BAB 34

2.5K 182 12
                                    

"Ra, gue balik duluan. Abang lo gila!" Setelah mengatakan kalimat itu di telepon yang terhubung dengan ponsel Rara, Biru langsung mematikan sambungan dan berjalan cepat keluar dari area sekolah.

Gila! Bara beneran gila! Bahkan gilanya sampai menular ke Biru. Gila! Sudah berapa kali coba Biru ngucap kata 'gila?'. Gilakan? Iya ini benar-benar gila.

Pokoknya gila! Bara gila!

Apa coba maksudnya cowok itu bilang kalau dia suka Biru? Dia kira Biru gila apa bisa langsung percaya gitu aja sama dia.

Biru benar-benar nggak habis pikir sama Bara. Ngapain coba dia mau pura-pura suka sama Biru? Nggak cukup apa dia kemarin-kemarin pura-pura ngedeketin Biru. Mau membuat Biru semakin sakit? Atau mau lebih menghancur leburkan hati Biru lagi?

Sialan!

Biru berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Dia sudah kehilangan semangat nonton pentas seni ini. Tau dia akan badmood sepanjang acara seperti ini, mending Biru tadi ikut pulang sama Mama yang mengambil rapornya.

Sial banget si elah!

"Biru," Biru semakin mempercepat langkahnya saat mendengar suara yang sudah dia hapal itu memanggil namanya.

Ngapain lagi si orang gila itu? Mau bikin gue semakin gila? Yakali deh! Gila mah gila aja! Nggak usah ngajak-ngajak!

Biru menggerutu didalam hatinya sambil semakin mempercepat jalannya. Dia bahkan sampai sudah berlari kecil saat merasakan Bara semakin dekat berada dibelakangnya.

"Kamu mau kemana, Biru?" Bara berhasil mencegat Biru. Dia kini sudah berdiri tepat di depan gerbang sekolah. Menghalangi Biru yang nyaris melewati gerbang.

Biru menatap garang pada Bara. "Saya mau pulang. Minggir!"

"Saya antar kalau gitu." Kata Bara enteng.

Orang gila! Bara gila! Maunya dia apasih? Mau semakin membuat Biru baper dan gagal move on terus-terusan dari dia?

"Nggak perlu! Saya masih punya ongkos untuk naik ojol atau angkot!"

Bara menyingkir dan memberikan Biru jalan saat melihat raut cewek itu benar-benar terlihat nggak bersahabat.

Biru yang mendapatkan akses jalannya kembali, langsung berjalan keluar gerbang dan menuju halte.

Dia mau pulang naik angkot saja. Soalnya ternyata paket internetnya sudah habis dan lagi-lagi hanya tersisa paket chatting. Jadi untuk saat ini, nggak memungkinkan untuk dia memesan ojek onlinenya.

Biru sampai di halte yang saat ini sangat sepi. Hanya ada satu anak laki-laki yang sepertinya umurnya berada dibawah Biru. Ah belom tentu juga si. Ya mana Biru tau berapa kan umurnya dia. Memang Biru, Mamanya!

Tuh kan! Kalau sudah badmood begini, apa aja disewotin. Liat anak laki-laki di pojokan yang meliriknya sedikit-sedikit aja Biru sensi. Padahalkan anak itu nggak ngapa-ngapain, cuman ngelirik beberapa kali doang.

Ah bodo amat ah!

Nggak memedulikan anak laki-laki yang ada di pojok halte itu, Biru lalu duduk di kursi halte. Menunggu angkot yang sepertinya akan lama tiba karena keadaan yang sangat terik ini.

"Pada kemana lagi sih ni tukang angkot? Udah pada kaya kali ya?" Biru menggerutu untuk kesekian kalinya hari ini. Sudah 15 menit lebih Biru duduk di halte ini. Tapi nggak ada tanda-tanda akan kehadiran angkot warna biru itu.

Biru mengambil ponsel yang sejak tadi dia taruh di dalam sling bag nya. Merasa dia akan mati bosan jika harus berdiam diri di halte sampai 5 menit kedepan, akhirnya Biru mengirim chat pada Rara untuk dipesankan ojol.

Bara dan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang