Ulangan akhir semester sudah berlangsung seminggu kemarin. Dimulai dari hari Senin dan berakhir di hari Jum'at. Minggu ini, sekolah Biru sedang melaksanakan classmeeting. Beragam macam olahraga diperlombakan. Ada basket, futsal, voli, dan masih ada beberapa lomba lainnya yang Biru sendiri nggak tau.
Selain dia nggak mengikuti lomba satupun, dia juga selama classmeeting biasanya hanya berdiam diri di kantin ataupun di kelasnya yang sepi. Kadang sendiri kadang bersama Rara. Ya tergantung mood si Rara saja, maunya nemenin Biru atau duduk di pinggir lapangan menonton lomba-lomba itu.
Saat ini Biru sedang di kantin, bertiga dengan Rara dan Sarah. Keadaan kantin saat ini memang masih sepi. Karena orang-orang masih sibuk menonton classmeet basket yang selalu fenomenal. Entah kelas mana dengan kelas mana yang sedang bertanding, Biru benar-benar nggak tau apa-apa.
Tahun lalu, classmeet adalah kegiatan sekolah yang paling Biru tunggu-tunggu. Karena hanya ada disituasi itu, Biru bisa menonton Bara tanding futsal dan nggak harus malu-malu untuk teriak menyemangati Bara karena ada banyak orang di pinggir lapangan yang juga turut menyemangati cowok itu, jadi Biru bisa sembunyi di belakang orang-orang itu. Yayaya Biru memang sepengecut itu. Nggak masalah lah. Lagian dulu kan dia memang bercita-cita untuk jadi secret admirernya Bara, ya siapa yang tau ternyata Bara tau dia masih suka Bara kan?
Sekarang, jangankan bersemangat untuk teriak menyemangati Bara, melihat Bara saja Biru enggan.
Bukan karena Biru benci Bara. Bukan! Biru hanya masih belum bisa mengontrol perasaanya pada Bara. Dia masih belum bisa memerintah jantungnya untuk nggak terlalu kecentilan saat melihat Bara. Dia masih belum bisa memerintah matanya untuk nggak selalu mengikuti kemanapun Bara pergi saat nggak sengaja dia melihat Bara.
Ya itulah yang membuat Biru malas bertemu Bara. Karena jika sedetik saja dia melihat Bara, maka matanya akan dengan lancang mengikuti Bara kemanapun cowok itu pergi. Dan akan berhenti saat cowok itu sudah tak terlihat lalu setelah itu, tanpa sadar dia akan mendesah kecewa karena nggak menemukan Bara dalam jarak pandangnya.
Tapi sedetik kemudian, dia akan menyesali tindakannya itu. Sedetik setelah Bara tak terlihat lagi, dia baru mengingat tentang visi dan misinya untuk move on dari Bara. Dan melupakannya lagi dan lagi saat matanya menangkap sosok cowok itu disekitaran sekolah. Hah sungguh pengendalian diri yang bodoh.
Biru sadar kalau usaha untuk move on nya dari Bara ini benar-benar nggak akan mudah selama dia masih melihat Bara nyaris setiap harinya. Entah kenapa, Biru merasa akhir-akhir ini dia selalu menemukan Bara dimanapun matanya tertuju. Ketika di kantin, tanpa sengaja menoleh ke kiri ada Bara di sebelah kirinya. Beberapa meja dari dirinya memang, tapi tetap saja sosoknya terlihat jelas oleh Biru.
Ketika hendak ke perpustakaan karena nggak mau melihat Bara di kantin, Biru justru dikejutkan oleh Bara yang ternyata sudah ada duluan di perpus, sedang mengisi buku daftar peminjam buku.
Ketika sedang di kelas pun, Biru kadang menemukan Bara yang sedang lewat di depan kelasnya, entah mau kemana, Biru pun tak tahu. Sesuatu yang nggak pernah Biru lihat sebelumnya.
Ya berada di sekolah yang sama, membuat Biru mau nggak mau memang akan selalu melihat Bara. Dan sialnya, kenapa semakin dihindari, malah semakin membuat Biru sering melihat Bara?
Cobaan move on memang seberat itu!
Perlahan kantin yang tadinya sepi, mulai ramai di datangi orang-orang dari lapangan. Sepertinya pertandingan basket itu sudah selesai. Hah kalau sudah begini, kantin jadi berisik. Untung Biru, Rara dan Sarah sudah membeli makanan sedari tadi, jadi sekarang mereka nggak harus berdesakan untuk membeli makanan.
Biru sedang menyuapkan sendok berisi sotonya saat seseorang berdiri di depannya. Biru mendongakan kepalanya dan menemukan Bara sedang memegang mangkok bakso berdiri di belakang bangku panjang yang ditempati Sarah. Jadi posisinya Sarah itu depan-depanan dengan Rara. Dan Biru kini berhadapan dengan Bara yang sedang berdiri menghadap Sarah. Mengerti kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara dan Biru
Fiksi Remaja"Saya suka kakak." Kata-kata itu terlontar dari bibir mungil milik Biru. Jantungnya berdegub sangat cepat. Telapak tangannya basah karena keringat. Kaki lemasnya dipaksa untuk tetap berdiri tegak dihadapan laki-laki jangkung itu. "Saya nggak bisa ja...