22. Long-Weekend

34K 2.4K 94
                                    

Ini adalah malam Minggu yang entah sudah berapa banyaknya Triva habiskan bersama Kaisar. Cowok itu selalu mengapelinya layaknya seorang pacar pada umumnya. Datang ke rumah, salam sama orangtua Triva, duduk di sofa ngobrol-ngobrol sama semua anggota keluarga, main sama Tansa, baru setelah itu pamitan ngajakin Triva keluar.

"Kamu suka banget ya ke taman?" Tanya Triva, karena rata-rata setiap malam Minggu Kaisar pasti mengajaknya jalan-jalan ke taman yang nggak jauh dari rumah Triva.

"Bukan tamannya. Tapi karena ini," Kaisar mengangkat genggaman tangan mereka yang tak pernah lepas. "Jalan sambil pegangan tangan kayak gini bikin aku ngerasa kayak waktu itu nggak akan pernah berhenti buat kita. Nyaman banget," Kaisar mencium punggung tangan Triva yang masih dalam genggamannya.

Triva tersenyum. Dia menengadah ke atas, bintang bersinar begitu terang hingga bulan pun turut menemaninya di atas sana.

"Kedua orangtua aku ikut bahagia loh ngeliat kita kayak gini," ujar Kaisar turut menatap langit. "Angkasa dan Starla. Langit dan Bintang. Bener, kan?"

Triva tertawa kecil. Nama orangtua Kaisar memang sangatlah unik. Mungkin ini yang disebut takdir, nama Angkasa diciptakan karena akan ada nama Starla setelahnya. Hingga saat bersatu, akan membentuk gabungan yang pas.

"Sayang, lihat kakek dan nenek itu," Kaisar menunjuk sepasang suami istri yang sudah sama-sama keriput, duduk di bangku taman. Sang Kakek nampak memegang tangan si Nenek, sambil bercerita hingga membuat si Nenek tertawa dan memukul dada Sang Kakek dengan lembut.

"Keren ya. Di umur yang segitu, mereka tetap nunjukin hubungan yang hangat," komen Triva.

"Aku mau kita kayak gitu saat tua nanti," cetus Kaisar penuh keyakinan sekaligus harapan.

"Amin," Triva pun menginginkannya. Dia sudah sangat nyaman dengan Kaisar. Cinta? Jangan ditanya, Triva sangat mencintai Kaisar.

Kaisar kembali menggandeng Triva untuk berjalan menyusuri jalan setapak kecil yang dikelilingi rerumputan. Kalau malam Minggu taman di sana sangat ramai. Ada orang-orang yang juga berpacaran seperti mereka. Ada yang nongkrong. Family time. Banyak penjual jajanan di sekitar situ yang laris manis.

"Es serut," Triva menunjuk letak penjual es serut dengan mata berbinar-binar.

"Mau beli?" Tanya Kaisar.

Triva mengangguk. Dia melangkah lebar bersama Kaisar menuju gerobak penjual es serut tersebut.

"Bang dua ya," minta Kaisar pada Abang penjual.

"Mau warna apa, Mas?" Tanya si Abang.

"Warna-warni, Bang!" Triva yang menjawab.

"Oke!" Seru si Abang turut bersemangat.

Triva melihat dengan antusias proses pembuatan Es serut. Mulai dari balok es yang diserut ke cetakan. Lalu serutan es itu dicetak menjadi bentuk pohon. Setelah itu diwarnai dengan 3 warna membentuk pelangi.

"Ini Neng," Si Abang langsung memberikan yang pertama pada Triva.

"Emmm, enaknyaaa," Triva sampe ngiler duluan sebelum tuh es masuk mulut.

Kaisar mengacak pelan rambut Triva, gemas dengan pola cewek itu yang seperti anak kecil baru nemu es.

"Ini buat si Masnya."

Kaisar menerima es serut miliknya. "Berapaan Mang?" Tanyanya.

"Cuma sepuluh rebu, Mas."

"Titip bentar," minta Kaisar pada Triva. Setelah Triva memegang es miliknya, Kaisar mengeluarkan dompet dan selembar uang lima puluh ribu dari sana.

KAISAR (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang