ENAM

3.1K 355 41
                                    

Malam ini Suho akan bertemu dengan Jisoo. Beberapa hari setelah insiden Nenek yang tiba-tiba muncul di kantor Irene, Suho akhirnya mendapatkan waktu untuk bertemu wanita itu.

Sudah lewat sepuluh menit Suho menunggu di dalam mobilnya yang terparkir di depan Babeans Coffe, tempat Jisoo bekerja paruh waktu. Ketika Jisoo tak kunjung keluar dari cafe, ponsel Suho tiba-tiba berdering.

"Halo, Jisoo. Aku sudah menunggumu di depan," sahut Suho, tidak bisa menyembunyikan antusiasnya.

"Datanglah ke belakang cafe, jangan sampai ada yang melihatmu."

Suho terdiam sejenak. "Baiklah."

Dari suaranya, Suho bisa menebak kalau Jisoo merasa tidak nyaman. Jisoo seperti tertekan karena kehadirannya, lagi. Namun, Suho bisa mengerti. Dia paham karena tahu persis bagaimana dia menghancurkan hidup wanita tidak bersalah itu.

Suho bergegas turun dari mobilnya. Mengikuti apa yang dikatakan Jisoo. Sesampainya di belakang cafe, dia melihat sosok perempuan mengenakan topi hitam, merunduk sambil memainkan sebelah kakinya di tanah.

 Sesampainya di belakang cafe, dia melihat sosok perempuan mengenakan topi hitam, merunduk sambil memainkan sebelah kakinya di tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyadari kedatangan Suho, Jisoo mendongak. Menatap Suho lekat, tajam dan dingin.

"Langsung saja, bisa kau jelaskan padaku kenapa Nenekmu bisa berada di ERALUV?" Jisoo memulai pembicaraan.

Suho tidak mungkin mengatakan bahwa atasan Jisoo adalah tunangannya. Dia tidak mau. Meskipun dia mengakuinya pada semua orang, tetapi tidak pada Jisoo. Suho tidak yakin apakah kenyataan itu bisa menyakiti Jisoo atau tidak, tetapi bibirnya tetap tidak mengizinkannya mengatakan.

"Aku tidak begitu tau alasan Nenek tiba-tiba ke sana, tapi Nenek memang cukup dekat dengan ketua timmu," terang Suho.

Jisoo tampak menggigit bibir bawahnya.

"Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan terus mengawasi Nenek dan langsung mengabarimu kalau akan ke kantormu lagi," tambah Suho.

Jisoo menyeringai pahit. "Kau pikir ucapanmu bisa membuatku tenang?"

Ya, Jisoo benar. Setalah apa yang terjadi setahun yang lalu tentu dia tidak akan percaya pada Suho. Suho pun merunduk, kehilangan keberanian hanya untuk menatap Jisoo.

"Maafkan aku," gumam Suho pelan.

"Aku tidak butuh maaf darimu. Aku hanya ingin hidup tenang. Aku sudah melakukan apa yang keluargamu inginkan." Emosi Jisoo tampak mulai terpancing. "Aku tidak mungkin terus bersembunyi setiap kali Nenekmu datang,"

Hening.

Suho sangat ingin memeluk Jisoo, menenangkannya dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Berjanji tidak akan membiarkannya menderita lagi dan selalu berada di sisinya. Tetapi, itu semua tentu hanya omong kosong bagi Jisoo. Mengingat Suho pernah mengatakan semua itu, namun mengingkarinya.

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang