M♥chaccinLOVE (Part V)

29 9 0
                                    


Alexa terus berusaha mengejar Alodia. Meskipun ia kehilangan jejak, namun Alexa yakin Alodia tak berada jauh darinya. Ia memutuskan untuk berkeliling di sekitar taman yang berada di sana, dan ternyata benar seperti dugaan nya. Alodia berada disana, duduk di kursi taman dengan terus menyeka air matanya yang tak berhenti menetes. 


"Heii.." ucap Alexa tersenyum dengan mengusap lembut kepala Alodia.

Alodia menyembunyikan wajahnya yang tengah menangis dari pandangan Alexa.

"Maaf ya, gara-gara aku kamu jadi begini." tutur Alexa mencoba menghilangkan ingatan Alodia akan perkataan Irene di gerai tadi.

Alodia menggeleng dan mengucapkan kalimat dalam isakan tangis, "Bukan.. salah Lexaa."

"Boleh aku duduk disini?" tanya Alexa yang langsung di balas dengan anggukan kepala Alodia.

Alexa mulai duduk dan perlahan berbicara,

"Irene itu memang orang yang keras kepala, dia selalu saja mengkhawatirkan keadaan ku. Aku sangat senang ada orang yang bersikap seperti itu. Namun, tetap saja jika itu menyakiti perasaan orang lain aku tidak setuju. Dia terlalu melindungi orang yang berada di dekatnya, percaya atau tidak... dia pasti akan melakukan hal yang sama terhadap kamu, apabila kamu menjadi bagian terpenting dari dirinya." Alexa tersenyum.

Air mata Alodia berhenti seketika mendengar ucapan Alexa, Ia berusaha menyeka bekas air mata yang menetes di pipinya. Alodia melihat Alexa yang tengah sibuk mencari sesuatu pada saku di celananya, tak lama Alexa memberikan sebuah permen coklat yang ia raih dari sakunya.


"Kamu tau tidak? Kalau makan coklat itu bisa menenangkan perasaan kita?" tanya Alexa.

Alodia menggeleng pelan karena sebelumnya ia memang tak tau menahu soal itu.

"Kadar gula dalam coklat dan rasa manis saat menyentuh lidah, membuat tubuh kita menjadi rileks dan merasa nyaman. Oleh karena itu, coklat menjadi campuran yang tepat untuk menikmati kopi. Sama seperti Macchiato dan Mochaccino yang kamu minum selama ini." perjelas Alexa dengan senyuman lebar pada wajahnya.

Alodia meraih coklat dari tangan Alexa, perlahan ia membuka bungkusan yang membalut permen tersebut. Ia pun memasukkan permen coklat itu kedalam mulutnya.

Seperti yang di ucapkan Alexa sebelumnya, rasa nikmat coklat yang ada di dalam mulut Alodia seakan-akan menekan paksa perasaan sakit dalam hatinya. Ia tutup kedua matanya seakan-akan menikmati sensasi hangat coklat yang meleleh di lidahnya.  Alodia menarik nafas panjang dan perlahan menghembuskan nya dengan lembut, dan kembali membuka kedua matanya.


"Terima kasih ya Alexa." senyuman yang begitu manis menyisir tiap lekukan pada bibir Alodia, membuat jantung Alexa berdebar kencang dan terpaksa membuang wajahnya.

"Itu tak perlu" Jawaban Alexa membuat Alodia memiringkan kepalanya karena merasa aneh.

"Sudah seharusnya aku membuat semua orang yang berada di sisiku merasa nyaman. Karena entah mengapa, begitu terasa menyenangkan apabila aku di butuhkan oleh seseorang. Mungkin karena itu bagian dari cita-citaku, dan aku takkan pernah putus asa karena aku percaya harapan akan selalu terus datang... Karena itu yang menjadi impianku." sambung Alexa tersenyum.

"Impian dan cita-cita ya..?" Alodia menatap langit biru yang indah.

Alexa mengeluarkan kedua tangannya yang semula ia sembunyikan di balik kantong celananya, dan hendak bangkit dari duduknya.

"Entah mengapa, aku sukar percaya akan hal itu." sambung Alodia membuat Alexa membatalkan untuk bangkit dari tempat duduk.

"Bukankah semua orang memiliki Impian dan cita-cita?" kini Alexa mengutarakan rasa penasaran nya terhadap ungkapan Alodia.

Alodia menggelengkan kepalanya dan mulai berkata, "Aku rasa itu semua omong kosong, hidup dalam Impian dan cita-cita sesuai keinginan kita. Tapi seseorang harus tau, bahwa hidup adalah misteri. Bukankah kita selama ini hidup dengan pendirian kita sendiri? Dengan Impian dan cita-cita yang kita miliki? . Pada kenyataannya kita selalu menjadi apa yang orang lain inginkan, dan kalimat Impian dan cita-cita itu jauh dari harapan kita. Itu semua hanyalah angan-angan. . ."


          Alexa tak dapat memungkiri perkataan Alodia, memang benar bahwa selama ini ia hidup hanya menjadi bagian dari keinginan orang lain. Bagian dari keinginan Zedd dan Irene, bagian dari keinginan Robert dan Mia. Ia bahkan tak dapat menjawab apa yang menjadi harapan di dalam dirinya, dan apa yang membuatnya putus asa.


"Siapa aku? Alexa.. Siapa dirimu? Jujur pada dirimu sendiri kali ini saja!!" ucapnya dalam hati.


"Alodia..." ucap Alexa dengan kepala tertunduk berat.

"Hmm?" sahut Alexa menatap Alexa.

"Apa takkan masalah jika kita menjadi diri sendiri sekali saja?" Alexa mencoba bertanya hal yang terdengar aneh menurut Alodia.

"Aku tau Lexa, impian dan cita-citamu itu konyol. Tapi aku memang tak percaya dengan hal itu, maka dari itu aku selalu mencoba menjadi diri sendiri. Dan terus menerus meyakinkan diriku untuk mempercayai diriku sendiri." gagas Alodia tanpa keraguan.

"Tapi aku tidak seperti itu.." Alexa kini mengangkat kepalanya mencoba menatap langit.

"Eh?" Alodia terlihat bingung mendengar sepenggal ucapan dari Alexa.

"Takkan masalah bagiku untuk terus menjadi keinginan dari orang lain, selama orang itu benar-benar menginginkan kehadiranku. Takkan jadi masalah untukku selama saat bersamaku, ia akan terus bisa tersenyum dan tertawa meski itu harus melukai diriku. Karena aku percaya, sesuatu hal yang baik harus di awali dengan sebuah kebaikan. Dan aku takkan pernah putus harapan akan itu, selagi kepercayaan itu bersamaku aku akan terus meyakini nya..." ungkap Alexa.


Alodia membuka kedua matanya lebar-lebar seakan ia tak percaya atas ucapan Alexa, jantungnya berdebar kencang mendengar kalimat demi kalimat yang di ungkapkan begitu tulus dalam hati Alexa, begitu yakin Alexa mengucapkannya hingga membuat Alodia tak mempercayai bahwa pria di hadapannya memiliki kepercayaan begitu kuat atas sesuatu hal yang menurutnya amat konyol.


"Ja.. Jangan menyakiti dirimu terlalu jauh Lexa.." ucap Alodia dengan kepala tertunduk.

Alexa tersenyum tipis dan bangkit seraya berkata, "Ayo kita kembali ke gerai!" . Dengan anggukan pelan Alodia mulai menggerakkan badannya untuk mengikuti Alexa menuju gerai.

Latte-Matte LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang