Kembali Alexa melukis sketsa wajah Aldoia dalam selembar kanvas, sebagai penawar rasa sakit di hatinya. Semata-mata Alexa menuangkannya lewat lukisan, karena terjaga semalaman dan tak bisa tidur. Meskipun tubuhnya benar-benar lelah akibat terpapar hujan, Alexa tak dapat memejamkan matanya. Setiap kali matanya terpejam, selalu ada perasaan sesak dalam dadanya.
Setelah Alexa menyelesaikan sentuhan terakhir pada lukisannya, ia pandang sketsa wajah Alodia. Terbesit senyuman tipis di wajah Alexa, dan suara alarm membuyarkan lamunan nya. Jam menunjukkan tepat pukul delapan pagi, itu artinya ia harus bergegas menuju Latte-Matte. Karena Alexa telah berjanji untuk menemani Irene dan Zedd memilih pakaian untuk mereka kenakan pada pesta pernikahan nanti.
Dengan susah payah Alexa membawa tubuhnya menuju kamar mandi, tak heran mengapa dirinya begitu kesusahan, mengingat dirinya yang terjaga semalaman. Setelah Alexa mempersiapkan dirinya, ia segera mengunci pintu kamar kosnya. Tempat dimana ia menyewa dengan tiga puluh orang lainnya. Bagaikan asrama, bangunan dimana tempat Alexa tinggal memiliki tiga puluh kamar sewa di berbagai lorong dalam bangunan itu.
"Alexa, sudah mau berangkat ya? Kamu terlihat tidak sehat hari ini." sapa Emma yang melihat Alexa menuruni tangga.
"Ah! Nyonya Winnbert! . Iya seperti biasanya. Aku rasa aku sedikit flu karena kehujanan tadi malam, selebihnya aku baik-baik saja." jawab Alexa menanggapi sapa dari Emma, pemilik bangunan tempat dimana ia tinggal.
"Ah seperti itu rupanya. Lalu bagaimana dengan jasa kebersihan? Bukankah ini sudah jadwal bulanan?" tanya Emma yang selalu menawarkan pelayanan kebersihan kamar setiap bulannya, untuk setiap orang yang menyewa dan tinggal disana.
"Ah ya! Tentu saja! . Aku belakangan ini sangat sibuk, ini kunci kamarnya." ujar Alexa seraya menyerahkan kunci kamarnya, beserta uang untuk jasa yang di sediakan oleh Emma.
"Baiklah, kalau begitu aku berangkat dulu." Alexa melambaikan tangannya untuk berpamitan.
Emma berjalan menaiki tangga dan menuju kamar Alexa. Dengan menggunakan kunci yang di berikan Alexa, Emma kini dapat masuk kedalam kamar Alexa untuk memulai jasa kebersihan bulanan seperti biasanya.
"Ini??? Apa yang sebenarnya kau lakukan Alexa!!????" ucap Emma karena tak dapat menyangka apa yang ia lihat.
*****
*Krinting.. *Krinting.. Suara bel pintu , pertanda Alexa memasuki Latte-Matte.
Alexa bingung melihat kedua sahabatnya yang duduk menghadap pintu masuk, seolah-olah tengah menanti keberadaannya. Alexa melirikkan matanya mendapati Mia dan Robert yang turut hadir di sana, walau sebelumnya Irene telah mengatakan Latte-Matte akan tutup hari ini.
"Dimana Miori? Bukankah kita akan pergi dengannya? . Kalian tidak menjemputnya?" berbagai pertanyaan di lontarkan Alexa menghadapi kebingungan yang tengah melanda suasana ruangan tersebut.
Irene bangkit dari tempat di mana ia duduk bersama Zedd. Beberapa langkah Irene menuntun dirinya mendekati Alexa. Lalu ia berhenti dan berkata,
"Kenapa? Kenapa kau sembunyikan hubunganmu dengan Alodia?" ucap Irene dengan nada pelan.
Sejenak Alexa termangu dan membisu. Ia bingung harus berkata apa. Namun Irene kini membebani Alexa dengan kalimat berikutnya.
"Aku tau aku telah mengecewakanmu. Tapi tak seharusnya kau menyembunyikan ini. Tolong pikirkan perasaanmu Lexa, lepaskan Alodia. Aku yakin kau dapat melakukannya walau berat untukmu. Tapi setidaknya, ada wanita yang lebih pantas untuk rasa cintamu itu." ungkap Irene menerangkan perasaan khawatirnya pada Alexa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latte-Matte Love
RomantikMemiliki impian dan cita-cita merupakan target untuk manusia berkembang. Namun berbeda dengan Alexa seorang pria melankolis, impian dan cita-citanya berasal dari masa lalunya yang kelam. Alexa memiliki impian untuk membuat dirinya takkan pernah putu...