👑2. Tebak-tebakan

41.5K 3K 142
                                    

Lagi-lagi Kaisar harus terjebak bersama Triva di depan pintu rahasia yang terletak di belakang gudang sekolah. Kali ini bukan karena dia ingin kabur, melainkan baru akan datang setelah pukul 9 pagi.

Alias terlambat 2 jam.

"Terlambat 5 poin. Baju dikeluarkan 5 poin. Sepatu berwarna merah 5 poin. Atribut MOS tidak dipakai 1 poin." Triva menyebutkan satu persatu pelanggaran yang dilakukan oleh Kaisar.

"Total poin kesalahan Lo pagi ini sudah mencapai 16. Belum ditambah yang kemaren. Belum lagi Lo pasti bertingkah nanti siang. Belum lagi besok. Kira-kira butuh waktu berapa lama sih buat Lo dikeluarin dari sekolah ini?"

"Belum 100 kan?" Kaisar malah menanggapinya dengan santai.

Triva mendengus.

Kaisar mendekatkan bibirnya ke telinga Triva. "Gue penasaran, kalau gue cium Lo kira-kira poin gue bakal nambah berapa." Kaisar menjauhkan wajahnya untuk bisa melihat ekspresi Triva. Tepat seperti yang dia mau, wajah Triva memerah seperti udang direbus.

"Karena di buku peraturan sekolah yang gue baca, mencium ketua OSIS nggak ada di dalam larangan." Kaisar menaikkan sebelah alisnya ketika Triva terdiam.

"Kaisar Dirgantara Pusaka, hanya karena Lo anak dari seorang Prajurit Negara, bukan berarti Lo bisa seenaknya di sekolah ini. Setiap sekolah memiliki aturannya sendiri, termasuk buat murid kayak Lo."

Kaisar tertawa tipis. "Gue cukup terkejut karena Lo ternyata tau nama panjang gue. Selain itu, Lo juga tau kerjaan bokap gue. Apa jangan-jangan Lo salah satu stalker Instagram gue ya?"

"Jijik banget jadi stalker Lo," Triva langsung memprotesnya. "Heh, kerjaan gue itu lebih positif ya dari pada sekedar ngepoin cowok nggak penting kayak Lo."

"Oh, jadi gue nggak penting nih?"

"Amat. Sangat. Tidak!" Tekan Triva pada setiap suku katanya.

"Terus ngapain Lo di sini ngurusin cowok yang nggak penting ini?"

"Kaisar, kalau bukan karena pelanggaran Lo itu adalah salah satu tugas gue, maka gue nggak akan pernah Sudi ngurusin hidup Lo. Bahkan gue akan sangat berterima kasih kalau Lo dikeluarin dari sekolah ini."

Kaisar menggertakkan rahangnya. Entah apa yang dirasakannya sekarang. Antara merasa terhina atau tertolak. Kaisar bingung membedakannya. Cara Triva menatapnya sungguh membuatnya berpikir keras untuk merubah tatapan itu menjadi sama seperti cewek-cewek lain menatapnya.

Brak.

Kaisar menarik tangan Triva, mendorong cewek itu ke tembok dan mengunci tubuhnya. Matanya menatap Triva dengan tajam. "Siapkan permainan yang lebih baik hari ini, atau gue bakal ngalahin Lo lagi."

Setelah itu, Kaisar melenggang santai melewati Triva, masuk ke lingkungan sekolah. Senyum penuh kemenangan tercetak cukup lama di bibirnya. Hobi Kaisar bertambah, yaitu melihat mimik wajah kesal Triva.

👑👑👑

"Lo kenapa sih Triv, perasaan dari kemaren muka lo itu kusut mulu. Lupa disetrika?" Tanya Anyelir sambil setengah bercanda.

"Gue boleh nggak sih ngebunuh orang?"

"Anjir, masuk penjara yang ada," Anyelir menanggapi itu dengan serius karena muka Triva yang sangat serius saat mengatakannya. "Ada apaan sih?"

Triva memijat pangkal hidungnya. Dia nggak pernah sepusing ini dalam menghadapi seorang cowok. Banyak macam murid yang ada di sekolah ini. Mulai dari yang berandalan, sampai preman. Tapi kesemuanya selalu merasa takut tiap kali Triva tertibkan. Memohon-mohon agar jangan sampai Triva tambahkan poin kesalahan mereka.

KAISAR (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang