nya dia mendapat kemampuan baru yang sedikit aneh. Dia bisa mengetahui biodata pribadi seseorang hanya dengan kontak mata pada target. Vasilla ingin mencoba-nya pada Vento, namun dia tidak yakin bisa menatap mata laki laki itu lebih dari 15 detik.

Vasilla menatap Vento yang sedang menge-pel diambang pintu. Vento memeras pel'an itu lalu pergi dan kembali bersama Bu Jeni yang sudah bersih.

"Makasih sudah mau bantu bersih bersih kelas." ucap Bu Jeni lalu duduk dibangku-nya.

Vento dan Vasilla juga duduk ditempat mereka. Belajar bertiga pelajaran ekonomi.

***

Begitu bel istirahat berbunyi, Vasilla melesat cepat meninggalkan Vento dan pergi keperpustakaan. Vento mengejar-nya dari belakang. Mengekori gadis itu terus menerus.

Gadis itu melangkah ke rak buku yang kemarin. Buku sejarah itu masih ada diatas rak buku itu. Tidak ada yang menurunkan.

"Mau buku itu?" tanya Vento lalu bersender di salah satu rak buku dekat Vasilla.

Vasilla menoleh sekilas. "Mentang mentang kamu tinggi. Sombong banget sih?"

"Justru elo yang sombong. Gw minta anterin kekantin, nolak. Gw traktir, malah ga dimakan. Gw minta kenalan, lo ga nyambut uluran tangan gw. Nyesek, tau gak?" Vento memukul pelan dada-nya dengan dramatis.

"Itu kan urusan beda. Ga perlu disama samain lah." Vasilla masih menatap buku diatas rak itu.

"Lo ga bosen, istirahat cuma keperpus doang?"

Vasilla menggeleng pelan. Masih fokus pada buku sejarah-nya. Namun tiba tiba, Vasilla menoleh pada Vento dengan tatapan penuh selidik.

"Lo ... kenapa?"

Vasilla menatap kedua manik mata laki laki itu secara terus menerus. Vento mengerjap berkali kali.

"Vento Parcival Archer. 17 tahun. Lahir dijakarta, 11 april 2001. Suka dipeluk, juga suka anjing bulldog. Warna kesukaan, hitam. Baju favorite, kemeja E-Luxe Performance. Sedang diikuti hantu perempuan bernama Pinkan. Pelajaran kesukaan, bahasa inggris dan fisika. Makanan favorite, kentang goreng ..." tiba tiba saja itu semua terbesit dalam otak Vasilla. Vasilla pun menyebutkan itu semua secara tidak sadar.

Vento hanya menatap Vasilla dengan tatapan bingung. Mata-nya melebar lalu dia menatap Vasilla dengan penuh selidik. "Lo stalking gw?!" selidik-nya.

"Aku belum selesai!" omel Vasilla. "Baru aja aku hampir tau kenapa kamu bisa ditempelin sama hantu yang namanya--- Maaf, siapa tadi?"

"Pika? Pikachu atau apalah itu? Pikan?"

"Pinkan ..." ucap Vasilla, membenarkan.

"Lo tau dari mana itu? Kok gw baru tau kalau lo bisa begituan??"

Vasilla menatap mata Vento lagi, namun kali ini sama sekali tidak terjadi apapun. "Kok ga bisa lagi? Tadi bisa ..."

"Jangan liatin terus. Hati hati nanti naksir."

Vasilla membuang muka, lalu sembarangan mengambil sebuah buku bersampul kulit warna hitam yang kemudian dia letakkan dimeja untuk dia baca.

Buku bersampul kulit polos berwarna hitam. Vento duduk dihadapan Vasilla, menatap buku hitam yang tidak membuat-nya tertarik sama sekali. Sedikit aneh karena buku itu diletakkan di-rak buku paling pojok dan yang paling jarang dihampiri. Dan juga diletakkan disela sela dimana tidak bisa dilihat jika tidak teliti.

Entah mengapa, Vasilla tiba tiba mengambil buku itu. Namun mata-nya sering kali masih menatap buku diatas rak yang terlalu tinggi itu.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang