Suho tidak pernah menyangka akan datang hari di mana Chanyeol tiba-tiba menghubunginya dengan nada panik. Memberi tahu bahwa Neneknya saat ini sedang menuju ke kantor Irene.
"Tolong handle pekerjaanku di kantor. Aku akan menyusul Nenek sekarang."
Suho memutus sambungan telponnya dengan Chanyeol. Dia yang sedang mengemudi menuju kantor setelah berkunjung ke salah satu mitranya langsung memutar stir. Berbalik arah menuju gedung ERALUV.
Dalam perjalan, Suho terus menghubungi Neneknya, tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Dia pun menginjak pedal gas lebih dalam hingga mencapai angka seratus kilometer per jam. Tidak peduli seberapa banyak ia mendapatkan suara klakson nyaring dari kendaraan yang ia salip. Dia harus segera sampai disana. Sebelum Neneknya mengetahui fakta bahwa Jisoo bekerja di perusahaan Irene.
Sesampainya di ERALUV, Suho langsung menyerahkan mobilnya ke petugas parkir. Berlari masuk ke dalam gedung dan menaiki lift menuju ruangan Irene. Sakingterburu-burunya, ia bahkan tidak mendengar Sehun yang memanggilnya dari jauh.
Ketika pintu lift membelah, Suho bergegas keluar dan berlari ke arah ruang divisi pengembangan produk. Pandangannya mengitari sekeliling ruangan berdinding kaca itu. Beberapa karyawan terlihat sibuk dengan komputernya masing-masing. Tidak ada satupun dari mereka yang Suho kenali.
Tanpa permisi, Suho melangkah masuk mengikuti arah koridor yang membawanya sampai di depan sebuah ruangan. Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita yang mondar-mandir di depan ruangan Irene. Wanita itu menatap lantai dengan kedua tangan memegangi nampan berdudukkan secangkir teh.
Suho melihat jelas bagaimana wanita itu menggigit bibir bawahnya. Mengingatkan Suho pada kebiasaan Jisoo ketika sedang merasa gugup atau dalam keadaan sulit.
Waktu terus berjalan dan Suho tidak bisa berpikir lebih lama lagi. Diapun menghampiri Jisoo yang belum menyadari kedatangannya. Jisoo tentu dibuat kaget terlebih saat Suho merebut nampan dari genggamannya. Menaruhnya di meja dan malah menarik tangan Jisoo menjauh dari sana.
Belum begitu jauh Suho membawa Jisoo pergi, tetapi wanita itu berhasil melepas genggamannya.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa ada di sini?" geram Jisoo, menghujam Suho dengan tatapannya.
"Akan kujelaskan nanti. Sekarang kau harus bersembunyi sebelum Nenek melihatmu," ujar Suho.
Jisoo menghela napas kasar. Tatapannya semakin tajam menusuk hati Suho.
"Apa salahku pada keluargamu, hah? Kenapa kalian tidak bisa membiarkanku hidup tenang?!" pekiknya.
Suho bisa menangkap genangan air di pelupuk Jisoo. Namun, Jisoo tampak tak membiarkannya jatuh mengenai wajahnya.
"Kau tidak salah. Aku yang salah. Maafkan aku," lirih Suho.
Tidak pernah terpikirkan oleh Suho setelah berpisah dan memendam rindunya pada Jisoo selama dua tahun, mereka kembali dipertemukan dengan cara seperti ini. Sangat sakit. Membuat Suho ingin menyerah dengan semuanya.
Cukup lama keduanya saling terdiam. Jisoo yang mulai bisa menenangkan diri pun angkat bicara.
"Lalu apa yang harus kulakukan sekarang? Ketua tim memintaku membuatkan minuman untuk Nenekmu."
Suho berpikir, tidak dalam waktu yang lama.
"Boleh kupinjam ponselmu?" tanyanya kemudian.
Awalnya, Jisoo tampak ragu, namun akhirnya dia menyerahkan benda yang diminta Suho.
Jemari Suho dengan lihai menekan layar ponsel Jisoo. Selang beberapa detik ponsel di saku jasnya malah berbunyi.
"Pergilah ke rooftop gedung. Pokoknya jangan ke mana-mana sampai aku hubungi. Aku akan mengurus Nenek dan segera membawanya pergi dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
REACH YOU
Hayran KurguMenggapaimu... Mungkin suatu hal yang mustahil. Namun, bisakah aku tetap berharap? Bahwa suatu hari nanti kau bisa mencintaiku, meski tak sebanyak aku mencintaimu. - Irene Percayalah, Irene bukan seorang wanita jahat. Dia hanya melakukan apapun yang...