DELAPAN

2.3K 335 27
                                    

Di sinilah Suho sekarang. Di dalam sebuah gedung putih beraroma obat-obatan yang kuat. Melangkah tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit.

Setelah mendapat informasi kurang enak dari Chanyeol, Suho tidak bisa lagi berpikir jernih. Dia akhirnya mohon pamit dengan petinggi grup serta kakaknya. Terbersit penyesalan karena ia telah mengabaikan telpon Irene, padahal wanita itu mungkin saja membutuhkannya.

Langkah Suho terhenti saat mendapati sosok wanita yang duduk di kursi tunggu dekat ruang IGD. Terlihat Sehun berdiri di sebelahnya. Suho pun bergegas menghampiri mereka.

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka?" sergah Suho, memeriksa sekujur tubuh Irene. Kecemasannya semakin bertambah tatkala menemukan pergelangan kaki Irene yang diperban.

"Aku tidak apa-apa, Suho. Hanya terkilir sedikit."

Irene berusaha bangkit, tetapi Sehun mencegatnya.

"Duduk saja, tidak usah berdiri."

Namun, Irene tidak mengindahkan ucapan Sehun. Dia malah mencengkeram lengan Suho sebagai tumpuannya. Suho refleks memegang tangan Irene, membantunya berdiri.

"Waktu pulang saat aku ke parkiran tiba-tiba ada mobil ngebut. Untungnya ada seorang ahjussi yang menolongku. Tapi, aku takut kalau sampai ajhussi itu kenapa-kenapa," jelas Irene bersama air wajah resah. "Sekarang dia sedang ditangani dokter."

Suho menepuk pundak Irene, "Jangan cemas, semuanya akan baik-baik saja."

Bisa Suho rasakan tangan Irene yang semakin menggenggamnya erat. Membuatnya ingin menjadi penenang wanita itu.

"Lalu, mana orang yang sudah menyerempetmu?" tanyanya kemudian.

"Kabur, tapi polisi sudah menanganinya," sahut Sehun.

"Beri tahu aku kalau sudah ada kabar dari kepolisian."

Sehun menyeringai tipis, "Ditelpon saja kau tidak angkat."

Suho mengernyit, merasa sikap Sehun kali ini sangat berbeda. Namun, Suho tidak bisa mempermasalahkan hal itu karena pintu kaca IGD tiba-tiba membelah. Seorang dokter datang menghampiri mereka.

"Bagaimana keadaanya, Dok?" tanya Irene cemas.

"Pasien mengalami retak di tulang siku, untungnya tidak terlalu parah. Penyembuhannya pun tidak akan memakan waktu lama."

Irene bernapas lega, "Apa kami boleh melihatnya sekarang?"

"Tentu saja, silahkan masuk."

Suho pun menuntun Irene masuk ke ruang IGD yang diikuti oleh Sehun di belakang. Namun, langkahnya sontak terhenti. Tenggorokannya tercekat. Matanya seolah tidak sanggup berkedip saat melihat Jisoo bersama Ayahnya yang duduk di ranjang pasien dengan lengan tergips.

Jisoo dan Ayahnya pun tidak kalah terkejutnya. Ayahnya bahkan melihat ke arah Suho dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Perkenalkan, saya tunangannya Irene. Kim Suho imnida," ucap Suho segera, tidak ingin Ayah Jisoo mengenalinya lebih dulu.

Irene menoleh pada Suho. Terkejut, tetapi segera menyunggingkan senyum. Sementara Suho hanya bisa tersenyum pasrah.

"Bagaimana keadaan Anda? Saya sangat berterima kasih sekaligus minta maaf karena menolong saya, Anda jadi terluka," tutur Irene yang kini duduk di kursi samping ranjang.

Raut kaku di wajah Ayah Jisoo perlahan terhapus digantikan senyum ramah.

"Saya tidak apa-apa. Semua orang yang berada di posisiku tadi pasti akan melakukan hal yang sama, Nona."

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang