36. Seminar Prestasi

25.1K 2.3K 220
                                    

Sangat, aku sangat merindukannya.
.
.
.
💃💃💃
.
.
.

Kaisar dibuat stress seharian ini karena Triva sangat sulit untuk dihubungi. Nomor pacarnya itu nggak aktif sejak malam, hingga sekarang siang pun tetap nggak aktif. Padahal, Kaisar ingin tau hasil dari test Triva di Universitas sana. Kaisar nggak bisa melihat hasilnya karena nggak di-share di situs online.

"Lo kenapa?" Tanya Bella begitu melihat wajah tegang Kaisar.

"Triva nggak bisa ditelpon sejak semalem," jawab Kaisar sambil terus mencoba menghubungi Triva.

"Elah Kai, mungkin dia lagi sibuk. Kan Lo bilang kemaren hasil test nya keluar kan? Itu artinya hari ini dia lagi ngurusin pendaftarannya buat jadi mahasiswa sana."

Kaisar menatap Bella dengan serius. "Lo yakin dia bakal diterima?"

Bella meledak oleh tawa. Dia menepuk pundak Kaisar dengan keras. "Pertanyaan bodoh. Cewek Lo itu pinternya nggak ketulungan. Sangat mustahil kalo nggak keterima."

Benar juga.

Kaisar harusnya senang, tapi entah kenapa dia merasa semakin kehilangan harapan untuk bisa bertemu Triva dalam waktu dekat. Belum apa-apa aja Triva udah susah buat dihubungi.

"Udah deh. Sekali-sekali kasih Triva ruang buat dirinya sendiri. Jangan dikit-dikit Lo gangguin. Dia kan juga butuh istirahat, Kai."

"Jadi menurut Lo dia bosen sama gue?"

Bella mengangkat bahunya. "Maybe," cebiknya.

Meski kemungkinan seperti itu sangatlah kecil, Kaisar tetap merasa terganggu.

"Hai," Giselle berdiri di hadapan Kaisar dan Bella sambil tersenyum.

Kaisar balas dengan tersenyum tipis. Beda dengan Bella yang langsung memasang wajah tak suka. Bukan apa-apa, Bella hanya tak suka pada kehadiran Giselle yang seketika merubah persahabatan menjadi permusuhan. Walau semua tak sepenuhnya salah Giselle, tapi tetep aja bagi Bella cewek itu adalah penyebabnya.

"Kai, nanti setelah selesai Seminar kamu mau nggak makan sama aku di Kantin? Ada yang mau aku omongin dan penting banget."

Kaisar mendongak untuk bisa melihat Giselle. "Ngomong di sini aja, Sel. Kenapa nunggu nanti?"

"Ehm, aku harus keluar dulu soalnya."

"Lo nggak ikut seminar?"

"Nggak."

Bella memainkan kukunya. Dia tak begitu ingin ikut campur selama Kaisar merasa tak terganggu dengan kehadiran Giselle.

"Ya udah nanti di Kantin," jawab Kaisar akhirnya.

Giselle tersenyum lebar. Dia lalu berpamitan untuk pergi dari situ.

"Kenapa Lo iayin sih Kai? Lo udah kasih harapan tuh ke dia," cicit Bella.

"Sekalian gue juga mau ngomong sama dia. Dia berhak tau semuanya."

"Nah kalo itu gue setuju."

"Hai Kak Kaisarrrr."

"Dedemit muncul," sindir Bella dengan wajah malas.

"Siapa kak?" Tanya Jeni sambil celingukan.

"Emang ada orang lain selain Lo?" Tanya balik Bella.

"Maksud kakak, Jeni ini dedemit?" Poloskah Jeni ini?

"Tepat!" Bella menjentikkan jarinya.

Jeni melengos. Bibirnya menyunggingkan senyum saat menatap Kaisar. Meski cowok itu cenderung selalu mengabaikannya tapi Jeni ini pantang menyerah. Dia memiliki prinsip kalau cowok itu seperti es, lama-lama akan cair juga.

KAISAR (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang