Senyum tipis, tetapi terkesan manis seperti tidak bosan merekah di wajah Irene. Hari ini gelagatnya memang cukup kontras dengan hari-hari sebelumnya. Sejak membuka mata dari tidur hingga menyelesaikan rapat bulanan di kantor, ekspresi dingin yang telah menjadi ciri khasnya menghilang entah ke mana. Membuat seisi ruang meeting keheranan.
"Ada apa denganmu?" Sehun mengekori Irene yang meninggalkan ruangan setelah rapat usai.
"Memangnya ada apa denganku?" sahut Irene tanpa menoleh dan terus berjalan.
"Kau seperti wanita gila, senyum-senyum sendiri," tukas Sehun.
Irene mendengus. "Bukan urusanmu."
Sehun memicingkan mata. "Pasti ada yang terjadi antara kalian berdua semalam," desisnya.
Irene menyembunyikan senyum dengan menatap lantai yang dijejakinya. Tentu saja mengingat kejadian semalam kembali mengundang debaran di dadanya. Wajahnya pasti sudah bersemu sekarang. Diapun mempercepat langkah, tidak menghiraukan adik tiri yang terus membuntutinya.
Sampai di ruangan, Irene langsung disambut dengan raut serius Park Bogum yang sepertinya sudah menunggu sejak tadi.
"Pasti karena semalam kau jalan dengan Suho kan?"
Irene memilih diam. Setelah berusaha tidak menghiraukan adik tiri yang terus membuntutinya, Irene akhirnya sampai di ruangan. Namun, kedatangannya langsung disambut dengan raut serius Park Bogum yang sepertinya sudah menunggu sejak tadi.
"Ada apa?" tanya Irene.
Bogum sepintas melirik ke arah Sehun seolah memberi sinyal pada Irene apakah tidak masalah ia mengutarakan sesuatu sementara pemuda itu masih ada di sana. Irene yang berhasil menangkap maksud Bogum pun segera menoleh pada Sehun.
"Sampai kapan kau mau berdiri di situ?"
"Memangnya kenapa?" sergah Sehun.
"Aku hanya ingin bicara empat mata dengan karyawanku yang sama sekali bukan urusanmu, jadi kembalilah ke tempatmu."
Hening menyelinap. Sehun tampak memikirkan sesuatu. Sinar matanya meninggalkan kesan kurang enak bagi Irene. Namun, sedetik kemudian pemuda itu menggidikkan bahu. Seakan masa bodoh, ia menjauh dari sana.
Selepas kepergian Sehun, Bogum segera menghapus jarak di antara dirinya dan Irene. Dia kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Irene.
"Tunangan Anda ada di sini. Tadi aku melihatnya berbicang dengan Jisoo di depan ruangan Anda," lapornya.
Kabar itu bagai bayangan hitam yang mengisap keceriaan di wajah Irene. Tentu saja kedatangan Suho membuatnya senang, tetapi haruskah ia terang-terangan bertemu Jisoo seperti itu. Irene mulai berprasangka jika kedatangan Suho semata-mata karena ingin berjumpa dengan mantan kekasihnya.
Apa aku memang perlu menyingkirkan Jisoo?
"Terus awasi mereka," pintanya dingin.
"Baik."
Meninggalkan Bogum, Irene kembali melenggang ke ruanga kerjanya. Di sana ia mendapati Jisoo yang segera bangkit dari kursi untuk menyambut kedatangannya, sedangkan sosok Suho sama sekali tidak tampak.
"Pak Suho menunggu Anda di dalam," kata Jisoo.
Irene hanya mengangguk dan berlalu begitu saja. Rasanya malas sekali melihat wanita itu.
Setelah menekan kenop pintu, Irene disuguhkandengan punggung tegap seorang pemuda yang berdiri menatap keluar dinding kacagedung. Menyadari kedatangan Irene, Suho langsung berbalik.

KAMU SEDANG MEMBACA
REACH YOU
FanfictionMenggapaimu... Mungkin suatu hal yang mustahil. Namun, bisakah aku tetap berharap? - Irene Irene bukan wanita jahat. Dia hanya seorang wanita yang mencintai tunangannya, Suho, dengan segenap hati. Perjodohan ini mungkin hanyalah kesepakatan antara d...