Bara menaruh sendok es krim yang sedang dia pegang ke gelas es krim di depannya. Mendongakan kepalanya, Bara melihat Sarah sedang menatap lurus ke mata Bara.
Apa-apaan Sarah ini? Kenapa dia sekarang minta putus lagi?
"Apasih? Kok tiba-tiba minta putus lagi. Kamu jangan ngaco deh."
Sarah menarik napasnya panjang lalu berkata, "Bar ngerasa nggak sih kamu akhir-akhir ini itu aneh? Raga kamu memang lagi sama aku, tapi jiwa kamu tuh kayak nggak tau kemana. Pergi gitu aja. Ibarat lagu, akutuh punya raga kamu, tapi bukan hati kamu."
Kali ini, gantian Bara yang mengehela napasnya. Apa memang terlalu kentara ya kalau Bara akhir-akhir ini aneh? Bara kira Bara doang yang merasa seperti itu.
Ya oke Bara akui dia memang sudah suka sama Biru. Tapi kalau harus putus dengan Sarah gara-gara itu Bara nggak mau. Maksudnya apa Bara sejahat itu sampai-sampai memutuskan hubungan hanya karena hatinya saat ini sudah melenceng ke Biru? Bara pasti bisa membuat hatinya suka lagi pada Sarah. Itu pasti nggak akan sulit. Jadi mereka nggak harus putus kan?
Ditambah Bara yang tempo hari ngotot mau balikan dengan Sarah. Dan kalau sampai mereka putus karena Bara yang pindah ke lain hati, astaga! Sumpah! Bara jahat sekali!
"Sar nggak harus putus kan? Kemarin-kemarin tuh aku lagi banyak pikiran. Papa nanya terus aku mau kuliah di mana, sedangkan aku bener-bener nggak tau mau kemana."
"Bar aku tau, ini bukan masalah kuliah kamu kan? Kamu sadar nggak sih? Hati kamu bukan buat aku lagi. Ada orang lain disitu. Dan ya kita berdua sama-sama tau kan dia siapa?" Ucap Sarah sambil menunjuk dada kiri Bara dengan telunjuk.
Bara terperangah lalu menatap Sarah dengan pandangan tak percayanya. Astaga! Apa Bara seterbaca itu? Sampai-sampai Sarah saja menyadari kalau di hati Bara ada nama lain yang tertulis.
Ah mengingat Alan saja bisa menebak kalau Bara suka sama Biru, gimana Sarah kan?
"Sar... Kita nggak harus putus kan? Ini nggak akan adil untuk kamu. Aku nggak mau nyakitin kamu lagi."
"Kamu akan semakin nyakitin aku kalau kamu mempertahankan hubungan ini tapi bukan aku yang ada di hati kamu Bar." Sarah melihat Rara berjalan di belakang Bara sambil mengernyitkan wajahnya. Sepertinya Rara mendengar percakapannya dengan Bara. Tapi Rara mungkin enggan ikut campur, dan tanpa pamit, Rara berjalan ke luar kedai lalu pergi dengan Biru.
Melihat Bara yang hanya diam saja, Sarah kembali bicara. "Inget nggak kalimat yang selalu kamu bilang kalau aku minta putus karena nggak tega sama Biru?"
Bara mengangguk pelan. Ya dia ingat. Setiap kali Sarah minta putus karena merasa nggak tega sama Biru, maka Bara akan selalu bilang, "Kalau kamu minta putus karena udah nggak sayang aku, aku masih bisa maklum. Gimana pun perasaan itu nggak bisa di paksakan. Tapi kalau kamu minta putus hanya karena kasian sama Biru, aku nggak akan mau putus."
"Nah itu. Bukan cuman kamu yang akan memaklumi kalau seandainya aku udah nggak ada perasaan nantinya, tapi aku juga akan memaklumi kamu kalau kamu sudah nggak ada perasaan sama aku. Karena seperti kata kamu, perasaan itu nggak bisa dipaksakan. Aku akan sakit itu pasti. Karena aku cinta kamu. Tapi aku akan semakin sakit kalau aku tetap menjalani hubungan ini sama kamu disaat bukan aku lagi yang ada di hati kamu. Karena aku akan merasa dikasihani, bukan dicintai atau disayangi."
Bara lagi-lagi menunduk saat mendengar kalimat terakhir Sarah. Dia benar-benar merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa Bara sejahat ini? Dia benar-benar melukai dua cewek sahabat dari adiknya.
Dua cewek sahabat adiknya! Bagus Bara bagus! Lo harus mempersiapkan diri lo untuk di jambak habis-habisan sama Rara nanti malem! Atau mungkin bukan hanya jambakan, tapi bonus cubitan, pukulan dan tendangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara dan Biru
Teen Fiction"Saya suka kakak." Kata-kata itu terlontar dari bibir mungil milik Biru. Jantungnya berdegub sangat cepat. Telapak tangannya basah karena keringat. Kaki lemasnya dipaksa untuk tetap berdiri tegak dihadapan laki-laki jangkung itu. "Saya nggak bisa ja...