BAB 7

3.3K 252 10
                                    

Kami sampai rumah setengah jam kemudian. Jalanan sudah pasti macet. Jangan heran, memang macet dan Jakarta itu nggak bisa di pisahkan.

Motor Bara sudah nangkring di garasi rumah ku saat aku turun dari motor gede itu. Aku menaruh tas Bara yang beratnya nauzubillah itu, dan melepas tasku sendiri. Ya tas itu yang paling berharga sekarang, karena di dalamnya ada ponsel dan buku-buku pelajaran.

Meskipun aku memakai jas hujan, tetap saja rok sekolah ku basah kuyup, dan baju ku lembab. Ah nggak masalah, karena besok hari Kamis, seragam ku ganti jadi baju batik dan rok putih.

Bara turun dari motornya, tubuhnya sudah basah kuyup banget. Ya jelaslah! Aku yang pakai jas hujan saja masih basah, gimana Bara yang hanya pakai jaket kulit.

"Duuh maaf ya Kak, gara-gara nganterin saya, Kakak jadi basah kuyup gini." Aku benar-benar merasa nggak enak hati sama Bara. Ya meskipun senang juga di boncengin Bara gitu.

Bara baru saja hendak mengucapkan sesuatu, tapi pintu rumah yang terbuka, membuat dia mengurungkan niatnya.

"Loh? Sudah pulang? Kok nggak masuk? Ayo masuk, kalian basah kuyup gitu. Kalo nggak cepet-cepet mandi, bisa masuk angin kalian tuh." Kata Mama saat melihatku dan Bara basah.

"Eh nggak usah Tante, saya langsung pulang aja. Lagian pakaian saya basah, nanti rumah Tante ikutan basah." Kata Bara sopan.

"Ah nggak papa kok. Tunggu ya, Mama ambil handuk dulu." Mama masuk kedalam rumah. Lalu kembali tak lama kemudian dengan dua handuk di tangannya.

Mama menyerahkan satu handuk padaku dan satu handuk pada Bara.

Bara menyalami tangan Mama setelah mengambil handuk. "Makasih Tante."

"Iya sama-sama. Ayo masuk dulu. Kamu harus mandi itu. Kalau kelamaan, nanti sakit. Biru kamu juga harus mandi." Mama bicara lalu merangkul Bara untuk masuk ke dalam. Sebelum masuk, Mama sempat mengedipkan mata kanannya dan tersenyum misterius pada ku. Meninggalkan aku yang melongo di luar.

Hah si Mama bisa aja modusnya sama cowok ganteng. Itukan gebetan Biru Ma! Kok di embat si! Ga lucu kan kalau sampai aku harus rebutan Bara dengan Mama.

Aku menggantung jas hujan Bara di paku dekat kursi kayu yang ada di teras rumah. Lalu mengangkat tas Bara dan tas ku kedalam rumah.

Busut! Berat amat!

Saat masuk kerumah, Bara sedang berdiri canggung di dekat sofa ruang tamu. Dia seperti bingung harus ngapain di sini.

"Duduk Kak," Aku meletakan tas di sofa.

"Eh nggak usah. Nanti sofa kamu basah." tolaknya halus.

Mama keluar dari kamar, di tangannya sudah ada kaus polo dan celana pendek milik Papa. Oke dan celana dalam warna abu-abu.

Astaga! Itu bukan celana dalam bekas Papa kan? Masa mau di kasih ke Bara? Kalau baju dan celana sih masih maklum. Tapi celana dalam?

Ya rabb aku malu!

"Nah Bara karena cowok disini cuman ada Papa Biru, jadinya Tante pinjemin kaos sama celana Papanya Biru ya. Nah ini celana dalemnya masih baru kok. Belum di pakai sama Papanya Biru. Kamu sekarang mandi dulu, ganti baju, nanti Tante buatin teh anget." Mama menyerahkan pakaian itu pada Bara.

Aku bernapas lega saat mendengar kalau celana dalam itu masih baru. Yakali kan celana dalam bekas Papa di pinjamin ke Bara. Pasti Bara geli lah pakainya. Aku yang hanya membayangkannya saja sudah geli. Hiihh!

"Makasih Tante, jadi ngerepotin." Kata Bara sungkan.

"Halah justru Tante yang bilang makasih karena kamu udah anterin Biru. Dia itu anaknya udah Tante suruh bawa payung, tapi ngeyel. Akhirnya malah kejebak ujan kan. Untung ada kamu." Mama memberikan Bara senyum super manis miliknya. Senyum yang kata Papa, bikin Papa cinta mati sama Mama.

Bara dan BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang