Irene yang baru saja keluar dari Latte-Matte, dan Alodia yang baru saja selesai berbelanja roti saling bertatapan dari arah seberang jalan. Sesaat jauh di dalam hati Irene yang gelisah semakin resah tak menentu, melihat Alodia berduaan bersama seorang pria yang terasa asing di matanya.Perasaan gelisah dalam hati Irene kini berubah menjadi emosi yang menguasai dirinya.
Begitu pula kegelisahan yang sebelumnya di rasakan oleh Alodia kini memecah mood-nya pagi ini. Semula Grey yang tiba-tiba saja memberhentikan mobil di depan Latte-Matte membuat perasaan Alodia khawatir, namun Alodia memilih untuk menepis perasaan itu dan mengikuti Grey masuk ke dalam toko roti bersamanya. Akan tetapi perasaan khawatir itu tak kunjung padam meski berkali-kali Alodia menyingkirkannya.
"Hun, jadi bagaimana tanaman ini? Kita biarkan saja disini 'kan?" tanya Zedden memastikan.
Irene tak mempedulikan pertanyaan yang di lontarkan Zedden, ia tetap menatap tajam kearah wanita yang tengah berduaan di seberang Latte-Matte.
"Mbak Irene, semua peralatan sudah di muat. Bagaimana dengan tanaman i.... ni..?" semula Mia bermaksud untuk menanyakan sisa dekorasi yang akan di muat, namun Mia ikut terpaku menatap sosok wanita di seberang jalan.
"Itu Alodia 'kan?" sergah Mia cepat.
"Hah? Alodia?" Zedden turut memastikan apa yang sedang mereka lihat.
Irene mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Mia.
"Lure? Ada apa? Ayo masuk." ucap Grey yang tengah membuka pintu mobil untuk Alodia.
Grey bingung apa yang sedang terjadi pada Alodia, tiba-tiba saja kekasihnya melamun mengacuhkan dirinya disana. Grey memutar kepalanya untuk memastikan apa yang sedang di tatap oleh kekasihnya itu.
"Lure...? Siapa mereka?" tanya Grey pelan yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan wajahnya.
"Emm? Itu.. mereka.. teman-temanku yang mengajarkan tentang kopi padaku." jawab Alodia terbata-bata.
"Benarkah? Wah suatu kebetulan bertemu disini." ucap Grey yang langsung berjalan untuk menyeberangi ruas jalan menuju Latte-Matte.
"Grey! Apa yang kamu lakukan!!?" panggil Alodia dengan nada yang cukup keras karena khawatir dan segera mengejar Grey.
Tanpa ragu-ragu Grey menghampiri Irene yang tengah memasang raut wajah penuh kebencian.
"Ehmm.. Hei maaf sebelumnya kita harus bertemu seperti ini. Izinkan aku memperkenalkan diri.. Aku.."
"Kau Grey. Grey Avalon. Kekasih dari Alodia." tiba-tiba saja Irene memotong perkataan Grey yang sedang memperkenalkan dirinya.
"Maaf? Sepertinya kau sudah mengenalku. Ah! Ya! Aku paham, sepertinya Alodia banyak bercerita tentang diriku ya?" tebak Grey dengan senyuman percaya diri.
Alodia yang baru saja tiba di pinggir jalan untuk membatalkan keinginan Grey, mendapat sambutan sinis lewat tatapan tajam dari Irene.
"Maaf, sepertinya kamu terlalu percaya diri." ucap Irene dengan nada angkuh dan kembali menatap Grey.
Mendengar perkataan Irene, Grey menjadi penasaran dan kembali bertanya.
"Benarkah? Lalu bagaimana kau bisa mengetahui aku pacar Alodia?"
Kembali Irene mengarahkan pandangannya menatap Alodia dengan lurus dan tajam.
"Aku mengenalmu secara tak sengaja ketika Alodia membicarakan dirimu dengan kedua sahabatnya di depan cafe-ku." jawab Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Latte-Matte Love
RomanceMemiliki impian dan cita-cita merupakan target untuk manusia berkembang. Namun berbeda dengan Alexa seorang pria melankolis, impian dan cita-citanya berasal dari masa lalunya yang kelam. Alexa memiliki impian untuk membuat dirinya takkan pernah putu...