BAB 35

2.7K 181 10
                                    

Dua bulan sudah berlalu sejak kejadian pencopetan yang dialami Biru. Iya dua bulan. Waktu sekarang tuh kayak apa ya? Bergulirnya benar-benar nggak kerasa. Cepet banget. Biru malah merasa, kejadian yang baru pertama kali dia alami itu baru terjadi kemarin.

Meskipun sebenarnya dia nggak jadi kecopetan waktu itu, dan sekarang malah berhubungan baik dengan pencopetnya alias si Ari dan adiknya Ira, tapi tetap saja, kejadian itu masih membekas di benak Biru. Susah dilupainnya. Sesusah ngelupain Bara.

Duh nggak minat juga si sebenernya Biru ngelupain Bara. Ehehehe.

Ngomong-ngomong tentang Bara, Biru jadi ingat, kalau sudah 2 bulan juga Bara dan Biru kembali dekat.

Iya dekat. Dekatnya kali ini beneran. Bukan hoax. Anti tipu-tipu. Apalagi settingan. Karena mereka, kali ini, nggak hanya bertemu dan bicara di halte. Dimanapun mereka papasan, pasti semenit dua menit mah meluangkan waktu untuk sekedar menyapa. Iya. Kayak apa ya? Kayak orang pacaran nggak sih?

Enggak! Soalnya kalau orang pacaran nggak hanya semenit dua menit, tapi bisa sejam dua jam.

Ooh oke! Kayak ada pait-paitnya gitu nggak sih?

Ah ngarep mulu Biru mah. Ngarepnya nggak kelar-kelar. Kek masalah idup.

Ah biarin lah. Yang penting Biru bahagia. Lagian kan Bara waktu itu pernah bilang kalau dia suka Biru. Meskipun masih 'kayaknya'. Ya seenggaknya ada kesempatan lah buat Biru.

Duh kok Biru jadi pengen senyum-senyum terus sih kalau ingat Bara?

Apalagi kalau ingat awal-awal mereka kembali dekat waktu habis kecopetan itu.

Iya jadi awalnya tuh gini.... Sebentar-sebentar, Biru minum es teh nya dulu ya. Haus nih. Cerita juga kan butuh energi. Apalagi ceritanya sambil nungguin Bara nembak. Butuh segala-galanya itumah. Termasuk kesabaran ekstra.

Lagian ngarep bat di tembak Bara si Bir elah. Ngarep tuh apa gek gitu yang lebih bermanfaat dari ditembak Bara.

Ya apa dong? Ngarep dilamar Bara gitu maksudnya?

Eh busut dah! Ya kagak gitu juga! Masih lama elah. Lulus sekolah aja belom! Masa udah ngarep dilamar sih?

Yateruusss?

Duh ini kok Biru malah debat sama dirinya sendiri sih? Ceritanya kapan wey?

Oiyaya cerita ya?

Yaudah yaudah. Jangan emosi terus kenapa sih. Cepet tua baru tau rasa.

Eh nggak papa deng cepet tua, semakin Biru cepat tua, semakin cepet juga kan dia nikah sama Bara?

ASTAGHFIRULLAH BIRU!

Kenapa isi kepalanya jadi nikah melulu sih?

Tau dah. Biru sendiri aja bingung kayaknya.

Udah udah. Biru mau cerita nggak jadi-jadi nih.

Jadituh gini, waktu itu sehari setelah Biru kecopetan, Biru pergi ke toko buku dengan Rara dan Putih. Rara dan Putih itu, dua makhluk yang tergila-gila dengan komik. Berbeda dengan Biru yang lebih suka novel. Jadi akhirnya, Rara dan Putih pergi berdua meninggalkan Biru di tempat buku-buku novel. Biru yang sedang sendirian di jajaran rak buku novel saat itu nggak sadar kalau ada sesosok makhluk yang bukan astral berdiri di belakangnya.

Iya itu Bara. Bara bukan makhluk astral kan?

Sampai sebuah dehaman pelan terdengar, yang meskipun pelan, tetap membuat Biru kaget. Biru menengok ke belakang dan menemukan Bara sedang tersenyum manis padanya.

"Bara? Ngapain disini?" Tanya Biru, belum pulih dari kekagetannya karena menemukan Bara di belakang tubuhnya.

Bara terlihat mengulum senyumnya, lalu menjawab, "Mau cari buku lah, masa cari ketoprak."

Bara dan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang