Namaku lengkapku itu Kirania Biru Almahendra. Mama sama papa ku suka banget sama warna Biru dan Putih. Jadi, aku selaku anak pertama, kedapatan jatah nama Biru, dan adikku, sebagai anak yang lahir dua tahun di bawah ku, kedapatan jatah nama Putih, Alaika Putih Almahendra, yang dimana, nama kucing tetangga kami juga Putih.
Jadi, setiap kali tetangga kami nyariin kucingnya kedepan rumah dengan manggil 'Putih', nah si Putih ini suka ketipu dengan nyaut 'iya'. Dan kalo udah kayak gitu, dia biasanya cuman marah-marah dan aku ketawa ngakak.
Untung orang tua ku suka sama warna yang masih masuk akal kalo dijadiin nama anak. Coba kalo mereka sukanya sama warna kuning atau item, nggak kebayang gimana nasib aku dipanggil kuning atau item setiap hari.
Papa pernah bilang, warna biru itu melambangkan suatu hubungan profesionalitas, kecerdasan, kepercayaan diri, bahkan menjadi simbol kekuatan. Dia ingin aku mewarisi semua sifat yang melambangkan warna biru tadi.
Tapi apa mau dikata? Manusia hanya bisa berencana. Adalah Allah yang menentukan takdir seseorang. Semua sifat yang melambangkan warna biru, yang ingin papa lihat ada didiriku, ternyata nggak ada satupun yang nyantol ke aku. Parah kan?
Katanya biru itu melambangkan hubungan yang profesional, dan kayaknya itu nggak ada didiriku sama sekali. Soalnya aku nggak ngerti maksud dari hubungan profesional itu apa hehe. Terus kecerdasan, seh ini yang paling nggak ada di aku. Boro-boro cerdas, aku hapal perkalian 1-5 aja udah untung. Bukan berarti aku nggak hapal perkalian 6-10 ya. Bukan! Perkalian 6-10 juga hapal si, cuman suka lupa aja.
Lalu ada kepercayaan diri. Kalau dinilai dari angka 1-10, nilai kepercayaan diri aku itu -3, iya minus tiga. Yang artinya, aku bener-bener nggak punya kepercayaan diri kalau ada di tempat umum. Jadi setiap kali ada lomba atau bahkan pemilihan petugas upacara, kalau namaku disebut sekali aja, aku bisa ngomel-ngomelnya 5 hari.
Ya iyalah! Aku presentasi di depan kelas aja masih gemeter. Lah ini disuruh ikut lomba atau jadi petugas upacara, yang mana aku akan menjadi pusat perhatian orang satu sekolah. HAHA. NO. THANKS. Bisa ngompol dicelana aku. Eh rok maksudnya.
Yang terakhir itu ada simbol kekuatan. Nah kalau untuk yang terakhir, kayaknya........ Aku juga nggak mewarisi simbol ini deh. Secara kan ya, aku lahir menjadi manusia biasa yang alhamdulillahnya normal, bukan power ranger pink atau wonder woman yang dilahirkan memiliki kekuatan.
Papa kayaknya salah milih nama buat aku deh.
Eeiiittss tunggu dulu! Itu pemikiran aku saat smp kelas 8 alias 3 tahun yang lalu. Sekarang aku sudah kelas 11, sudah besar. Sudah tau mana yang namanya lipstick mana yang namanya eyeshadow.
Sekarang, aku selalu berterimakasih sama papa karena udah dikasih nama Biru setelah aku bertemu dengan cowok ganteng abangnya temen sebangku, Bara.
Pertama kali liat Bara itu pas aku, yang masih anak baru, ngeliat dia lagi maen futsal pas demo ekskul. Ngeliat dia yang keringetan itu sumpah seksi banget woy. Udah gitu tampangnya yang emang good looking parah. Huh bikin dedek gemes macem aku ini nahan jejeritan biar nggak malu-maluin diri sendiri.
Terus pas kakak mc lagi memperkenalkan pemain-pemain futsal satu persatu, dan berenti di kiper, dia menyebutkan kalo nama kipernya itu Bara. Beeuuhh aku langsung mikir bertapa indahnya nama Bara bersanding dengan nama Biru di atas kertas undangan dan di buku nikah.
Dan mulai saat itu, aku langsung naksir senaksir naksirnya orang naksir sama Bara.
Pikiran aku tentang Bara teralihkan saat Rara memasuki kelas dengan muka di tekuk.
Kenapa lagi si nih anak? Heran deh!
"Ngape lu? Muka asem banget kayak keteknya Samsul."
Rara duduk disampingku dengan menghentak. Kayaknya dia lagi kesel beneran deh.
"Idola lo noh ngeselin! Gue minta berangkat bareng, malah ditinggal! Untung bokap belom berangkat ngantor!" Oooohh masalahnya sama Bara tersaiang.
"Yang lo bilang idola gue tuh abang lo loh Ra." aku mengingatkan Rara tentang statusnya dengan Bara. Takutnya dia lupa hehe.
"Kok lo bisa sih suka sama makhluk-ngeselin, minta ditabok kayak Bara gitu?" Rara bertanya dengan intonasi heran. Kayak yang emang heran banget aku suka sama Bara. Padahalkan wajar aja kali aku suka Bara. Itukan artinya aku normal. Kalo aku suka sama dia tuh, baru deh dia boleh heran.
"Cinta itu nggak perlu alasan Ra." kata ku sok bijak. Didepan ku, Rara menampilkan raut muka seperti ingin muntah. Melihatnya, aku ketawa ngakak ditempat.
"Lagian emang Abi nggak jemput? Kok mau nebeng Bara?" tanyaku ketika tawa ku sudah benar-benar mereda.
"Laahhh kan gue baru putus sama Abi! Gengsi dong kalo minta jemput padahal gue yang udah mutusin!"
"Oh iya lupa." kataku singkat.
Rara hanya diam dengan muka cemberut. Kalau begini caranya dia akan tetap badmood sampai siang nanti kalau nggak buru-buru di kasih makan.
Ya Rara tuh gampang di sogok pakai makanan. Perutnya udah kayak karung bolong, semua makanan masuk.
"Kantin yuk! Badmood lo nggak akan ilangkan kalo nggak makan?" ajak ku pada Rara.
Rara terlihat menimang sejenak. Biar ku tebak, pasti Rara sedang memikirkan cara untuk membuat dia tetap untung dan merugikan aku.
"Traktir tapi ya?" katanya dengan cengiran.
Nah kan! Sudah hapal deh aku dengan tabiat Rara ini.
"Nggak boleh lebih dari goceng tapi ya?"
"Yaelah Bir! Goceng doangan mah dapet apa? Lo kan tau kantin kita mahal-mahal!" protes Rara sewot.
"Lah justru karena kantin kita mahal-mahal! Bisa tekor gue kalo jajanin lo lebih dari goceng!" balas ku lebih sewot.
Rara memutar matanya ke atas lalu berucap, "Iyadah si bungsu mah ngalah aja sama si sulung."
"Good girl!" aku menepuk-nepuk kepala Rara percis majikan menepuk hewan peliharaannya dan langsung di tepis Rara dengan emosi.
Selanjutnya kami sudah berjalan meninggalkan kelas menuju kantin. Ya masih ada waktu 10 menit sebelum bel berbunyi dan kami baris di lapangan untuk upacara.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara dan Biru
Jugendliteratur"Saya suka kakak." Kata-kata itu terlontar dari bibir mungil milik Biru. Jantungnya berdegub sangat cepat. Telapak tangannya basah karena keringat. Kaki lemasnya dipaksa untuk tetap berdiri tegak dihadapan laki-laki jangkung itu. "Saya nggak bisa ja...