32. Prom Nite

27K 2.2K 94
                                    

Dan waktu, berhentilah.

💃💃💃
.
.
.

Kaisar sudah berdiri di depan pintu rumah Triva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaisar sudah berdiri di depan pintu rumah Triva. Dia mengenakan setelan Jas berwarna merah dengan dalaman Kaus warna putih dan dipadu celana berbahan jeans warna hitam. Rambutnya baru saja dipotong tadi siang, membuatnya terlihat makin cool.

Tak lama, Triva pun keluar dari pintu dengan tube dress berwarna senada seperti Jas Kaisar, heels hitam 7cm dan rambut dibiarkan terurai bergelombang. Tangannya pun memegang sebuah tas pesta berwarna hitam dengan taburan gliter keemasan.

"Perfect," puji Kaisar.

Triva tersenyum. Dia menaikkan sebelah alisnya untuk memuji penampilan Kaisar. Dari atas ke bawah, Kaisar begitu mempesona. Cewek manapun yang melihat Kaisar sudah pasti akan jatuh bangun dibuatnya.

"Untung Tema White Squad dibatalkan, kalo nggak di sana bakal berasa lagi latihan umroh diiringi musik disko."

"Hahaha," Kaisar tertawa. Dia merangkul bahu Triva dan membawa pacarnya itu masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan menuju Gedung Hotel, tempat diadakannya Prom Nite SMA Mars, Triva terus saja mengoceh menceritakan semua persiapannya yang hampir 90% untuk dibawa ke Amerika.

Kaisar hanya mendengarkan dengan senyum simpul menghiasi wajah. Bayangan kepergian Triva yang semakin dekat membuatnya semakin gelisah.

"Mama sama Papa udah janji akan ajak Tansa setiap bulan ke Amerika. Aku seneng banget tau nggak sih," cerita Triva lagi.

"Bagus dong. Kamu nggak akan kesepian di sana," sahut Kaisar berusaha ikut dalam keceriaan Triva.

"Kai, kalau nanti kamu libur panjang. Kamu juga bakal main ke Amerika kan?"

"Pasti," Kaisar menjawab tanpa sedikitpun terlihat niat.

Triva menoleh pada Kaisar dengan wajah cemberut. "Dari tadi kamu jawabnya gitu banget. Kayak terpaksa," gerutunya.

Kaisar tersenyum geli, namun dia hanya menanggapi ucapan Triva itu dengan mengusap rambut cewek itu penuh kelembutan. Lalu kembali fokus menyetir mobil.

Triva tau apa yang dipikirkan Kaisar. Cowok itu selalu murung setiap kali dia membahas masalah kepergiannya ke Amerika. "Aku pasti pulang, Kai. Jangan lepas aku dengan wajah kayak gitu," bisik Triva dengan suara serak.

Kaisar mencengkram erat pegangan setir. Matanya memanas seketika. Dia ngga bisa bohong, bagaimanapun usahanya ingin ikhlas melepas Triva menempuh pendidikan di Negeri Paman Sam tersebut, dia tetap merasa berat.

"Aku cuma takut ada yang berubah setelah kamu pergi. Terutama hati kamu," balas Kaisar dengan suara tak kalah berat dan serak.

Triva menggeleng. "Aku nggak akan lupain kamu."

KAISAR (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang