- duapulihlima -

355 32 3
                                    

Super long chapter guys
Here we go~~~~
Selamat membaca, chuu~~

----------------------------------

"Dean!?" Wira dan Dhika kaget melihat pemuda yang memiliki seragam yang sama dengan anak dan adik perempuan mereka, yang sedang ngobrol serius dengan Presdir mereka.

"Ayah!? Kak Dhika!?" Deandra sendiri terkejut melihat ayah dan kakak pacarnya berdiri dihadapannya.

"Kalian saling kenal?" Tanya Juna. Wira, Dhika dan Deandra hanya saling pandang dengan ekspresi yang campur aduk. Arif sendiri baru ingat tentang tujuan Deandra menyembunyikan identitasnya dari siapapun hanya bisa menepuk dahinya.

Mereka berbicara serius tentang Deanita, anak bungsu Wira yang harus dijauhkan dari pengaruh Sukma dan Hardian. Tanpa bayaran pun, Deandra menerima pekerjaan itu. Yang penting Deanita selamat. Setelah pembicaraan mereka selesai, Juna pamit pergi lebih dulu.

"Papa, mereka Ayah dan Kakak pertama Deanita." Deandra mengenalkan Wira dan Dhika kepada Arif, papanya.

"Ya aku tahu. Akhirnya Papa bisa bertemu dengan mereka meski Papa belum pernah bertemu dengan Deanita seperti Mamamu." Kata Arif dengan mengangguk.

"Sebagai Papanya Dean, saya minta maaf. Karena selama ini Dean menyembunyikan identitasnya kepada siapapun, bahkan kepada Deanita. Anak saya tidak bermaksud buruk kepada kalian atau bahkan siapapun. Dia memiliki alasan sendiri kenapa belum bisa jujur tentang siapa dirinya kepada orang lain. Dan kepada Deanita, mungkin Dean akan jujur padanya jika waktunya sudah tepat." Lanjut Arif yang merasa bersalah atas sikap Deandra.

"Oh, kami tidak masalah, Pak." Kata Wira sambil memandang ke arah Dhika sebentar. "Saya dan Dhika sudah menduga sejak beberapa minggu kemarin saat terakhir kali Dean berkunjung kerumah."

"Hanya saja untuk adik saya, mungkin akan sedikit berbeda karena dia tidak terlalu menyukai orang kaya." Lanjut Dhika.

"Kenapa bisa begitu??" Tanya Arif penasaran.

"Dia mengalami hari berat semasa SMP. Kebetulan dulu dia mendapat beasiswa masuk SMP Bintang Bangsa." Jawab Wira.

"Oh, ya ya. Aku mengerti alasan itu." Arif mengangguk-angguk sambil melihat ke arah Deandra yang sedari tadi hanya diam. "Baiklah, sebaiknya kalian pulang. Semua sudah ter-setting dan kalian bisa sedikit relax sekarang. Biarkan putri mu menandatanganinya."

Deandra hanya diam atas semua perkataan Arif. Sedikit menunduk dan berpikir bagaimana caranya jujur kepada Deanita. Selama ini Deanita membenci orang kaya dan statusnya saat ini adalah orang penting dalam perusahaan Papanya. Namun mengetahui kenyataan bahwa Deanita juga memiliki status yang sama dengannya, Deandra semakin takut untuk jujur. Jika Deanita mengetahui siapa dirinya sebenarnya dan semua orang terdekatnya menyembunyikan hal itu darinya, Deanita pasti sangat kecewa. Bukan hanya kepada dirinya, tetapi juga kepada ayah dan kedua kakaknya. Meski belum tentu Deanita akan menerima segala sesuatu dari Dharmayudha.

-------------------------------------

"Dean"
"Lo gpp kn?"
"Ka diyas blg lo pamit g dtg k pstry"

Chat yang dari tadi Deanita kirim kepada Deandra sama sekali belum dibuka oleh Deandra. Sesekali Deanita check ponsel namun tidak ada notif balasan dari Deandra. Deanita menelfon berkali-kali juga Deandra tidak membalasnya. Jelas aja kecemasan Deanita menarik perhatian Diyas.

"Lo kenapa, Dean?" Tanya Diyas menghampiri Deanita yang sedang melamun di kasir. Kebetulan toko lagi sepi.

"Gapapa, kok, Kak, hehe." Jawab Deanita sedikit terkejut dengan teguran Diyas.

My Dean (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang