ChoConfessed (Part III)

37 9 6
                                    


"Alexa.. Maaf, Aku.." dengan kebingungan Alodia mencoba mengatur kalimatnya untuk menjawab pernyataan Alexa.

"Ah! Hahahaha maaf ya, mungkin aku terlalu percaya diri karena apa yang Alodia katakan barusan! Hahahaha maaf, maaf." ucap Alexa dengan mengibaskan kedua tangannya.

Alodia berusaha menjelaskan, "Bukan seperti itu, tapi..-" .

"Hahaha, tidak perlu di jawab. Aku paham, Aku mengerti. Hmm lagi pula ini kesalahanku, harusnya aku memastikannya terlebih dulu. Maaf ya.. Hahaha." sela Alexa menghentikan penjelasan Alodia.

Alodia menundukkan kepalanya, ia menyesali perkataannya yang ternyata membuat perasaan Alexa tersentuh dan menyatakan cinta padanya.

"Ahh ya sudah kalau begitu, Aku rasa ini sudah cukup untuk besok." Alexa menuang semua biji kopi ke dalam mesin grinder. Ia berbalik untuk melihat Alodia yang diam terpaku di belakangnya, "Tak usah dipikirkan.. Lupakan saja, Ayo kita pulang." ucap Alexa.

Alexa melangkah meninggalkan Alodia yang masih berdiam diri disana, sejenak ia berhenti dan menggigit keras bibirnya.

"Bagaimana aku bisa tak mengetahuinya? Aku terlalu berharap bahwa dia punya perasaan yang sama. BODOH!! BODOH!!" gumam Alexa kesal dalam hatinya.

"Kalau begitu aku tunggu di depan ya.." ucap Alexa yang akan menutup pintu Roast Room dan meninggalkan Alodia disana.

"Aku harus apa?? Aku.. Alexa?" berkali-kali Alodia bertanya dalam hatinya.

*****


"Jadi bagaimana dengan bulan depan?" tanya Eiden.

"Hahaha! Aku rasa kita tak perlu terburu-buru, Kita serahkan saja kepada anak-anak kita Eiden." ucap William, ayah Zedd yang mencoba mengutarakan pendapatnya.

"Aku rasa Eiden sudah tak sabar menggendong cucu. Benar 'kan Lucy?" ucap Kendra ibu Zedden yang bercanda dengan Lucy, ibu dari Irene.

"Apapun pendapat Eiden aku pasti akan setuju. Lagi pula, bukannya mereka telah berteman sejak kecil? Aku rasa pendapat Eiden bisa di pertimbangkan. Benar 'kan Irene, Zedden?" ungkap Lucy memastikan hubungan mereka yang telah berjalan 3 tahun dan kedekatan mereka sejak kecil.

"Tapi ibu.. Aku rasa ini semua terlalu cepat." Irene mencoba menolak rencana sang Ayah tentang hari pernikahannya yang akan berlangsung bulan depan.

"Ayolah sayang, tidak baik berkata seperti itu. Lihat Zedden? Apa yang kamu tunggu dari dia? Dia pewaris Alliance Corporation, Apalagi kamu juga akan menyandang nama baik Terresa di belakang namamu." bujuk Eiden pada putrinya.

"Kamu terlalu berlebihan Eiden, biarkan Irene memutuskan. Saya rasa takkan masalah kita menundanya sedikit lebih lama." tutur William.

"Tidak Will, ini bukanlah sebuah kehormatan untuk keluarga Ainswhim dengan membuat keluarga Teressa menunggu terlalu lama." tolak Eiden atas permintaan putrinya untuk menunda.

Lucy mengelus kepala Irene yang terus menundukkan kepalanya. Dengan pelan Lucy bertanya kepada Irene, "Bagaimana sayang? Bukannya kamu cinta dengan Zedden? Kamu 'kan sudah sering cerita banyak mengenai perasaanmu padanya bukan?" bujuk Lucy.

Dengan berat hati Irene mengangkat kepalanya dan mengangguk serta berkata, "Baiklah.." .

"Lihat! Itu baru putriku! Haha, sebentar lagi dia akan menyandang nama keluarga Terresa." dengan gembira Eiden memeluk erat tubuh Irene yang lemas karena pasrah menghadapi kenyataan.

Latte-Matte LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang