11. Go Public

36K 2.6K 120
                                    

Kaisar menemui Triva di kelasnya saat jam pulang baru saja berbunyi. Kelas Triva yang masih ramai membuat kehadiran Kaisar jadi diliatin oleh seisinya. Bisik-bisik tetangga pun mulai heboh saat Kaisar berjalan mendekati meja Triva yang berada di depan meja guru.

"Kamu pulang bawa mobil aku," ujar Kaisar sambil meletakkan kunci mobilnya ke meja.

"Kamu nggak pulang?" Tanya Triva.

"Jangan lewat jalan Senopati."

Dari situ Triva paham. "Kamu mau tawuran?"

Kaisar nggak menjawab.

"Aku nggak suka Kaisar," desis Triva.

"Ini menyangkut harga diri temen aku, Triv."

"Nggak harus dibales dengan cara yang sama. Nanti nggak ada kesudahan."

"Kali ini aku harus tetep kesana," Kaisar mengusap pipi Triva lalu meninggalkan kelas itu dengan langkah lebar.

Triva menggenggam kunci mobil Kaisar dengan mata masih menatap ke kosongnya koridor di luar kelas tempat Kaisar terakhir terlihat.

"Mau kemana tuh?" Tanya Anyelir pada Triva.

Triva nggak menjawab. Mood nya sedang buruk. Dia bergegas membereskan semua alat tulisnya dan keluar dari kelas.

Triva membawa mobil Kaisar pulang ke rumah sesuai arahan jalan aman yang dibilang Kaisar tadi. Sebenernya dia sangat ingin melewati jalan Senopati, ingin memastikan seperti apa kerusuhan di sana. Tapi mengingat kalau Kaisar punya cara sendiri menyelesaikan masalah, Triva nggak mau ikut campur. Ditambah kesal karena cowok itu nggak mau menurut padanya.

Begitu sampai di rumah, Triva malah jadi nggak tenang. Dia ingin menghubungi Kaisar tapi takut cowok itu malah besar kepala. Triva harus tegas mempertahankan kalau dia marah, agar cowok itu berpikir dua kali untuk mengulanginya lagi.

Mondar mandir di kamar membuat Triva berkeringat. Pintu kamarnya sedikit terbuka dan Tansa muncul dengan wajah penuh masker.

"Nih bocah kecil-kecil udah pakek masker!" Rutuk Triva. Dia aja yang udah umur segini belum pernah yang namanya menyentuh masker wajah. Tapi adiknya itu, setiap seminggu sekali pasti perawatan di rumah pakek milik mama mereka.

"Biar cantik, Kak," jawab Tansa seperti cewek yang sudah mengerti cantik itu apa.

"Kamu itu baru 12 tahun. Nggak cocok pakek yang begituan. Nanti jerawatan loh."

"Ih amit-amit," Tansa mengetuk kepala dan meja bergantian. "Kakak kenapa sih kayaknya gelisah banget. Mikirin Kak Kaisar ya?" Goda Tansa.

"Ngerti apa kamu soal itu?"

"Ngerti dong. Kayak Mira, dia juga suka uring-uringan di kelas kalo pacarnya nggak masuk."

Mata Triva terbelalak lebar. Apa anak kelas 1 SMP udah pacaran? Dia umur segitu lagi seneng-senengnya main basket, bukan mikirin pacaran.

"Kamu punya pacar juga?" Tanya Triva penuh selidik.

"Nggak boleh sama Papa," jawab Tansa seakan sangat kecewa.

"Ya iya lah! Heh setan kecil, kamu itu belum pantes pacar-pacaran. Belajar aja yang rajin biar naik kelas."

"Ah kakak kayak nggak pernah muda aja," Tansa mencebik dengan gaya centilnya.

"Heh, muda itu seumuran kakak sekarang. Bukan seumuran kamu," protes Triva.

"Seumuran kakak sih udah tua, bukan muda," celetuk Tansa.

"Bodoooooo!" Triva memilih untuk terlungkup di atas kasur, menutupi kepalanya dengan bantal. Dia pusing kalau harus berdebat dengan Tansa yang pola pikirnya lebih dewasa dari umur.

KAISAR (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang