~ tiga ~

881 66 3
                                    

Please komentar ya, ada saran kritik tetap saya terima. Jangan lupa vote juga ya??
Happy reading♥️

~~~~~~

"Mungkin dia ke arah sana!" Tunjuk Davika kesuatu arah kemudian Adriana pergi ke arah sesuai yang ditunjukkan Davika.

Adriana dan teman-temannya sudah pergi, tetapi Dean masih shock, terengah-engah dan belum melepaskan pelukannya kepada orang asing itu. Melihat kondisi Deanita, laki-laki tinggi itu mengelus rambut Deanita perlahan dan lama-kelamaan terdengar isakan tangin Deanita.

"Sudahlah, mereka sudah pergi jauh." Ucap Deandra.

Lalu Deanita duduk di bangku panjang depan sebuah mini market. Duduk menunduk dan menenangkan diri. Jam tangannya menunjukkan pukul setengah 6. Tak lama kemudian Deandra keluar dari dalam mini market itu dan menghampiri Deanita.

"Minumlah," kata Deandra sambil menyodorkan sebotol minuman teh oolong dingin kepada Deanita, kemudian duduk di samping anak SMP yang habis menangis itu.

Deanita langsung meminum teh pemberian Deandra, namun dia hanya diam. Dan Deandra juga tidak mengeluarkan sepatah katapun. *Sial! Kenapa gue harus nangis di depan orang asing, sih!? Memalukan sekali. Mana dia cowok yang gue tabrak sampe handphonenya jatuh tadi lagi, gimana kalo sebenarnya dia minta ganti rugi!? Uda nolongin gue juga lagi. Duh, Ayah~~~ Dean harus gimana?* Batin Deanita yang masih terdiam.

Deandra yang sedari tadi diam, akhirnya melihat kearah Deanita yang sedari tadi diam. "Kenapa mereka ngejar lo sampai segitunya?" Tanya Deandra.

"Mmm.. alasannya sepele, sih. Karena gue posting foto selfi di instagram dan di komen oleh King sekolahan." Jawab Deanita tetap menunduk. "Gue sendiri gak habis pikir kenapa dia sampai seperti itu sama gue. Sejak pertama kali masuk sekolah, dia benci banget sama gue. Dulu gue punya teman, bahkan dari kakak tingkat juga ada. Tetapi lama-lama mereka ngejauhin gue. Dan siapapun yang terlihat dekat sama gue langsung kena bully. Makanya gue gak punya teman karena mereka takut di-bully Queen juga."

"Aneh banget." Kata Deandra dengan datar. "Lo dari SMP Bintang Bangsa, kan?" Tanya Deandra. Deanita mengangguk. Tidak ada yang tidak kenal dengan seragam yang Deanita pakai. Seragam dari SMP kenamaan di kota besar itu.

"Tapi gue benci dengan sekolahan gue. Gue pengen cepet buang seragam ini." Ucap Deanita sambil memegang erat botol di tangannya.

"Kenapa?"

"Gue benci orang kaya." Jawab Deanita dengan cepat. Deandra sendiri kaget dengan jawaban Deanita.

"Benci orang kaya? Trus kenapa lo sekolah di sekolah elit itu? Jelas banget itu sekolah buat kalangan atas."

"Karena prestasi gue, gue dapat beasiswa full sampai gue lulus ntar. Bahkan gue masih bakal nerima beasiswa lagi ke SMA Bintang Bangsa. Awalnya gue seneng dapet beasiswa, karena bisa ngurangi biaya yang harus ayah keluarkan buat gue." Deanita menjelaskan.

"Gue ga berasal dari kluarga kaya. Ayah gue cuma OB. Kedua kakak gue juga seneng banget gue bisa masuk ke SMP super elite itu murni dengan kemampuan gue sendiri." Deanuta meneruskan.

"Tetapi kenyataannya gue harus menerima perlakuan yang kayak tadi. Banyak yang ngira gue bisa masuk SMP itu karena gue simpanan kepala sekolah. Gue dihina karena itu, bahkan mereka menghina pekerjaan ayah gue. Nilai yang gue capai aja dikira karena gue ngegoda guru, ada juga yang bilang guru kasihan smaa gue. Gue juga sering di-bully karena dikira ngrebut pacar siswi lain. Padahal gue ga ada niatan lain saat kenal sama siapapun karena gue sadar gue bisa sekolah karena beasiswa, makanya gue hanya harus fokus belajar." Jelas Deanita sambil menunduk. Suaranya bergetar, jelas dia menahan tangis.

"Nilai yang gue capai itu murni hasil kerja keras gue sendiri. Gue cuma ingin belajar dan buat ayah dan ibu bangga. Dan gue pengen membahagiakan keluarga dengan kesuksesan yang gue raih. Tetapi kegiatan belajar yang menurut gue menyenangkan berbeda 180° dari impian gue. Hanya ada sakit hati " Dan akhirnya tangis yang tertanan pecah juga. Deanita menunduk dan terisak2.

Deandra melihat Deanita yang sesegukan sambil menunduk. Deandra menyodorkan sapu tangan untuk Deanita. Dia melihat tangan cewek di sampingnya itu penuh dengan plaster luka. Bahkan ada juga di pipi dan dahinya. Deandra menggerakkan tangannya untuk menepuk-nepuk bahu Deanita, berharap Deanita sedikit tenang.

"Tenanglah, mereka akan segera mendapat balasannya. Jadi apa lo tetap ingin ambil beasiswa ke SMA Bintang Bangsa?" Tanya Deandra. Deanita langsung menggeleng lemas. "Kenapa?"

"Gue ingin menjalani kehidupan sekolah gue dengan normal."

"Lo yakin?"

"Yakin banget." Jawab Deanita yang langsung mengangkat wajahnya dan menyeka air matanya. "Ayah sudah setuju dengan keputusan gue inu. Dan gue sudah mutusin ga berdekatan sama orang kaya!" Lanjut Deanita dengan tegas.

Mendengar ucapan Deanita membuat Deandra kaget dan sedikit tertawa. "Kenapa?"

"Karena orang kaya hanya menyombongkan harta mereka. Padahal harta mereka bisa hilang sekejap. Dan dengar harta juga mereka memperlakukan orang biasa seenaknya." Deandra hanya diam mendengar alasan Deanita. "Dengan sekolah di SMA reguler gue yakin bakal dapetin teman yang tulus, meskipun ada yang ga suka sama gue, gue bisa melawan mereka dengan kemanpuan gue, bukan dengan uang."

"Lo bener juga. Mungkin dengan sekolah di sekolah biasa lo akan dapet teman yang lo pengen dan suasana sekolah yang lo harapin." Kata Deandra yang berdiri dari tempat duduknya. "Nama gue Deandra, kalo sewaktu-waktu kita berjumpa jangan sungkan buat negur gue, okay?." Lanjutnya yang bersiap meninggalkan Deanita. Namun langkahnya terhenti saat seorang pemuda menghampiri mereka.

"Dean!! Kamu ga papa sayang?" Pemuda itu langsung memeluk Deanita.

"Ga papa, Kak. Dean tadi dibantu sama cowok ini." Kata Deanita menunjuk kearah Deandra.

"Ah, terima kasih banyak. Maaf merepotkan," ucap Kak Dika, kakak pertama Deanita.

"Tidak apa-apa. Maaf saya permisi dulu, saya masih harus melakukan sesuatu. Selamat malam." Ucap Deandra dengan sopan kemudian pergi meninggalkan Deanita dan kakaknya. Deanita langsung naik motor kakaknya dan melaju pulang.

Sementara itu, Deandra masih berjalan menuju rumahnya. Untung saja tidak kesasar. Meski sering peegi menggunakan mobil, Deandra hafal betul rute kota itu. "Dean... Jadi nama cewek itu juga Dean." Gumam Deandra di perjalanannya sambil tersenyum.

~~~~~~

Pertemuan Deandra dan Deanita itu menjadi awal cerita mereka. Dean bertemu dengan Dean. Setelah pertemuan itu, apakah mereka berhasil mendapatkan teman sesuai harapan mereka, ya?

Dan tidak lupa, terima kasih banyak sudah baca sampai akhir pada chapter ini. Boleh dong minta vote dan komentarnya. Sampai pada 3 chapter ini, bagian mana yang kalian suka? #eaaakkk #gaje

Oke lah, tunggu chapter selanjutnya ya., ♥️

Nofxx

Edited, April 11th '19

------------------•••°°°°000ooo000°°°°•••------------------

Baca cerita aku yang lain juga ya...
✓First Love (End)
✓Love You, Just Like This Is Enough (End)
✓(For) My Dean (On Going)

My Dean (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang