Aku dan Rara sedang berada di rumah Sarah sekarang. Tepatnya berada di kamar Sarah. Kami bersahabat sejak kelas 10, tapi berhubung Sarah itu anaknya pintar menjurus ke jenius, jadi dia masuk IPA, sedangkan aku dan Rara masuk jurusan IPS.
Sarah dan Rara sebenarnya satu sekolah saat SMP dulu, tapi mereka benar-benar baru mengenal satu sama lain itu saat SMA.
Aku sendiri baru mengenal mereka saat masa orientasi sekolah.
"Jadi gimana? Lo kan yang jadi perwakilan sekolah kita buat ikut cerdas cermat itu?" Aku bertanya pada Sarah. Sudah aku bilangkan Sarah itu pintar menjurus ke jenius. Dia bahkan dipercaya sekolah untuk menjadi perwakilan sekolah kami dalam ajang cerdas cermat se provinsi.
Benar-benar hebat si Sarah itu. Aku baru masuk peringkat 10 besar di kelas saja, orang tuaku sudah bangga banget. Bagaimana orang tua Sarah ya? Pasti bangganya sampai nggak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
Pantas saja Sarah ini semua kebutuhannya benar-benar di sediakan. Laptop rusak sedikit, langsung ganti baru. Ponsel error sedikit, beli baru. Tas kecoret tinta pulpen segaris saja langsung di buang tasnya. Dan besoknya dia langsung memakai tas baru yang harganya bikin aku di marahin Mama saat meminta tas seperti itu.
Berbeda sekali dengan ku, selama ponselku belum benar-benar mati, ya Mama nggak akan membelikan ku ponsel baru. Apalagi membelikan laptop baru, kalau laptop ku rusak, selagi menunggu di betulkan oleh tukang service langganan Mama, Mama hanya akan menyuruh aku memakai komputer yang ada di gudang. Dan aku disuruh mengerjakan tugas di gudang dengan di temani kecoa dan tikus. Hiihhh.
Sarah mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di depannya. Dia dan Rara sedang menonton drama korea di laptop Sarah. Jadi jangan harap deh dia akan cape-cape menengok ke arah ku. Aku yang memang nggak terlalu suka drakor gitu, memilih menonton coveran lagu di youtube di ponsel ku. Ini nih alasan aku dan Rara sangat betah berada di rumah Sarah.
Rumahnya sudah besar juga di pasang wifi. Jadi aku bisa sampai puas nonton coveran lagu, dan Rara bisa sampai puas download drakor yang dia mau.
"Film apasih itu?" melihat Rara dan Sarah sudah jejeritan di depan laptop, aku bertanya heran, kepalaku ku majukan untuk melihat layar laptop.
"Hah gue jelasin juga lo nggak akan ngerti. Mending lo nonton disney princess aja sanah." Rara bicara tanpa repot-repot menengok ke arahku.
Huft!
Kalau sudah begitu, aku harus sabar menunggu mereka selesai bercengkrama dengan drakor-drakor itu.
Aku benar-benar buta kalau masalah korea. Otak minimalis ku ini, selalu menolak untuk mengingat-ingat wajah dan nama dari artis-artis korea itu.
Habis menurutku, semua wajah artis korea itu mirip. Dan lagi, namanya sulit sekali aku ucapkan. Jadi aku nggak tau cara membedakannya.
Ah bukan hanya artis korea saja. Artis India saja aku nggak bisa membedakan yang mana Kajol yang mana Kareena Kapoor. Aku hanya tau Sharukh Khan dan Shaheer Seikh saja. Itu pun karena nggak sengaja aku melihat tv yang sedang di tonton Mama.
Eh tapi, Shaheer Seikh itu yang mana ya?
Tuh kan aku nggak tau!
Otak ku benar-benar nggak memproses informasi tentang artis-artis luar yang sudah aku browsing.
Aku kembali lagi fokus pada ponsel di tanganku. Kembali memasang earphone dan me-replay kembali lagu milik Shiella On 7. Aku membesarkan volume ponsel ku saat Rara dan Sarah sudah jejeritan lagi karena aksi heroik tokoh cowok dalam film yang mereka tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara dan Biru
Teen Fiction"Saya suka kakak." Kata-kata itu terlontar dari bibir mungil milik Biru. Jantungnya berdegub sangat cepat. Telapak tangannya basah karena keringat. Kaki lemasnya dipaksa untuk tetap berdiri tegak dihadapan laki-laki jangkung itu. "Saya nggak bisa ja...