Irene sedikit heran mengapa ada pelanggan yang datang ke gerai nya pada jam setengah empat, karena semua penikmat kopi di Late-Matte mengetahui gerai nya tutup setiap jam tiga sore. Irene menebak bahwa akrilik open-closed di depan tokonya belum di balik oleh kedua pegawainya yang telah pulang terlebih dahulu. Irene pun bangkit dan mencoba memberikan informasi bahwasan nya mereka telah tutup.
"Maaf nona, sebenarnya kami telah..-" namun Alexa menyela penuturan Irene tentang jam kerja yang telah ditetapkan.
"Selamat datang di Latte-Matte coffee shop. Your wish is my command, Your highness" Alexa menyela ucapan Irene dengan sambutan seperti biasa yang ia lakukan kepada seluruh pelanggan yang datang."Emm.. Thanks" wanita itu memilih tempat duduk di sudut dekat jendela.
"Lexaa?? kita udah tutup. Kamu lupa ya kala..-" lagi-lagi Irene mendapatkan hambatan saat berbicara.
"Yaaa Alexa, kita pulang duluan yaa daaah" Zedd langsung menyeret kekasihnya itu dari bangku bar tempat dimana mereka berbisik."Ish! apaan sih hun?" gerutu Irene yang terlihat kesal dengan alisnya yang dinaikkan.
Zedd membalas umpatan Irene hanya lewat kedipan mata kanan nya.
Irene seolah mengerti kedipan mata Zedd, dan mulai melirik ke arah Alexa yang tengah berjalan membawa list menu menuju wanita yang duduk di sudut dekat jendela.
"Kita biarin aja dia yaa" bisik Zedd pada Irene.
Irene mengangguk setuju dan menyempatkan diri membalik akrilik open-closed yang tergantung di depan coffee shop miliknya, sebelum meninggalkan Alexa dengan pelanggan yang amat asing di matanya."Bisa saya tulis pesanan anda?" ucap Alexa memberikan list menu pada wanita itu.
Wanita itu menatap sang barista, lalu meletakkan kembali list menu yang ia genggam sebelumnya.
"Aku gak suka kopi." ucapnya.
"Eh?"
"Ini.. dia bercanda kan? gak suka kopi kenapa masuk ke coffe shop?" gumam Alexa yang tak mungkin di ucapkan kepada pelanggan nya tersebut.
Dengan mengerenyitkan dahi dan mata kiri yang disipit kan serta senyum hambar, Alexa mencoba berkomunikasi dengan pelanggan yang menurutnya aneh tersebut.
"Hmm kamu tidak suka kopi ya? punya penyakit setiap meminum kafein? misalnya mual atau kepala pusing setiap sesudah minum kopi?" ucap Alexa mencoba mencari tau apa wanita itu mengalami reaksi alergi atau tidak saat meminum kopi.
"Eng.. enggak sih. Cuma, aku gak pernah minum kopi sebelumnya" ucap wanita itu.
"Ah.. berarti newbie ya?" tutur Alexa yang di balas dengan anggukan kecil di kepala wanita itu.
"Hmm aku rasa nggak bakalan masalah 'kan kalo coba salah satu dari menu kami?" Alexa mencoba menawarkan pada pelanggan yang memiliki mata indah dan membuat ia jatuh terpesona untuk menambah jam kerjanya.
"Hmm hmm aku mau pesan..."
"Espresso.." ucap wanita itu dengan senyuman yang sangat manis.
Deg..Deg..
Deg..
Alexa terpaku tak dapat menggerakkan tubuhnya ketika melihat senyuman dari wanita itu, kepalanya yang terisi dengan berjuta wawasan seolah hening tak ada gesekan apapun yang terlintas dalam pikirannya. Begitu indah mata mengkilap dari wanita itu yang terkombinasi dengan senyuman manis, membuat Alexa terperangah tak bergerak sedikitpun.
"Hmm? Kamu kenapa?" ucap wanita itu menggerakkan telapak tangannya di wajah Alexa.
"A..A..As.. you wish. Your majesty!!" sahut Alexa yang terkaget karena sadar dari lamunan nya.
Wanita itu kembali tersenyum dengan manis, membuat Alexa membuang wajahnya karena tak dapat menatap wajah wanita itu lebih lama.. Ia tau, jantungnya akan berdegup kencang dan kembali terperangah seperti sebelumnya.
Alexa berdiri di balik coffee bar dan menyiapkan segala peralatan nya untuk membuat secangkir Espresso terbaik, untuk wanita yang memiliki senyuman seindah dewi di kayangan. Dengan tingkat kehalusan dan begitu padatnya proses tamping yang digunakan Alexa, untuk menciptakan cita rasa Espresso yang khas saat menyentuh lidah. Begitu detail Alexa mencurahkan kemampuan nya untuk Espresso yang akan ia buat, mulai dari suhu air dan durasi waktu ekstraksi tak luput dari pengamatan Alexa.
"Yaps! sudah selesai." gumamnya setelah selesai menuangkan seluruh kemampuannya, untuk secangkir Espresso pesanan orang yang ia anggap spesial disana.
Alexa meletakkan secangkir Espresso di meja tempat wanita itu duduk dengan gugup. Alexa mundur beberapa langkah dan kembali membungkukan badannya,
"This, what you've reserved. Your highness" ucap Alexa yang tak biasanya ia ucapkan kepada pelanggan lainnya.
Kembali wanita itu tersenyum manis kepada Alexa dan mengangkat secangkir Espresso pesanan nya.
Wanita itu meniup lembut secangkir kopi yang ia pegang dan perlahan menyesap Espresso dalam genggaman nya. . .
Deg..
Deg..
Deg..
Alexa menelan ludah sebagai reaksi kegugupan nya, keringat kecil membasahi dahi Alexa dan ia memperhatikan dengan seksama wanita itu meneguk Espresso buatan nya. .
Lalu. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Latte-Matte Love
RomansaMemiliki impian dan cita-cita merupakan target untuk manusia berkembang. Namun berbeda dengan Alexa seorang pria melankolis, impian dan cita-citanya berasal dari masa lalunya yang kelam. Alexa memiliki impian untuk membuat dirinya takkan pernah putu...