"Dia belum datang." ucap Mia menghampiri Irene yang tengah di rias.
Sempat Irene menoleh memandang Mia, lalu ia membuang kembali wajahnya. Rasa kekecewaan menyelimuti perasaan Irene, ia benar-benar ingin Alexa hadir pada acara sakral dalam hidupnya.
"Hai princess! Kamu benar-benar kelihatan mempesona." ucap Zedd yang turut hadir di ruang rias untuk memastikan keadaan calon istrinya tersebut.
Irene menanggapi pendapat Zedd dengan sebuah senyuman tipis. Dan setelah selesai di rias, Irene bangkit dan menghampiri Zedd yang berdiri kokoh di ambang pintu.
"Tak berbeda jauh dengan keadaanmu sekarang, kamu terlihat gagah!" ungkap Irene dengan senyuman manis pada wajahnya.
"Benarkah? Tak perlu memujiku terlalu jauh. Kalau begitu, Ayo!!" sergah Zedd mengajak Irene mempersiapkan diri untuk acara pernikahan mereka.
"Aku rasa.. Dia memang tak akan datang." gumam Irene dalam hatinya.
*****
"Tak kusangka kau akan pergi ke Rotterdam." ucap Jessica meneguk segelas teh hangat membuka pembicaraannya dengan Alexa.
"Sepertinya belakangan ini menjadi hari-hari yang berat untukmu. Apa yang membuatmu seputus asa ini?" sambung Jessica menyuguhkan pertanyaan kepada adiknya yang datang bertamu.
Alexa berjalan menuju sofa dimana Miori dan Jessica duduk menikmati pagi yang berselimut salju. Dengan sepenggal nafas Alexa menjawab pertanyaan kakak keduanya itu.
"Tak ada hal yang spesial. Hanya saja, aku ingin mencoba suasana baru." ucap Alexa.
"Kau tau? Bukan hal yang mudah membuatku percaya dengan ucapanmu. Kau selalu saja menyimpan semua masalahmu sendirian, berhentilah bersikap seperti itu. Kau bukan lagi seorang anak kecil yang harus selalu di perhatikan." tutur Jessica menasihati saudara bungsunya itu.
"Tak perlu khawatir, aku dapat mengatasinya." amat datar Alexa menanggapi nasihat Jessica.
Sudah seminggu semenjak peristiwa Alexa yang mengorbankan persahabatannya dengan Zedd dan Irene, Alexa memikirkan untuk tinggal di Rotterdam bersama Ayahnya. Keraguan menyelimuti dirinya atas rencananya itu, namun mengingat Alodia mengakhiri hubungan mereka, Alexa tak memiliki pilihan lain. Ia meyakinkan dirinya untuk mencoba suasana baru dimana tempat ia akan menghabiskan waktunya dan kembali memulai kehidupannya dari awal.
"Setidaknya apabila kak Lexa ingin tinggal di Rotterdam, akan lebih baik memberitahukan kak Zedd dan Irene. Apalagi mereka akan menikah dalam waktu dekat." ucap Miori mengutarakan pendapatnya.
"Sebenarnya mereka melangsungkan pernikahan hari ini." kata Alexa seraya duduk di sofa.
"Lalu apa yang membuatmu masih disini?" Tanya Jessica penasaran, karena ia tahu benar bahwa adiknya itu berteman baik dengan keluarga Ainswhim.
"Memangnya apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak di undang ke acara pernikahan mereka." jawab Alexa singkat.
Jessica menaikkan alis mata dan dengan memasang raut wajah kesal mulai menghujani Alexa lewat nasihatnya.
"Jangan konyol! Kamu itu sahabat mereka, hal-hal formal seperti itu tidak berlaku untuk kalian yang benar-benar saling mengenal satu sama lain!"
"Kamu seharusnya berada disana menemani mereka menjadi saksi kebahagiaan persahabatan kalian, terlebih lagi kamu it-" belum sempat Jessica menyelesaikan kalimatnya, dengan nada keras Alexa menepis pendapat sang kakak.
"AKU BUKAN SAHABAT MEREKA!!" sergah Alexa memotong ucapan Jessica.
Spontan Jessica terbelalak tak menyangka karena Alexa mengucapkan kalimat aneh yang keluar dari mulutnya. Bagaimana bisa Alexa beranggapan seperti itu, padahal keluarga Ainswhim begitu dekat dengan dirinya.
"Aku.. Aku bukan sahabat mereka.. apabila hanya karena aku pernikahan itu batal. Maka aku bukan sahabat mereka." sambung Alexa dengan pelan dan kepala tertunduk.
Jessica dan Miori saling bertatapan, mana mungkin mereka akan mengerti apa yang di alami Alexa selama ini. Takkan mungkin mereka memahami apa yang Alexa rasakan selama beberapa minggu berlalu.
Dengan menarik nafas panjang Jessica berkata,
"Aku selalu ingat perkataanmu waktu itu. Jadi, jika Rotterdam menjadi pilihanmu aku pikir akan menjadi tempat yang bagus." kata Jessica dengan senyum untuk mendukung pilihan adiknya itu.Jessica teringat ucapan Alexa saat itu, ketika mereka memutuskan untuk tinggal terpisah dari sang Ayah.
"Sesuatu permulaan tak selalu di awali dengan hal yang baik, kadang kala bermula dari keburukan. Dan itu yang membuat kita memahami apa yang di sebut pengalaman."*****
Sore menjelang bersama salju menemani Rivierenbuurt, Alexa kembali menuju kediaman dimana tempat ia tinggal menjalani hari-harinya menjadi seorang barista Latte-Matte Coffee Shop. Ia sadar gelar barista itu kini hanya tinggal kenangan dalam beberapa hari mendatang, Alexa segera merapikan kamarnya yang hampir terlihat seperti bekas bencana alam.
Sedang merapikan setiap sudut ruangan, secara tak sengaja ia melihat benda yang tak asing terjatuh dari atas buku yang ia bersihkan. Alexa tersenyum tipis melihat gelang pemberian Alodia masih menghiasi meja di sebelah kasur miliknya.
"Apa aku buang saja?" Gumamnya.
"Tidak, Aku rasa lebih baik aku menyimpannya."Malam yang panjang ia lalui dengan mengingat puing kenangannya di Rivierenbuurt bersama Zedden, Irene, Robert, Mia, dan juga.. Alodia hingga pagi pun tiba. Alexa terbangun dan segera menuju kamar mandi, sesegera mungkin ia mempersiapkan barang-barangnya untuk keberangkatannya hari ini menuju Rotterdam.
**Tok *Tok *Tok. Suara Alexa mengetuk pintu pemilik kos yang ia tempati.
"Nyonya Winnbert.. Nyonya Winnbert." Panggil Alexa berulang kali seraya mengetuk pintu.
"Tunggu sebentar, siapa pagi-pagi begini sudah berta-" Ucap Emma membuka pintu.
Cukup kaget Emma dengan kehadiran pria yang menjadi sosok paling ramah di antara para penghuni kos miliknya.
"Eh? Alexa? Ada apa pagi-pagi begini?" Tanya Emma menanyakan prihal kedatangan Alexa.
"Ini kunci kamar saya. Sepertinya saya akan pindah mulai hari ini nyonya Winnbert." jawab Alexa menanggapi prihal kedatangannya.
"Loh? Kenapa tiba-tiba begini? Lagipula, bukannya kontrak sewa kamar milikmu masih tersisa dua bulan lagi?" kembali Emma mengutarakan pertanyaan kepada Alexa.
"Begitulah nyonya, sepertinya terlihat mendadak. Ini kuncinya." ucap Alexa enggan mengatakan alasan kepergiannya.
"Oh iya mengenai kontrak sewa yang tersisa dua bulan lagi. Saya harap nyonya tidak langsung menyewakannya kepada orang lain. Karena masih banyak peralatan yang belum saya ambil, saya akan kembali untuk mengambilnya sebelum masa kontraknya habis." sambung Alexa melengkapi kepentingannya membangunkan Emma.
"Kalau begitu saya pamit dulu nyonya Winnbert." pamit Alexa setelah urusannya dengan pemilik kos selesai.
"Yosh!! Saatnya memulai ini semua kembali dari awal!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Latte-Matte Love
RomanceMemiliki impian dan cita-cita merupakan target untuk manusia berkembang. Namun berbeda dengan Alexa seorang pria melankolis, impian dan cita-citanya berasal dari masa lalunya yang kelam. Alexa memiliki impian untuk membuat dirinya takkan pernah putu...