BAB 13

191K 17.6K 1.9K
                                    

Selamat membaca:*

***

"Bokap nyokap lo pasti nyesel karena udah ngelahirin lo!"

"Sadar diri, lo siapa?"

"Bitch, pergi lo dari sekolahan ini!"

"Ini sekolah buat orang waras, bukan sakit jiwa kayak lo!"

"Ga usah sok, ngomong pake aku-kamu segala. Sok imut lo!"

"Cari perhatian biar tenar? Basi, njing!"

"Indigo apa-nya? Palingan juga cuma cari sensasi biar punya banyak teman. Sayang-nya malah dijauhin!"

"Kasihan juga lo! Kucing jalanan aja ogah deket deket sama lo!"

"Lo pantes temenan sama setan! Kalian sebangsa."

"Temenan aja sama hantu. Ga ada manusia yang mau temenan sama orang aneh kayak lo!"

"Gw denger denger, nyokap bokap lo pergi dari rumah? Pasti karena lo, kan? Ikut aja ke psikiater, lo ga waras, Sil!"

"Jangan deketin gw lagi!"

"Gw mohon lo jauhin gw! Kita bukan temen lagi! Gw ga mau ketimpa sial gara gara temenan sama orang kayak lo!"

"Buat apa lo tetap hidup didunia manusia? Emangnya, lo manusia?"

Vasilla menggeleng kuat. Mimpi buruk itu terulang kembali. "Nggak ... aku ga gila ..." Vasilla mengigau dalam tidur-nya.

Mata yang masih terpejam itu mengeluarkan air mata. Vasilla membuka mata-nya, nafas-nya memburu. "Besok, apa lagi yang bakal mereka lakuin ke aku?" Vasilla termenung diatas kasur-nya. Menatap jam dinding yang baru menunjukkan jam 3 pagi.

Vasilla menghapus air mata-nya dengan punggung tangan-nya. Mengukir senyuman diwajah-nya, walau tipis dan tak terlihat.

***

Gatha mengantar Vasilla hingga didepan pagar sekolah. Gadis itu turun dari mobil, dan seperti biasa ... Dia ditatap oleh semua murid sekolahan yang berada disekitar sana. Dengan tatapan tajam, benci, dan dingin.

Semua-nya menusuk diri Vasilla dalam satu waktu. Vasilla mempercepat langkah-nya. Menguatkan kaki-nya karena sebentar lagi pasti akan ada yang sengaja menabrak bahu-nya.

Puluhan orang melangkah melewati Vasilla. Menabrak bahu gadis itu dengan sengaja. Vasilla berusaha agar tidak kehilangan keseimbangan. Dia tetap dengan wajah datar dan menunduk, menatap jalanan yang jauh lebih enak dipandang daripada wajah anak anak murid sekolahan itu.

Namun Vasilla terjatuh, saat seseorang menabrak-nya dengan sangat kencang. Vasilla mendongak, menatap wajah murid perempuan yang baru saja menabrak-nya.

Perempuan itu membalas tatapan Vasilla dengan tatapan angkuh. Gadis yang memakai make up itu tersenyum miring sambil menatap Vasilla. "Jalan ga pake mata ya?" lagi lagi dia tersenyum. "Sorry gw lupa. Kok lo bisa disini? Tempat lo bukan disini, tapi di rumah sakit jiwa." ucap perempuan itu dengan penuh penekanan.

Murid murid dikoridor langsung tertawa kencang karena kantor guru terletak jauh dari koridor ini. Vasilla bangkit, merapihkan rok-nya lalu melangkah mendahului perempuan itu.

Namun perempuan itu mencekal tangan Vasilla, mendorong Vasilla hingga terjatuh lagi. "Gw seneng liat lo nunduk dibawah kaki gw." ucap perempuan itu.

Vasilla tidak ingin melakukan ini ... Tapi ...

BUUKKKK

Dengan sengaja, Vasilla menendang kaki kanan perempuan itu hingga perempuan itu kehilangan keseimbangan lalu tersungkur disamping Vasilla. Vasilla mengulum senyuman-nya saat perempuan itu mencium lantai lorong yang dingin itu. Anak anak disepanjang koridor tidak dapat menahan tawa-nya lagi.

Perempuan itu hanya meringis, bangkit lalu melotot marah pada Vasilla yang masih duduk dilantai itu tanpa minat untuk bangkit. "Lo sengaja?!" bentak-nya.

"Aku tau kamu tidak punya pacar. Tapi tidak perlu mencium lantai seperti tadi ... Kamu, kasihan." balas Vasilla dengan wajah datar dan tatapan dingin.

Pertama kali bagi Vasilla untuk memberontak, membalas orang yang menindas diri-nya. Dalam hati, dia takut. Namun entah mengapa, hati-nya mendorong diri-nya untuk melakukan semua ini.

Perempuan itu mengusap lutut-nya yang sakit sambil meringis pelan. "Maksud lo apa? Tau diri! Disini, ga ada yang suka sama lo!"

Suasana dikoridor itu berubah menjadi mencekam. Semua-nya terdiam sambil menatap perempuan itu. Vasilla akhir-nya bangkit. "Aku ga perlu kalian suka sama aku. Yang penting, aku suka sama diriku sendiri." Vasilla berbalik dan melangkah pergi, mempercepat langkah-nya agar perempuan itu tidak mengejar-nya.

Vasilla menghembuskan nafas lega begitu tiba didepan pintu kelas-nya. Aneh-nya, pintu kelas-nya tertutup rapat. Apa dia datang terlalu pagi.

Vasilla memegang knop pintu. Dia melihat bayang bayang, jika dia membuka pintu kelas, ember yang penuh dengan tepung akan jatuh diatas kepala-nya. Vasilla menjauhkan tangan-nya dari knop. Menatap pintu kayu berwarna hijau itu.

Untung-nya dia bisa melihat sesuatu yang belum terjadi. Tapi, bagaimana cara-nya untuk masuk kekelas dengan selamat?

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang