EMPAT BELAS

2.7K 357 82
                                    

Hari ini tidak seperti biasanya, Suho terkesan melakukan pekerjaannya dengan terburu-buru. Chanyeol bahkan dibuat kewalahan olehnya dengan berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya membawa segala dokumen yang diminta Suho. Di ruang rapat pun Suho tidak banyak bicara.

"Apa lagi yang harus kuselesaikan setelah ini?" tanya Suho, sibuk memeriksa lembaran-lembaran dokumen di mejanya.

"Kau sudah menyelesaikan semuanya, Hyung," sahut Chanyeol.

Suho hanya mengangguk. Segera setelah ia selesai memeriksa lembar terakhir dokumennya, ia mengecek jam tangannya. Masih tersisa sejam lebih sebelum jam kerja berakhir.

"Kalau begitu aku akan pulang lebih awal," ucap Suho.

"Memangnya kau mau ke mana?"

"Ke kantor Irene."

Chanyeol mengerucutkan bibir. "Pantas saja kau kerja secepat kilat, ternyata mau kencan dengan kekasihmu."

Suho hanya menyeringai kecil.

"Kuperhatikan akhir-akhir ini kau sering berkunjung ke sana. Ini bukan alasan untuk bertemu Jisoo kan?" Chanyeol melempar pandangan penuh selidik.

Perlahan namun jelas seringaian Suho memudar berganti sendu.

"Dia bahkan seperti tidak mengenaliku setiap kali bertemu."

"Memang sebaiknya seperti itu, Hyung. Jisoo pasti akan canggung dengan rekan-rekan kerjanya kalau mereka tahu dia mantan kekasih tunangan Irene, atasan mereka."

Suho memilih tidak berkomentar. Jujur saja, ucapan Chanyeol cukup menggores perasaannya meskipun memang benar akan seperti itu.

"Ya sudah, aku pergi dulu. Kalau ada sesuatu hubungi aku."

"Siap, laksanakan."

Suho pun meninggalkan ruangan. Sebenarnya, tujuan utamanya ke ERALUV memang karena Jisoo. Sejak semalam kecemasannya belum juga reda, dan ia merasa perlu memastikan keadaan wanita itu dengan mata kepalanya sendiri.

****

Suho melangkah cepat menyusuri lorong gedung ERALUV yang menggiringnya sampai di ruang divisi pengembangan produk. Beberapa karyawan yang mengenalinya langsung membungkukkan badan menyapa. Suho segera merunduk sejenak sebagai balasan atas sapaan mereka.

Di depan ruangan Irene yang didesain mirip dengan lobi lantai bawah versi minimalis tampak sepi. Hanya ada seorang wanita yang tampak sibuk menyelami setumpuk berkas di balik meja resepsionis.

Kedatangan Suho cukup membuat wanita itu terkejut. Namun, sedetik kemudian wanita itu langsung memberi senyum.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.

Kelegaan sedikit membasuh kekhawatiran Suho. Setidaknya, wanita itu masih sudi memperlihatkan senyum padanya.

"Bagaimana kabarmu?"

Senyum masih merekah di wajah wanita itu.

"Anda ingin bertemu Bu Irene?"

Kening Suho sedikit berkerut. Wanita itu jelastidak mengindahkan pertanyaannya. Suho semakin yakin jika Nenek sudahberbuat sesuatu yang buruk padanya semalam.

"Maaf, lagi-lagi aku tidak bisa melindungimu," ucapnya lirih, terlalu malu untuk menatap iris kecoklatan wanita di hadapannya.

"Bu Irene sedang rapat, tidak lama lagi selesai. Anda bisa menunggu di ruangannya kalau mau."

"Kim Jisoo, aku tidak berbicara mengenai Irene."

Suara Suho terdengar lantang. Dia marah, tetapibukan karena Jisoo. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melakukanapa-apa untuk melindungi wanita yang sudah menderita karenanya.

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang