BAB 21

2.3K 199 3
                                    

"Bar kita putus aja ya?"

Bara menarik napas panjang dan menatap lurus lawan bicara di depannya. Sudah lebih dari sekali cewek di depannya ini mengucapkan kalimat serupa sejak dirinya kelas 10. Dan selalu Bara tentang dengan keras.

"Sar udah berapa kali si kita bahas ini? Kalau kamu minta putus karena udah nggak sayang aku, aku masih bisa maklum. Gimana pun perasaan itu nggak bisa di paksakan. Tapi kalau kamu minta putus hanya karena kasian sama Biru, aku nggak akan mau putus."

"Bar please! Kamu tahu kan aku tuh tipe orang yang susah akrab sama orang lain. Dari SD aku nggak pernah punya teman dekat yang benar-benar dekat. Nggak kayak kamu yang punya Ka Alan, aku nggak punya siapa-siapa. Dan sekarang, ketika aku baru mulai punya sahabat, aku nggak mau persahabatan aku rusak hanya karena masalah ini. Biru menjauh dari aku Bar, kamu tau itu kan?" Sarah menatap Bara dengan raut permohonannya. Berharap Bara kali ini mau mengabulkan keinginannya.

"Kita bisa bicara pelan-pelan sama Biru. Aku yakin Biru akan ngerti. Lagian, Biru udah bilang kan sama aku kalau dia akan menjauh dari aku. Dia akan berusaha move on dari aku." Ujar Bara pelan sambil menatap lurus ke mata Sarah.

"Ck kamu nggak tau Biru! Dari kelas 10 dia selalu bilang mau move on dari kamu, tapi sampai sekarang pun dia masih suka sama kamu! Oh Biru bahkan mungkin nggak hanya suka, dia cinta sama kamu Bar."

Bara mengusap wajahnya kasar. Astaga! Kenapa persoalan remeh begini bisa sangat membuat kepalanya berdenyut sakit sih?

Seandainya waktu itu Bara nggak mengiyakan permintaan Sarah untuk mencoba dekat dengan Biru, mungkin persoalannya nggak sampai serumit ini. Mungkin hubungan Bara dan Biru hanya akan sebatas kakak dan adik kelas yang kebetulan terhubung karena Rara.

Sarah bilang waktu itu, mungkin Biru hanya penasaran pada Bara. Makanya nggak ada salahnya Bara untuk mencoba dekat dengan Biru. Kalau rasa penasaran Biru sudah terobati, Sarah yakin, Biru pasti akan dengan sendirinya melupakan perasaannya pada Bara. Tapi siapa yang tau isi hati orang sih selain yang punya hati?

Dari cara Biru bilang kalau dia suka senyum Bara, mata Bara dan semua yang ada pada Bara dan kecanduan melihat Bara setiap hari, membuat Bara tau kalau rasa yang Biru punya nggak sesederhana rasa penasaran yang akan hilang setelah penasaran itu terobati.

Seharusnya sejak itu Bara mulai menjauh dari Biru. Agar harapan Biru padanya nggak semakin besar. Agar Bara nggak lagi-lagi membuat Biru sakit. Tapi sialnya, Bara ketagihan bicara dengan Biru. Ekspresi Biru yang sangat jujur saat membicarakan band-band kesukaannya membuat Bara ingin selalu ngobrol berdua dengan Biru. Mata berbinarnya saat membicarakan lagu-lagu Sheila on 7 membuat Bara ingin selalu menatap mata itu. Bara tahu, ekspresi Biru yang berbinar-binar itu benar murni karena Biru suka pada topik obrolan mereka. Bukan semata-mata ingin menarik perhatian Bara.

Tapi kalau memang dia berusaha menarik perhatian Bara, berarti dia berhasil melakukan itu.

Bara jujur tentang keinginannya berteman dengan Biru. Bara senang bicara dengan Biru. Tapi Biru ingin status yang lebih dari teman. Sesuatu yang nggak bisa Bara berikan pada Biru.

Dan seandainya Bara benar-benar menolak keinginan Sarah untuk mencoba dekat dengan Biru, mungkin Biru nggak akan sepatah hati sekarang saat tau kenyataan hubungan antara Bara dan Sarah. Ya mungkin. Atau akan tetap patah? Entahlah Bara nggak tau.

Yang Bara tau, kalau seandainya Bara nggak coba mendekat pada Biru, Bara nggak akan merasakan rasa bersalah yang teramat dalam saat melihat Biru patah hati karenanya.

Bara dan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang