~ tujuh ~

625 54 4
                                    

Akhirnya up lagi...
Makasih buat para readers tercinta...
Kritik, saran, vote nya dong... Jangan pelit ya.. hehehe...
Selamat membaca~~~

~~~~~~~~~~

Deanita selalu membawa sapu tangan berinisial huruf D tersebut. Dan dia juga selalu lewat jalan dimana dia bertabrakan dan ngobrol dengan Deandra. Berharap dia bertemu cowok berambut panjang yang telah menolongnya waktu itu. Meski jalan itu memutar jauh menuju rumahnya, Deanita tetap melaluinya. Berharap dia bertemu dengan Deandra.

"Kamu ga nungguin kakak kamu?" Tanya Putra yang menghentikan langkah Deanita yang melangkah meninggalkan gerbang sekolah.

"Lagi ada perlu, jadi ga nungguin kakak. Kebetulan kakak lagi lembur, jadi langsung aja." Jawab Deanita yang bingung mau jelasin kepada Putra.

"Sepertinya sudah sebulan lebih, ya, kamu jalan kaki kalo pulang sekolah?" Putra masih penasaran dengan Deanita.

*Gila. Ni cowok sampai ngitung sejak kapan gue jalan kaki nyariin cowok gondrong itu* batin Deanita yang masih terkejut dengan pertanyaan Putra. "Oh ya?? Gue malah ga sadar kalau sudah sebulan lebih, hehehe" jawab Deanita cengengesan. "Duluan, ya, Put? Hati-hati nunggu jemputan." Deanita langsung pamit meninggalkan Putra.

"Ah, iya" jawab Putra. Namun karena Putra penasaran, Putra menyuruh sopirnya pulang duluan dan Putra mengikuti Deanita diam-diam.

"Tiap hari lewat sini, kadang juga malam minta Kak Dhika buat nyusul kak Dhani di tempat kerja part time-nya, tetapi kenapa ga ada petunjuk sama sekali? Cowok itu orang mana, sih? Apa gue yang terlalu berharap?" Gumam Deanita selama perjalanan sambil melihat sekitar siapa tahu bakal menemukan sosok penolongnya.

Ujian sudah selesai, Deanita tetap saja lewat di jalan yang sama. Bahkan ketika libur dia selalu menyempatkan diri keluar rumah dan jalan-jalan ke jalan yang sama dia bertemu dengan Deandra. Dan Putra selalu mengikuti Deanita setiap sepulang sekolah. Sampai dia ketahuan oleh Deanita sendiri.

"Putra!? Lo ngikutin gue, ya!?"

"Ah? Ketahuan, hehe," Putra hanya cengengesan. "Habisnya aku penasaran, apa yang membuatmu selalu lewat jalan ini, padahal ini memutar banget dari rumah kamu" jelas Putra.

Deanita menghela nafas panjang atas alasan Putra. "Sini, duduk bentar, lo anak sendok perak pasti capek jalan kaki jauh gini tiap pulang sekolah gara-gara ngikutin gue". Deanita mengajak Putra duduk di kursi depan sebuah cafe kecil di pinggir jalan. Lalu Deanita memesan latte untuknya juga untuk Putra. "Lo jangan protes atas apa yang gue pesenin buat lo, dompet gue nipis."

"Ga papa, Deanita" jawab Putra tersenyum. *Asal sama kamu, Deanita,* batin Putra.

Ketika itu cowok yang duduk di belakang mereka mendengar nama Deanita langsung ingat sesuatu. Tanpa sadar dia nguping.

"Jadi apa alasan kamu sering lewat sini? Bahkan hari libur kemarin aku juga lihat kamu lewat area sini." Tanya Putra.

"Yah, memang kudu cerita, nih, sama lo." Deanita menghela nafas sebelum memulai penjelasannya yang panjang lebar. "Dan sejak saat itu gue bertekat buat nemuin cowok itu, buat terima kasih. Ya meski kemungkinannya kecil, tapi kalo dia aja jalan kaki lewat sini, mungkin aja dia sering ke daerah ini. Kali aja ketemu." Putra hanya manggut-manggut dengar penjelasan super panjang Deanita. "Lo jangan manggut-manggut aja, lo kira gara-gara siapa gue sampe do buru Adriana terus!?" Protes Deanita.

"Emang gara-gara siapa?" Tanya Putra biasa aja.

"Elo!! Gara-gara komenan lo di postingan gue, Adriana jadi ngeburu gue. Biasa juga cuma like kenapa pake komen segala!? Dikira gue mau saingan dapetin lo. Gue anti pacaran dan gue anti rebut gebetan orang. Apa lagi yang ada urusannya sama Adriana, amit-amit, deh, jangan sampe."

Dengar kelanjutan penjelasan Deanita membuat Putra kaget dan sedih sekaligus. Dia jadi tahu kalau Deanita sama sekali tidak menaruh hati padanya. "Biar aku lurusin, aku bukan gebetan Adriana, atau siapapun. Dia itu sahabatku sejak kecil, dia cuma over protective aja. Rumor kalo dia suka sama aku itu salah,"

"Salah dari mana?" Deanita tidak percaya dengan penjelasan Putra. "Tapi serah, deh, gue juga ga peduli sama kehidupan Adriana. Yang penting buat gue saat ini, gue pengen ketemu cowok yang udah nolongin gue"

"Oke-oke." Putra ingin menyudahi pembahasan itu. "By the way, kamu mau ke SMA mana??" Tanya Putra.

"Belum tahu gue, Put. Kakak gue punya kenalan guru di SMA swata kota sebelah. Tapi ga tau juga SMA apa, kota sebelah, kan, banyak banget SMA swasta." Jawab Deanita. "Lo pulang, gih! Udah di tungguin sopir lo, tuh!" Suruh Deanita sambil menunjuk ke arah mobil Mercedes Benz S-class hitam yang terparkir tidak jauh dari cafe tempat mereka istirahat. "Gue juga mau nerusin perjalan ke barat gue, hehehe. Bye, Put, sampe jumpa di sekolah." Kata Deanita sambil cengengesan dan beranjak meninggkan Putra.

"Bye." Putra melambaikan tangan perpisahan kepada Deanita. Melihat Deanita menjauh sambil melihat-lihat sekitar. Jelas Deanita mencari sosok penolongnya. "Andai kamu tahu, yang aku suka itu kamu" guman Putra yang kemudian meninggalkan cafe menuju mobil pribadinya yang sedang ditunggu oleh sopir pribadinya.

Sementara cowok yang duduk di belakang Deanita dan Putra, melihat kepergian Deanita juga. Hoodie yang sedari tadi dia kenakan akhirnya ia lepas. Dia mengucir rambut lurus sebahunya dan beranjak meninggalkan tempat duduknya. Dia juga meninggalkan selembar uang seratus ribu di bawah cangkir latte yang tadi dia pesan. Cowok itu mengikuti Deanita. "Jadi dia sedang mencariku?"

~~~~~~~~~~

Thanks udah ikutin sampai bagian ini...
Aku sayang kalian...
Votenya dong, tekan tanda bintang di bawah...
Kritik saran boleh juga loh...
Sampai jumpa chapter berikutnya...

Edited April, 12nd '19

------------------•••°°°°000ooo000°°°°•••------------------

Baca cerita aku yang lain juga ya...
✓First Love (End)
✓Love You, Just Like This Is Enough (End)
✓(For) My Dean (On Going)

My Dean (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang