BAB 31

163K 16.9K 1.6K
                                    

Selamat membaca:*

***

Sudah beberapa lama ini Vento duduk sendirian dikelas. Selama Vasilla dirawat dirumah sakit, banyak hal yang terjadi. Entah Vento harus senang atau malah khawatir.

Tapi akhir akhir ini Thalia, Katherine, Gara dan Elfin sering menghampiri Vento, memberi coklat, permen, bunga dan lainnya. Bukan untuk Vento, itu semua mereka titipkan untuk Vasilla. Vento pun selalu memberikan-nya pada Vasilla yang selalu tertidur dirumah sakit setiap kali Vento datang.

Lagi lagi, Vento menaruh seplastik cemilan dan sebucket bunga itu keatas nakas. Menatap wajah tenang Vasilla yang tengah tertidur itu.

Entah sudah berapa minggu Vento jalani sendirian. Tanpa gadis indigo itu disisi-nya, dia merasa kehilangan seseorang yang sangat spesial dan penting dalam hidup-nya. Padahal Vasilla tak lebih dari 'teman'-nya.

Vento duduk disamping Vasilla. "Lo ga bosen tidur terus? Gw sendirian, kesepian tau." Vento tersenyum tipis. "Kayak-nya, ga semua orang benci sama lo."

Vento terkekeh pelan. "Kenapa setiap gw dateng, lo selalu tidur? Ga mau ketemu gw ya? Iya, ngerti kok. Gw emang nyebelin. Tapi, gw ga tau gw salah apa, jadi tolong kasih tau gw, ya?"

Tiba tiba sebuah tangan mencekal pergelangan Vento dengan erat. Vento menoleh, menatap Vasilla yang sudah terbangun. "Jadi, kamu yang selalu bawain ini semua?" Vasilla menatap bingkisan diatas nakas-nya.

"Bukan dari aku, tapi dari Katherine, Thalia, Gara dan Elfin. Lalu mereka juga nitip salam dan ucapan 'makasih'."

Vasilla tersenyum tipis pada Vento. "Kayak-nya tadi aku dengar kamu ngomong sesuatu. Bisa diulang?"

"Nggak, gw ga ngomong apa apa." Vento menggeleng cepat.

"Masa sih? Bukan-nya kamu bilang kalo kamu bosen dan kesepian karena aku disini terus? Kamu ga salah kok, aku memang akhir akhir ini merasa gampang ngantuk aja."

"Masih sakit?"

Vasilla menggeleng pelan lalu tersenyum. "Aku ga mau lama lama disini, Vento. Aku mau pulang."

"Aduh ..." Vento mengusap tengkuk-nya. "Jangan tanya gw deh, tanya kak Gatha aja."

Vasilla melepaskan cekalan tangan Vento lalu merengkuh tubuh-nya. "Kak Gatha mana? Ga datang sama kamu?"

Vento menggeleng. "Mungkin lagi ada jadwal kampus."

Vasilla mengambil bucket bunga daisy dari atas nakas. Vasilla mengambil kertas kecil yang terselip diantara bunga itu.

"Maafin gw, Vasilla. Cepat sembuh ya? Gw nunggu lo disekolahan:)"

Vasilla tersenyum lalu menaruh kertas itu diatas nakas dan mencium harum-nya bunga itu. "Aku ga menyesal udah bantuin orang lain." Vasilla menatap Vento sambil tersenyum.

Vento mengusap puncak kepala Vasilla untuk pertama kali-nya. Entah mengapa dia melakukan-nya. "Ada yang gangguin lo? Maksud gw, lo ngerti kan?"

Vasilla mengangguk pelan. "Nggak ada. Cuma banyak yang numpang lewat pas subuh."

Suara deritan pintu membuat Vento dan Vasilla menoleh kepintu yang terbuka dan menampilkan sosok Gatha dan Vexo.

"Udah bangun?" sapa Gatha lalu dia mencium kening Vasilla.

"Kak, pulang ..." rengek gadis itu dengan nada suara manja.

Vexo hanya menatap Vento lalu mengedipkan sebelah mata-nya seolah memberi kode, sayang-nya Vento tidak peka.

"Iya, kakak baru aja minta izin sama dokter. Ayo pulang." Gatha memapah adik-nya untuk bangun lalu membawa bingkisan dari atas nakas dan membawa-nya kedalam mobil.

"Ga mau main kerumah?" tanya Gatha saat Vasilla sudah masuk kedalam mobil.

Vento dan Vexo menggeleng. "Nggak, Tha. Gw sama adek gw mau pulang duluan aja." tolak Vexo.

Gatha mengangguk lalu tersenyum dan masuk kedalam mobil, melajukan mobil-nya meninggalkan Vento dan Vexo yang masih bersender dimobil putih milik Vexo.

Vasilla berlari masuk kedalam rumah-nya begitu tiba dirumah-nya. Dia meregangkan tubuh-nya, menghirup nafas dalam dalam, udara dan oksigen dirumah-nya memang berbeda.

Mata gadis itu terhenti disatu titik dimana dia melihat sesuatu yang sangat familiar dimata-nya. "Itu jaket, punya kakak?" Vasilla menunjuk jaket biru yang tergantung dipintu kamar Gatha.

Jaket biru yang dipakai pelaku pembunuh Yaka dan yang memukul Vento waktu itu. Jaket yang sama persis, warna dan ukuran-nya yang sama.

***

Vote + Coment!

[✔] Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang