Chapter 38

2.7K 614 117
                                    

"Hana-ya" Chanyeol menghampiri Hana yang kini sedang duduk bersandar sambil menatap ke arah luar Balkon.

Hana hanya melirik, lalu tersenyum ke arah sang kakak yang kini datang menghampiri.

"Kau belum tidur?" Chanyeol duduk di samping Hana, menatap gurat sedih yang tercetak pada wajah adiknya, Chanyeol merasa sakit.

"Apa Baekhyun sudah pulang?" bukannya menjawab, Hana justru balik bertanya.

"Eoh, baru saja."

Hening, tidak ada yang mengangkat pembicaraan apapun dari keduanya. Chanyeol bingung harus bagaimana, sedangkan Hana sibuk dengan rasa sakitnya.

"Oppa" lirih, sampai terdengar seperti sebuah bisikan.

"Eoh, kau ingin apa?" Chanyeol mengubah posisi duduknya yang kini menyamping. Begitupun dengan Hana, Hana langsung merentangkan kedua tangannya menghadap Chanyeol, "I need a hug, Oppa"

Untuk sesaat Chanyeol tertegun, ia tahu dan ia merasakan apa yang adiknya rasakan. "Eum, kemari". Mereka berpelukan, sampai suara tangis Hana terdengar. Chanyeol terkejut. Namun setelah itu, tangannya menepuk pelan punggung sang adik sambil menenangkan.

"It's okay Hana, everything will be alright" bisik Chanyeol.

🔒Treason🔒

Hana bangun dengan mata sembab, semalaman Chanyeol menemaninya, bahkan Chanyeol tidur satu ranjang dengan Hana. Beruntung orang tua Hana sedang melakukan perjalanan bisnis, jadi Hana tidak perlu mendapat pertanyaan dari orang tuanya.

Sepertinya Chanyeol sudah berangkat pagi-pagi sekali, karna saat Hana bangun, kakak nya itu sudah tidak ada di sampingnya.

Semalam Hana bilang pada Chanyeol bahwa ia mendengarkan percakapan antara Chanyeol dan juga Baekhyun sebelum Baekhyun pulang. Itulah yang membuat Hana menangis semalaman di pelukan Chanyeol.

Mendengar itu, tentu saja Chanyeol terkejut, niat ingin menutupi pun kini sudah tercium, ia bisa apa sekarang?.

Hana berjalan perlahan menuruni anak tangga, ia menghampiri meja makan yang sudah tersedia dua potong roti bakar dan segelas susu. Pasti Chanyeol yang menyiapkannya.

Tanpa hambatan seperti biasanya, Hana menghabiskan sarapannya seorang diri. Hana harus segera bersiap, karna hari ini bukan hari libur untuknya.

Tidak butuh waktu lama, Hana sudah siap dan segera untuk pergi. Namun, baru saja ia keluar dari pintu, ia mendapati Baekhyun yang juga berdiri di depan pintu hendak memencet bel.

"Hana" Baekhyun terkesiap, sebenarnya ia terkejut. Namun, beruntunglah jadi Baekhyun yang bisa menutupi semua keterkejutan nya.

Hana berdehem, menenangkan degup jantungnya yang sedikit menggila. "Kau ingin apa kesini?" datar, tidak seperti biasanya. Hati Baekhyun mencelos saat rungunya menangkap suara tidak bersahabat dari istrinya.

"Aku menjemputmu, ayo aku antar kau ke rumah sakit" Baekhyun mendekat, namun Hana malah menjauh. Seperti itu sampai pungguh Hana membentur salah satu pintu rumah yang sudah tertutup.

"Jangan mendekat!" maka adakah yang lebih sakit dari penolakan sang istri yang tidak ingin di dekati oleh suaminya?. Baekhyun menatap sendu.

"Aku bilang jangan mendekat Baekhyun!" Nada bicara Hana naik satu oktaf. Baekhyun akhirnya menuruti apa kemauan sang istri, padahal jika di lihat, kini jarak mereka hanya tinggal dua langkah lagi.

"Kau bisa pergi dari sini, aku muak melihat wajahmu!" Hati Baekhyun seperti teriris sembilu, Hana mengucapkannya tanpa ragu.

"Hana maafkan aku" ucap Baekhyun lirih dengan wajah nalangsanya.

Jika saja kalian tahu, disini bukan hanya Hana yang merasakan sakit oleh kata-kata yang berhasil keluar dari mulut manisnya. Hana pun merasakannya, ia merutuki mulutnya yang tidak bisa di jaga. Tapi bukankan Baekhyun pun pantas menerimanya? Lalu apa salahnya?.

"Aku benar-benar tidak ingin bertemu dengan mu Baekhyun" lirih, nada bicara Hana pun sedikit melemah. "Sungguh, aku belum siap, aku tidak ingin bertemu denganmu. Beri aku waktu."

Mendadak dunia serasa berhenti dari peredaran waktunya, tubuhnya terasa kaku, bahkan degup jantungnya sendiri pun tidak bisa ia dengar dengan telinganya sendiri. Ia merasa, mungkin sebentar lagi dunianya akan runtuh tanpa sisa.

"Tapi kenapa?" di saat Hana yang tidak ingin bertemu dengan Baekhyun, Baekhyun justrus masih bertanya 'kenapa?'.

Untuk sesaat Hana terdiam. Ingin rasanya Hana mengumpat, atau paling tidak membenturkan kepala Baekhyun ke tembok agar pria itu sadar dengan kesalahan terbesar yang sudah ia perbuat.

"Hati ku sakit setiap melihat wajahmu" ujar Hana berterus terang.

Hening, Baekhyun tidak berbicara sepatah katapun. Melihat keterdiaman Baekhyun Hana menghela nafas lelah.

"Hatiku terluka Baekhyun, dan kau tahu apa artinya? Tidak-tidak..." kini kedua mata Hana pun mulai berkaca-kaca, ia menggeleng lemah kepalanya menunduk, ia pun berusaha menenangkan hatinya yang sudah bergemuruh dari tadi.

"Kau tahu, apa konsekwensinya orang yang bersahabat dengan luka?" Hana berucap datar, namun dengan penekanan.

"Ada dua hal yang akan kau dapatkan. Pertama kau akan kuat dan yang ke dua--" Hana menatap lurus, kearah manik hitam milik Baekhyun, sedangkan Baekhyun terdiam, menunggu kata apa yang akan di lanjutkan oleh Hana.

"Kau akan terus terluka".

Baekhyun bungkam, lidahnya terasa kelu, ia tidak bisa berkata apapun, hanya sekedar meminta maaf pun sepertinya tidak mampu.

"Dan mungkin kau perlu tahu..." Hana memejamkan matanya erat, meminimalisir rasa sakit yang tiba-tiba saja menghantam rongga dadanya.

"Aku sudah tahu semuanya.... Tanpa terkecuali."

🔒Treason🔒

Sehun sedari tadi terus saja memperhatikan Hana yang kini sepertinya tidak sedang dalam kondisi baik.

Hana banyak melamun. Tidak seperti biasanya, kini Hana pun tampak sedikit pucat.

"Jadi bagaimana dokter Park?" Hana terkesiap. Semua mata kini tertuju pada Hana.

Jika kalian ingin tahu, semua kepala departemen spesialis sedang mengadakan rapat rutin yang di adakan setiap sebulan sekali. Namun hari ini sepertinya Hana sedang banyak fikiran, ia tidak fokus dengan agenda rapatnya.

"Permisi, sepertinya Dokter Park sedang tidak dalam kondisi yang baik, lihat wajahnya pucat. Izinkan saya untuk membawa dokter Park keruangannya, suapaya ia bisa beristirahat." ucap Yura, dokter spesialis saraf.

Sebenarnya Yura melakukan itu atas dasar perintah Halus dari Sehun. Yura memang mengenal Hana, namun tidak dekat, berhubung Yura kebetulan duduk di samping Hana, dan Sehun duduk di depan Hana, alhasil Sehun pun mengisyaratkan pada Yura untuk membawa Hana keluar dari ruangan rapat. Jika saja Sehun tidak terlibat perjanjian dengan Hana waktu Hana di angkat menjadi kepala departemen spesialis Anak dan kandungan, mungkin ia sendiri yang akan turun tangan.

Sayangnya, ia sudah berjanji pada Hana, jika ingin Hana menjadi kepala departemen spesialis, maka Hana ingin Sehun bersikap profesional, istilahnya jangan terlalu memperlihatkan bahwa pemilik rumah sakit menganak emaskan keluarganya yang lain yang juga sedang bekerja di rumah sakitnya.

Hana dan Yura pun pergi meninggalkan ruang rapat. Namun sebelum pintu ruangan itu terbuka, Hana sudah lebih dulu limbung tak saarkan diri.

"Hana!"

🔒To Be Continued🔒

Haloooo, bagaimana dengan Chapter ini? 😂 ku gak berharap banyak sebenarnya😅

Treason || Byun Baekhyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang