16. Nikah Muda?

40.3K 2.5K 92
                                    

Triva terbangun ketika suara jam Beker di kamarnya berbunyi sangat nyaring. Dia memang sengaja menyetelnya jam 5 pagi karena biasanya waktu untuk mengumpulkan nyawa bisa sampe satu jam. Dari pada terlambat ke sekolah, sebagai murid yang disiplin dia selalu bangun pagi.

Ting.

Sebuah notifikasi pesan terdengar halus di telinga Triva. Dia meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Dengan posisi pipi menempel pada bantal, Triva membuka pesan yang dikirimkan oleh pacarnya.

Kaisar
Good morning sayang.
Udah bangun?

Triva tersenyum. Entah kenapa kalau dipanggil sayang di pesan itu lebih terdengar menyenangkan. Tapi kalau secara langsung, dia merasa agak nggak nyaman. Dengan cepat tangan Triva menuliskan balasan.

Baru bangun

Tak lama, ponsel Triva berbunyi pertanda ada telpon yang masuk. Kaisar menelponnya, dan Triva dengan senang hati mendengarkan suara cowok itu di pagi hari.

"Hmm?"

"Kamu hari ini berangkat sendiri ya. Aku kayaknya nggak masuk," ujar Kaisar.

"Kenapa nggak masuk?"

"Mau nganterin papa ke Bandara."

"Ohh. Emang papa kamu mau kemana?"

"Biasalah, ada tugas."

Triva jadi teringat kemarin malam Kaisar bilang kalau papanya udah nggak pernah pergi-pergi lagi semenjak jabatannya lebih tinggi.

Kok jadi curiga ya?

"Nanti pulangnya aku jemput."

"Jemput gimana. Aku kan bawa mobil."

"Pokoknya aku jemput!"

"Terserah kamu deh. Kok tumben bangun pagi? Emang ke Bandaranya pagi-pagi?"

"Nggak juga sih, sekitar jam 7. Biar bisa ngasih tau kamu kalo aku nggak bisa jemput. Ntar kamu nungguin lagi..."

Lalu sama-sama terdiam, hingga Kaisar memecah keheningan kembali.

"Jangan kangenin aku ya," candanya.

Triva tertawa kecil. "Kangen kamu? Kayaknya nggak bakalan."

"Aku bikin kangen ah..."

"Caranya?"

"Menghilang selama seminggu."

"Kemana?"

"Sembunyi."

"Hahaha."

Setengah jam mereka habiskan untuk ngobrol hal-hal nggak jelas. Lebih banyak Kaisar yang ngoceh karena Triva memang pada dasarnya nggak banyak ngomong. Tapi meski begitu, obrolan mereka terasa begitu nyambung saat Triva meresponnya dengan alamiah. Dia akan tertawa bila benar-benar lucu. Akan marah bila Kaisar mulai ngomong yang aneh-aneh. Semua campur aduk.

Selesai bertelponan, Triva langsung mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Dia turun ke bawah untuk ikut sarapan pagi bersama.

"Nggak ada kepikiran buat nikah muda, Kak?" Tanya Vanessa.

Sontak Triva tersedak nasi goreng yang baru akan ditelannya. Dia melotot pada Mamanya yang kalo ngomong suka asal. Emang dipikir nikah itu cuma butuh penghulu, terus sah?

"Mama, Triva masih sekolah dan mama udah ngomongin soal nikah?" Protes Triva dengan kerongkongan yang masih terasa panas.

"Dulu Mama sama Papa nikah waktu masih sekolah juga. Makanya Mama sama Papa masih muda saat kamu udah gede."

KAISAR (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang