Kebetulan pas bikin ini dengerin lagunya Jazz - Teman Bahagia
Duh baper T.T
Yang kue lebarannya masih banyak, boleh bagi dong ke aku, hehehe. Selamat lebaran buat para readers yang merayakan~~~~ (author juga merayakan hlo^^)
Akhirnya update juga bagian empat setelah sekian lama hiatus. Sikon author tidak memungkinkan buat sering update ^^ maafkan daku ya readers ♥️
Next, mari simak bagian empatnya~~ jangan cuma jadi silent reader, yuk ditekan tanda bintang di pojok kiri bawah, komen juga ditunggu loh, Makasih sebelumnya ~~
Happy reading~~~~~~~~~~~~~
"Ah, terima kasih banyak. Maaf merepotkan" ucap Kak Dhika, kakak pertama Deanita.
"Tidak apa-apa. Maaf saya permisi dulu, saya masih harus melakukan sesuatu. Selamat malam." Ucap Deandra dengan sopan kemudian pergi meninggalkan Deanita dan kakaknya. Deanita langsung naik motor kakaknya dan melaju pulang.
Di perjalanan pulang, Deandra sangat menikmatinya. Meski bukan pertama kali dia jalan kaki di keramaian kota, tetapi kali ini pertama kalinya dia keluar rumah tanpa pengawasan keluarga. Dia merogoh ponsel di saku jaketnya. Dia menemukan ponsel dengan layar pecah. Baru dia ingat, ponselnya terjatuh saat tidak sengaja ditabrak Deanita tadi. Deandra hanya menghela nafas sambil sedikit senyum. "Bagaimana gue ngejelasin ke mama kalau tahu ponselnga kayak gini? Pasti dikira kenapa-kenapa, nih" gumamnya sambil memasukkan kembali ponsel ke sakunya.
Lalu dia melihat sebuah toko ponsel lumayan besar di sisi jalan. Deandra langsung masuk dan memilih ponsel yang sama dengan miliknya saat ini.
"Perlu saya bantu mengambil card-nya?" Tawar si sales counter cantik yang sedang melayani Deandra.
"Tidak," jawab Deandra dengan cepat membuat sales itu kaget. "Ah, maksud saya pasang saja nomor baru, saya nomor lama saya sudah habis masa tenggang." Lanjut Deandra sambil tersenyum atas kebohongannya. Tentu saja senyuman Deandra membuat sales cantik itu tersipu.
Disisi lain, ada seorang laki-laki yang juga sebagai sales counter tidak sengaja melihat temannya yang sedang berinteraksi dengan Deandra. Cukup lama dia memandang Deandra.
"Kaya pernah lihat, dimana, ya?" Pikir laki-laki itu. Dia terus berpikir dengan sesekali melihat ke arah Deandra.
"Hey! Dhani! Makan, yuk! Lo punya janji buat traktir ramen di depan!" Pikiran laki-laki yang di panggil dengan Dhani itu buyar dan dia segera meninggalkan temlat duduknya.
Deandra selesai transaksi dan membayar dengan credit card dari dompetnya. Dia melanjutkan perjalanan pulangnya. Dia tahu, Lyra, mamanya pasti sudah khawatir menunggu dirinya. Lebih lagi dia menganti nomor ponselnya secara tiba-tiba.
Benar adanya. Kedatangan Deandra sudah sangat ditunggu oleh Lyra dan Mirna. Mirna adalah Kepala Asisten Rumah Tangga rumah besar itu.
"Sayang, kenapa nomor kamu tidak bisa mama telepon, kamu ga kenapa-kenapa, kan, sayang?" Tanya Lyra yang khawatir dengan anak bungsunya itu.
"Tuan Muda Dean, kami semua di rumah sangat khawatir." Tambah Mirna. Mirna memang sudah merawat Deandra sejak bayi, Mirna seperti mama kedua bagi Deandra.
"Mama, Bu Mirna, Dean ga apa-apa." Kata Deandra sambil tersenyum berusaha menghilangkan kekhawatiran kedua wanita 50an tahun di hadapannya. "Apa Papa sudah pulang?" Tanya Deandra sambil mengecup singkat kening mamanya sudah tidak muda lagi tetapi masin cantik itu.
"Masih di perjalanan, cepat mandi, nanti kita makan malam bareng-bareng. Kakak-kakakmu juga akan makan malam disini. Sebentar lagi mereka juga datang."
"Baik, Ma. Dean ke kamar dulu." Deandra beranjak meninggalkan mamanya. Tetapi dia berhenti dan kembali menghampiri mamanya. "Ma, tolong berikan ponsel mama," pinta Deandra.
Lyra menuruti begitu saja permintaan anaknya. Deandra mengutak-atik sesuatu di contactlist ponsel mamanya dan beberapa saat kemudian dikembalikannya lagi lonsel itu kepada Lyra. "Mama, nomor Dean ganti. Tapi, tolong jangan diberikan kepada siapapun yang berhubungan dengan Yayasan Bintang Bangsa. Nanti biar Papa, Kak Dan dan Kak Dina, Dean kasih tau sendiri." Kata Dean.
Mendengar perkataan Dean, Lyra hanya menghela nafas sambil tersenyum. Lyra cukup paham kenapa Dean menutup diri dari teman-temannya. Lyra tersenyum dan menepuk pundak Dean.
~~~~
Saat makan malam tiba, suasana rumah sangat ramai. Kedua kakak Deandra beserta kuarga mereka masing-masing datang untuk makan malam bersama. Ketiga keponakan Deandra juga rebutan duduk di samping Deandra. Zeeva dan Zeedane anak dari si anak sulung, Danendra dan Bara anak dari kakak kedua, Dinara.
"Ehm. Dean, apa kamu sudah memutuskan untuk bersekolah lagi?" Tanya Dan, si kakak pertama secara langsung.
Pertanyaan itu seperti pertanyaan horor bagi anggota keluarga yang lain. Tidak ada yang berani menanyakannya kepada Deandra setelah Deandra menolak ketiga kalinya atas penawaran home schooling 3 bulan lalu. Semua kaget dengan pertanyaan Dan, begitu Danendra sering dipanggil, sontak membuat semua menunggu jawaban dari Deandra.
Dean mendengar pertanyaan itu setelah sekian lama. Dean hanya terdiam. Tiba-tiba Deandra ingat kata-kata Danita yang mengalami bullying di sekolahan. Deandra juga teringat dengan Lucas, Alan dan Alvin yang menjadi teman palsunya selama ini. Deandra menjadi sedikit trauma untuk bersosial karena ketiga nama itu. Mereka mendekatinya karena dirinya anak orang kaya dan penyumbang dana terbesar untuk yayasan. Siswa lain juga sangat baik kepada Deandra karena alasan yang sama, meski Deandra tahu dirinya tidak jarang dirinya dibicarakan buruk di belakang setelahnya.
Tidak segera mendapat jawaban dari adiknya, Dan menghela nafas. "Tidak apa-apa, kami tidak memaksamu. Kamu bisa melanjutkan..."
"Dean akan mengulang kelas X lagi!" Kata Deandra memotong perkataan kakaknya. Hal ini membuat yang lain kaget.
"Apa kamu yakin, nak?" Tanya Arif, sang ayah. "Kamu bisa langsung ikut ujian kenaikan kelas, kami yakin kamu mampu."
"Tidak." Jawab Deandra tegas. "Deandra akan mengulang kelas X di SMA yang lain, bukan di Yayasan Bintang Bangsa."
"Maksud kamu, kamu mau ke SMA swasta biasa atau ke SMA negeri biasa?" Tanya Dina, si kakak kedua.
"Iya, dan Dean juga tidak akan tinggal di rumah ini. Keputusan Dean sudah bulat."
"Apa!?" Semua yang berada di ruangan itu kaget dengan keputusan Deandra. Tetapi tatapan mata Dean menunjukkan keseriusan. Lyra terlihat khawatir dengan keputusan Deandra, tetapi Arif melihat tatapan mata anaknya yang tertuju padanya. Arif tersenyum dan mengangguk.
~~~~~~~~
Yash!! Bagian empat nih, gimana? Gimana? Apa ada yang aneh??
Kritik dan saran di tunggu banget loh ya, kalo ga di kolom komentar, langsung DM juga gapapa, saya terima sepenuh hati.
Eits, jangan lupa tekan tanda bintang di bawah itu yak!!! ^^ thanks a lot ♥️♥️♥️
See you next chapter~~~~Edited April, 12nd '19
------------------•••°°°°000ooo000°°°°•••------------------
Baca cerita aku yang lain juga ya...
✓First Love (End)
✓Love You, Just Like This Is Enough (End)
✓(For) My Dean (On Going)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dean (END)
Teen Fiction++++++++++++++++++++++++++++++++++ Tentang Deanita dan Deandra. Kedua remaja tersebut memiliki kriteria sendiri dalam memilih teman. Deanita tidak begitu menyukai orang kaya. Deandra yang kaya raya ingin mencari teman yang tidak mementingkan materi...